Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andhika Ridwan Achmadi
Abstrak :
Latar belakang: Pendidikan kedokteran merupakan proses yang panjang dan memiliki banyak rintangan. Dalam menempuh pendidikan kedokteran yang menantang, mahasiswa kedokteran memerlukan suatu karakter yang disebut resilience sebagai suatu karakter yang dapat menentukan ketahanan seseorang terhadap suatu tekanan. Berdasarkan beberapa studi, resilience seseorang dikatakan memiliki hubungan dengan kepribadiannya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar resilience dengan kepribadian sesuai dengan teori Big Five Personality pada mahasiswa kedokteran tingkat preklinik. Metode: Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan sampel acak dari mahasiswa preklinik tingkat 1, 2, dan 3 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2019. Total sampel yang mengisi kuesioner CD-RISC dan Big Five Personality Test adalah 607 responden. Hasil: Terdapat korelasi yang bermakna antara resilience dengan empat macam komponen kepribadian berdasarkan teori Big Five. Korelasi bermakna tersebut adalah ketika resilience dihubungkan dengan komponen extraversion (r=0,342, p<0,001), agreeableness (r=0,203, p<0,001), conscientiousness (r=0,251, p<0,001), dan openness (r=0,333, p<0,001). Sebaliknya, resilience tidak memiliki korelasi bermakna dengan satu komponen kepribadian berdasarkan teori Big Five, yaitu neuroticism (p>0,05). Simpulan: Didapatkan hubungan antara resilience dengan kepribadian dengan konsep Big Five. Meski demikian, hubungan tersebut tidak seluruhnya merupakan korelasi yang signifikan. Korelasi signifikan didapatkan pada hubungan resilience dengan komponen kepribadian extraversion, agreeableness, dan conscientiousness. Sebaliknya, komponen kepribadian neuroticism tidak memiliki korelasi signifikan dengan resilience. ......Background: Resilience is required for undergraduate medical students to bounce back from plausible adversities and to overcome challenges in their education. Studies show that resilience capacity is determined by multiple factors, including personality. Aim: This study aims to assess relationship between resilience and students’ personality from the lens of Big Five Personality framework in preclinical year undergraduate medical students. Methods: This was a cross-sectional study with total sampling approach. The study involved year 1-3 undergraduate medical students in Faculty of Medicine Universitas Indonesia. All respondents were required to complete CD-RISC and Big Five Personality questionnaires. The data collection was completed in January – February 2019. 607 responds are in this study. Results: A total of 607 respondents voluntarily participated in the study (85,13% response rate). There were significant low correlations between resilience and four components of Big Five Personality: resilience and extraversion (r=0,342, p<0,001), agreeableness (r=0,203, p<0,001), conscientiousness (r=0,251, p<0,001), and openness (r=0,333, p<0,001). On the other hand, there was no significant correlation between neuroticism and resilience (p>0,05). Conclusion: This study highlights that there is relationship between resilience and extraversion, agreeableness, conscientiousness and openness as part of Big Five Personality framework. The greater score of these personality aspects, the better the resilience. The low significant correlations suggest that personality is only one among multiple factors that may influence student’s resilience. Despite this, attention towards students’ personality and its relationship with resilience is relevant to optimize students’ adaptation and its support in medical schools.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Ahmad Gamal Arigi
Abstrak :
Latar Belakang: Pendidikan kedokteran dianggap sebagai salah satu pendidikan yang memiliki stressor tinggi. Banyaknya sumber stressor dari mahasiswa tersebut apabila tidak sejalan dengan strategi coping yang baik maka berdampak terhadap keinginan untuk menunda menyelesaikan tugas akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan dan perbandingan jenis penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa kedokteran tahap preklinik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan pada 202 mahasiswa semester 2, 4, 6 Fakultas Kedokteran Universitas Mataram pada April 2023. Data didapatkan menggunakan instrument Brief Cope dan kuesioner Prokrastinasi akademik yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil: Terdapat hubungan antara penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik mahasiswa kedokteran Preklinik dengan nilai p=0.002 (<0.05). Terdapat perbedaan nilai penggunaan strategi coping dan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa semester 2, 4 dan 6 dengan nilai uji P pada nilai penggunaan strategi coping 0,008 (p<0,05) dan nilai prokrastinasi akademik sebesar 0,010 (p<0,05). Problem focused coping pada aspek planning dan jenis prokrastinasi akademik pada aspek penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3.20 dan 