Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nilovar Zalsabillah
Abstrak :
Seiring bertambahnya usia, kemampuan anak untuk melakukan perilaku berbohong cenderung meningkat. Salah satu motif yang menyebabkan anak berbohong adalah untuk melindungi perasaan orang yang disayang oleh anak. Perilaku berbohong ini disebut dengan prosocial lying. Prosocial lying adalah perilaku berbohong yang memiliki motif menguntungkan bagi orang lain, perilaku ini memiliki fungsi sosial dalam interaksi sehari-hari. Kemampuan berbohong menjadi salah satu indikasi perkembangan sosial dan moral pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran empati terhadap perilaku prosocial lying pada anak usia 7-11 tahun. Penelitian ini juga menguji peran faktor lain seperti semantic leakage control dan usia terhadap perilaku prosocial lying. Semantic leakage control merupakan kemampuan anak dalam mempertahankan kebohongan. Sebanyak 74 partisipan siswa/i SDN Beji 05 berpartisipasi pada penelitian ini (M= 9,11 , SD= 1,299). Pengambilan data dilakukan menggunakan disappointing gift paradigm serta kuesioner empati yang diberikan kepada orang tua siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan hierarchical logistic regression. Analisis regresi menunjukkan hasil tidak signifikan secara statistik pada dimensi affective χ2 = .281, p >.05, Nagelkerke R2 = .114 dan cognitive χ2 = .281, p > .05, Nagelkerke R2 = .114, namun analisis point biserial correlation menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan negatif antara prosocial lying dan usia partisipan rpb= -0,287, n=74, p<0,05. Hasil ini mengindikasikan bahwa empati tidak menjadi prediktor prosocial lying, oleh sebab itu, perlu dilihat faktor lain yang menjadi prediktor prosocial lying lain nya seperti executive functions, parenting dan emotional understanding. ......As children grow older, their ability to engage in lying behavior tends to increase. One of the motives that leads children to lie is to protect the feelings of people they care about. This type of lying is called prosocial lying. Prosocial lying is a behavior that involves lying for the benefit of others and has a social function in daily interactions. The ability to lie is an indication of social and moral development in children. This study aims to examine the role of empathy in prosocial lying behavior in children aged 7-11 years. This research also tests the role of other factors such as semantic leakage control and age in prosocial lying behavior. Semantic leakage control is the ability of children to maintain a lie. A total of 74 participants from SDN Beji 05 elementary school participated in this study (M=9.11, SD=1.299). Data was collected using the disappointing gift paradigm and empathy questionnaires given to the parents of the students. The data obtained was then analyzed using hierarchical logistic regression. Regression analysis showed statistically non-significant results in the affective dimension χ2 = .281, p > .05, Nagelkerke R2 = .114 and cognitive dimension χ2 = .281, p > .05, Nagelkerke R2 = .114, but point biserial correlation analysis showed a significant negative result between prosocial lying and participant age rpb = -0.287, n = 74, p < 0.05. These results indicate that empathy is not a predictor of prosocial lying, therefore, other factors that may be predictors of prosocial lying, such as executive functions, parenting, and emotional understanding, need to be examined.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniya Khoerani Nadhilah
Abstrak :
Kebohongan prososial merupakan kebohongan yang berorientasi pada orang lain dengan maksud untuk menjaga hubungan dan bersikap sopan terhadap orang lain. Meskipun melanggar prinsip moral komunikasi untuk menyampaikan pesan dengan jujur, tetapi di sisi lain, kebohongan tersebut memiliki fungsi sosial untuk mempertahankan interaksi pada situasi sosial tertentu. Gaya pengasuhan orang tua memiliki kontribusi bagi perilaku kebohongan prososial anak. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan gaya pengasuhan otoritatif, otoriter, dan reasoning terhadap perilaku kebohongan prososial pada anak usia 7-10 tahun. Sejumlah 89 partisipan anak menyelesaikan pengukuran perilaku kebohongan prososial menggunakan Disappointing Gift Paradigm dan pengukuran gaya pengasuhan orang tua diukur dengan kuesioner PSDQ yang diberikan kepada orang tua. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif secara signifikan (rpb = -1.89, p=.038) antara gaya pengasuhan reasoning dengan perilaku kebohongan prososial anak pada usia 7-10 tahun. Sementara itu, hasil lainnya menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan pada gaya pengasuhan otoritatif (rpb = -.092, p=.196) dan otoriter (rpb = .042, p=.349). Penemuan dalam penelitian ini berkontribusi untuk memahami perilaku kebohongan prososial dan membangun kesadaran orang tua terhadap pentingnya menumbuhkan kepekaan sosial pada anak. ......Prosocial lying are lies that are oriented towards others with the intention of building relationship and being polite towards others. Although it violates the moral principles of communication to convey the message honestly, on the other hand, such lies have a social function to maintain interaction in particular social situations. Parenting styles contributed to children's prosocial lying behavior. The purpose of this study is to investigate the relationship between authoritarian, authoritarian, and reasoning parenting styles and prosocial lying behavior in children aged 7 to 10. A total of 89 child participants completed measurements of prosocial lying behavior using the Disappointing Gift Paradigm and measurement of parenting styles using PSDQ questionnaires given to parents. The findings revealed a significantly negative relationship (rpb = -1.89, p=.038) between reasoning parenting styles and prosocial lying behavior in children aged 7 to 10 years. Meanwhile, other results showed the absence of a significant correlation with authoritative (rpb = -.092, p=.196) and authoritarian (rpb = .042, p=.349) parenting styles. The findings in this study contribute to understanding prosocial lying behavior and build parents’ awareness of the importance of growing social sensitivity in children.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Immanuel
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji peranan tipe kepribadian, prinsip moral, pelaku dan jenis kebohongan terhadap toleransi terhadap kebohongan. Partisipan dalam penelitian ini adalah WNI (n=176, MUsia=21.22, SDUsia=2.524) yang dipilih dengan teknik convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan secara online. Instrumen pengukuran terdiri dari alat ukur tipe kepribadian (Dark Triad Dirty Dozen; Jonason & Webster, 2010), modifikasi 7 Dilema Moral (Saputra dkk, 2014), dan alat ukur Toleransi terhadap Kebohongan (Immanuel & Matindas, 2016). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa pelaku dan jenis kebohongan memiliki hubungan signifkan dengan toleransi terhadap. Keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian lanjutan dibahas dalam diskusi laporan penelitian ini.
ABSTRACT
The aim of this research is to explore the role of personality type, moral principle, types of lie and relationship with the liar to tolerance towards lying. Participants in this research were Indonesian nationalities (n=176, MAge=21.22, SDAge=2.524), collected by using non-probability sampling method – convenience sampling. Participants complete online battery test consisted of personality questionnaire (Dark Triad Dirty Dozen; Jonason & Webster, 2010), modified 7 sacrificial dillema (Saputra et al, 2014), and tolerance towards lying questionnaire (Immanuel & Matindas, 2016). Main finding of this research shows that only situational factors have significant correlation with tolerance towards lying. Limitation and future research will be discussed further in this research’s report.
2016
S65464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniya Khoerani Nadhilah
Abstrak :
Kebohongan prososial merupakan kebohongan yang berorientasi pada orang lain dengan maksud untuk menjaga hubungan dan bersikap sopan terhadap orang lain. Meskipun melanggar prinsip moral komunikasi untuk menyampaikan pesan dengan jujur, tetapi disisi lain, kebohongan tersebut memiliki fungsi sosial untuk mempertahankan interaksi pada situasi sosial tertentu