2.55. Kesimpulan: Prokrastinasi akademik pada mahasiswa merupakan masalah yang sering terjadi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu strategi coping. Sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan strategi coping yang efektif guna mengurangi prokrastinasi akademik dan meningkatkan prestasi akademik serta kesejahteraan mereka. ......Background: Medical education is an education that has a high stressor. The many sources of stress for these students, if not accompanied by effective coping strategies, will have an impact on starting and delaying completing academic assignments. This study explores the relationship and comparison of coping strategies and academic procrastination in medical students at the preclinical stage. Methods: This study used a cross-sectional study design and was conducted on 202 students in grades 2, 4, and 6 of the Faculty of Medicine, University of Mataram, in April 2023. Data were obtained using the Brief Cope instrument and an academic procrastination questionnaire, which had been tested for validity and reliability. Results: There was a relationship between the use of coping strategies and academic procrastination in preclinical medical students, with p = 0.002 (<0.05). There are differences in scores using coping strategies and academic procrastination for students in grades 2, 4, and 6, with a P value of 0.008 (p<0.05) for coping strategies and 0.010 (p<0.05) for academic procrastination. Problem-focused coping on planning aspects and types of academic procrastination on aspects of delays in starting or completing assignments have the highest average scores of 3.20 and 2.55. Conclusion: Academic procrastination among students is a problem that often occurs. One of the factors that can influence it is the coping strategy. It is necessary to develop and implement effective coping strategies to reduce academic procrastination and increase academic achievement and welfare.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Difa Jazana Aqila
Abstrak :
Banyak mahasiswa kedokteran yang memiliki tingkat aktivitas fisik dalam kategori ringan. Kurangnya waktu, malas, dan kelelahan karena kegiatan akademik diidentifikasi sebagai faktor penghambat bagi mahasiswa kedokteran yang tidak berolahraga. Sementara itu, sebagian besar mahasiswa kedokteran juga memiliki harga diri (selfesteem) yang rendah. Berbagai tekanan dalam bentuk beban akademik, keuangan, dan tekanan sosial dapat memengaruhi tingkat harga diri (self-esteem) mahasiswa kedokteran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan tingkat harga diri (self-esteem) pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik cross-sectional menggunakan data primer dari survei kuesioner daring yang disebarkan kepada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada bulan Oktober 2023. Data tingkat aktivitas fisik diperoleh dari pengisian International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) dan data tingkat harga diri (self-esteem) diperoleh dari pengisian Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). Data dianalisis menggunakan SPSS, khususnya dengan menggunakan uji Chi square. Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 62,6% subjek memiliki tingkat aktivitas fisik sedang dan sebanyak 75,6% subjek memiliki tingkat harga diri (self-esteem) sedang. Hasil uji analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan tingkat harga diri (self-esteem) pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (p=0,443). Kesimpulan Sebagian besar mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki tingkat aktivitas fisik sedang dan tingkat harga diri (self-esteem) sedang. Aktivitas fisik tidak terbukti berhubungan dengan tingkat harga diri (self-esteem) pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ......Introduction Many medical students have physical activity levels in the low category. Lack of time, laziness, and fatigue due to academic activities were identified as inhibiting factors for medical students who do not exercise. Meanwhile, most medical students also have low self-esteem. Various pressures in the form of academic, financial, and social pressures can affect the level of self-esteem of medical students. This research was conducted to determine the relationship between the level of physical activity and the level of selfesteem in pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia. Method This study was an analytical observational cross-sectional study that used primary data from the online questionnaire survey that was distributed in October 2023. Physical activity level data was obtained from filling in the International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) and self-esteem level data was obtained from filling in the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Data were analyzed using SPSS, specifically using the Chi square test. Results The results of this study showed that 62.6% of subjects had a moderate level of physical activity and 75.6% of subjects had a moderate level of self-esteem. The results of statistical analysis tests showed that there was no significant relationship between the level of physical activity and the level of self-esteem in pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia (p=0.443). Conclusion Most of the pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia, had a moderate level of physical activity and a moderate level of self-esteem. Physical activity has not been proven to be related to the level of self-esteem among pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Kurniawan
Abstrak :
Latar belakang: Umpan balik konstruktif merupakan komponen esensial dalam proses pembelajaran mahasiswa kedokteran. Keberhasilan dalam menyampaikan umpan balik berperan dalam meningkatkan performa dan keterampilan klinis mahasiswa. Kurikulum pendidikan kedokteran yang terbagi menjadi tahap preklinik dan klinik memungkinkan adanya perbedaan persepsi mahasiswa terkait umpan balik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan persepsi umpan balik yang diterima oleh mahasiswa fakultas kedokteran tahap preklinik dan klinik. Metode: Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan pada mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan Likert-scale 1-5 tentang peran penting (5 pertanyaan), metode (12 pertanyaan), dan hambatan (5 pertanyaan) penyampaian umpan balik konstruktif. 209 mahasiswa preklinik dan 129 mahasiswa klinik berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil: Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik terhadap respon pertanyaan pada domain peran penting, metode, dan hambatan umpan balik konstruktif (p>0.05). Terdapat perbedaan persepsi secara signifikan (p<0.05) pada pertanyaan umpan balik berfokus pada tingkah laku dibandingkan individunya, umpan balik diberikan kapanpun selama proses pembelajaran, dan pengetahuan untuk memberikan umpan balik konstruktif kurang memadai. Kesimpulan: Mahasiswa kedokteran tahap preklinik dan klinik menyatakan setuju bahwa umpan balik konstruktif berperan penting dalam meningkatkan pembelajaran mahasiswa. Sementara persepsi mahasiswa terhadap domain metode dan hambatan pemberian umpan balik menunjukkan respon yang bervariasi. Tidak terdapat perbedaan persepsi mahasiswa preklinik dan klinik terhadap umpan balik konstruktif secara signifikan. ......Background: Constructive feedback is an essential component in the medical student learning process. The important role of constructive feedback is to improve student performance and clinical skills. The medical education curriculum is divided into preclinical and clinical medical years allows for differences in student perceptions regarding feedback. This study aims to compare the perception of feedback received by preclinical and clinical medical students. Methods: This cross-sectional study was conducted on medical students at the University of Indonesia. The Likert-scale questionnaire consisted of 22 questions about the important role (5 questions), methods (12 questions), and barriers (5 questions) to constructive feedback. 209 preclinical students and 129 clinical students participated in this study. Results: The results showed that there was no significant difference between the perceptions of preclinical and clinical medical students on the questions of importance, methods, and barriers to constructive feedback (p<0.05). There was a significant difference in perception (p<0.05) on the question, feedback focuses on behavior rather than the person, Feedback is provided at any time during the learning process, and There is inadequate knowledge for providing constructive feedback. Conclusion: Preclinical and clinical medical students agree that constructive feedback plays an important role in improving student learning. Preclinical and clinical students perceptions of the methods and barriers to providing feedback showed varied responses. There is no significant difference in the perception of preclinical and clinical students to constructive feedback.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayla Hayyin
Abstrak :
Infeksi HPV merupakan penyebab penyakit menular seksual terbanyak. Meskipun HPV sering dikaitkan dengan perempuan dan kanker serviks, data menunjukkan insiden yang tinggi pada kalangan pria dan perempuan. Tetapi, kesadaran mengenai infeksi dan vaksinasi HPV masih rendah pada kalangan pria. Mahasiswa kedokteran sejak tahap preklinik memiliki peran dalam manajemen HPV masa mendatang. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa preklinik laki-laki terkait infeksi dan vaksinasi HPV. Studi potong lintang ini meneliti mahasiswa preklinik laki-laki di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Subjek diberikan kuesioner daring tentang pengetahuan dan perilaku terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Kemudian, dilakukan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa laki-laki preklinik FKUI terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Terdapat 120 mahasiswa FKUI tingkat 1, 2, dan 3 yang terlibat dalam studi ini. Sebanyak 90,8% sampel memiliki pengetahuan baik mengenai infeksi dan vaksinasi HPV, sedangkan 38% sampel menunjukkan perilaku tepat terkait vaksinasi HPV. Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0,05) antara tingkat pengetahuan dan perilaku mahasiswa FKUI preklinik mengenai infeksi serta vaksinasi HPV. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan dan perilaku tersebut. ......HPV infection is the leading cause of sexually transmitted diseases. While HPV is often associated with women and cervical cancer, data show a high incidence among men and women. However, awareness about HPV remains low among men. Medical students in the pre-clinical phase play a critical role in the future management of HPV. This study explores the relationship between knowledge and practice among male pre-clinical students concerning HPV infection and vaccination. This cross-sectional study examined male pre-clinical students from Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Subjects were given an online questionnaire regarding their knowledge and practice towards HPV infection and vaccination. The chi-square statistical test was used to determine the correlation between knowledge and practice of male pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. A total of 120 students from FKUI in first, second, and third year participated in this study. 90.8% of the sample showed good knowledge about HPV infection and vaccination, while 38% exhibited appropriate practice regarding HPV vaccination. Bivariate analysis indicated no significant correlation (p>0.05) between the knowledge and practice of pre-clinical students at FKUI regarding HPV infection and vaccination. However, further research is needed to explore the relationship between knowledge and practice on this topic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Anindita Putri
Abstrak :
Latar belakang: Stres merupakan respons fisiologis terhadap situasi yang dianggap mengancam dan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi terutama menstruasi pada wanita. Studi menyatakan bahwa secara umum mahasiswa mengalami stres selama menjalankan proses pendidikan dan semakin meningkat selama pandemi COVID-19. Hal ini menjadi perhatian, terutama bagi mahasiswa kedokteran yang sering mengalami stres akademik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara stres dengan kejadian gangguan menstruasi. Maka dari itu, perlu diteliti mengenai hubungan tingkat stres dengan gangguan menstruasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan gangguan menstruasi pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang analitik dengan subyek mahasiswa preklinik FKUI yang didapat melalui metode consecutive sampling. Data demografi dan menstruasi diambil menggunakan kuesioner yang telah tervalidasi. Data tingkat stres diambil menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale-10 (PSS-10). Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi-Square atau Fisher Exact melalui perangkat lunak SPSS versi 26.0. Hasil: Data yang didapat dari 100 mahasiswa preklinik FKUI semester 1 hingga 7 menunjukkan tingkat stres ringan-sedang dialami oleh 95% mahasiswa dan stres berat dialami oleh 5% mahasiswa. Prevalensi gangguan menstruasi sebesar 91% yang meliputi gangguan frekuensi (12%), durasi menstruasi berkepanjangan (9%), pola menstruasi ireguler (26%), volume menstruasi banyak (40%), dan nyeri sedang-berat (71%). Analisis hubungan tingkat stres dengan gangguan menstruasi menunjukkan nilai p = 1,000. Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan bermakna antara tingkat stres dengan gangguan menstruasi pada mahasiswa preklinik FKUI. ......Introduction: Stress is a physiological response to a threatening situation and one of factor that affects reproduction health especially menstruation on women. Studies show that in general, students experience stress during study process and that stress is increasing during COVID-19 pandemic. This thing become great concern for medical students which often experience academic stress. Several studies show that there is a correlation between stress and menstrual disorders. Therefore, the correlation between stress level and menstrual disorders on preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia needs to be investigated. Objective: This study is aimed to discover correlation between stress level and menstrual disorders among preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Methods: This is a cross-sectional analytic study with preclinical students as a subject that was obtained through consecutive sampling method. Demographic and menstruation profile are obtained through validated questionnaire. Stress level is obtained through Perceived Stress Scale-10 (PSS-10). Variables are analyzed using Chi-Square or Fisher Exact test with SPSS software version 26.0. Results: Data from 100 preclinical students of FKUI on first semester until seventh semester shows 95% of students experience mild-moderate stress and 5% of heavy stress. Prevalence of menstrual disorders is 91% which include frequency disorder (12%), prolonged duration (9%), irregular pattern (26%), heavy volume (40%), and moderate-severe pain (71%). Bivariate analysis between stress level and menstrual disorders shows p value of 1.000. Conclusion: There is no significant correlation between stress level and the incidence of menstrual disorders on preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abd. Basith
Abstrak :
Latar belakang. Kegawatdaruratan jalan napas merupakan alasan pentingnya kompetensi keterampilan prosedural Intubasi Endotrakeal dan Ventilasi Masker bagi seorang dokter. Keterampilan prosedural tersebut diajarkan melalui pelatihan dengan tatap muka. Namun, pandemi COVID-19 memberikan dampak pada sistem pendidikan, termasuk pendidikan kedokteran. Metode pelatihan dengan tatap muka langsung tidak dapat dilakukan dan memerlukan suatu modifikasi menjadi metode daring. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah modifikasi Peyton’s Four-Step Approach. Tujuan. Menilai efektifitas metode pembelajaran dengan modifikasi Peyton’s four-step approach dan metode pembelajaran Peyton’s four-step approach klasik dalam pembelajaran keterampilan prosedural Intubasi Endotrakeal dan Ventilasi Masker selama masa pandemi COVID-19. Metode. Penelitian eksperimental dengan dua kelompok subyek mahasiswa pada modul Keterampilan Klinis Dasar Intubasi Endotrakeal dan Ventilasi Masker di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia selama periode Maret-Juni 2022. Kelompok pertama mendapatkan pembelajaran dengan Peyton’s four-step approach klasik dan kelompok lainnya mendapatkan pembelajaran dengan modifikasi Peyton’s four-step approach. Kedua kelompok kemudian diuji dan dilakukan penilaian dengan skor rubrik dan skor global rating, serta mengisi kuisioner umpan balik. Hasil. Eksperimen dilakukan dengan 133 mahasiswa pada kelompok klasik dan 96 mahasiswa pada kelompok modifikasi. Median skor rubrik 21,2 poin dan mayoritas skor global rating lulus (60,7%). Analisis statistik skor rubrik (uji T) dan skor global rating (uji Chi square) terhadap metode pembelajaran memberikan nilai p > 0,05 untuk keduanya. Analisis statistik persentase kelulusan antar metode pembelajaran juga memberikan nilai p > 0,05. Kuisioner kepuasan dan kepercayaan diri mendapatkan jawaban setuju dan sangat setuju untuk seluruh pertanyaan dan analisis perbandingan kepuasan antar metode mendapatkan nilai p > 0,05. Kesimpulan. Metode pembelajaran menggunakan metode modifikasi Peyton Four-Step Approach dan Peyton Four-Step Approach klasik sama efektif untuk diterapkan pada pembelajaran keterampilan prosedural Intubasi Endotrakeal dan Ventilasi Masker pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua metode memberikan kepuasan dan kepercayaan diri yang sama. ......Background. Airway emergencies is the reason behind competency in mask ventilation and intubation skills for a doctor. These procedural skills are taught through face-to-face training. However, the COVID-19 pandemic has had an impact on the education system, including medical education. The face-to-face training method cannot be carried out and requires a modification to an online method. One method that can be done is a modification of Peyton's Four-Step Approach. Objective. Assessing learning method effectiveness between the modified Peyton's Four-Step Approach and the classic Peyton's Four-Step Approach in learning basic skills of mask ventilation and intubation during the COVID-19 pandemic. Method. Experimental study with two groups of student subjects in the Basic Clinical Skills module of mask ventilation and endotracheal intubation at the Faculty of Medicine, University of Indonesia during the period March-June 2022. The first group received learning using the classic Peyton's Four-Step Approach and the other group received learning with a modified Peyton's Four-Step Approach. Both groups were then tested and assessed using a rubric score and a global rating score, as well as filling out a feedback questionnaire. Results. The experiment was conducted with 133 students in the classic group and 96 students in the modified group. The median rubric score was 21.2 points and the majority of the global rating scores passed (60.7%). Statistical analysis of the rubric score (T-test) and the global rating score (Chi square test) on the learning method gave a p value > 0.05 for both. Statistical analysis of the passing percentage between learning methods also gives a p value > 0.05. The satisfaction and self-confidence questionnaires got answers agree and strongly agree for all questions and satisfaction comparison analysis between methods got p value > 0.05. Conclusion. The learning method using the modified Peyton Four-Step Approach and the classic Peyton Four-Step Approach is equally effective for learning the basic skills of mask ventilation and endotracheal intubation for students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia. Both methods provide equal satisfaction and confidence.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library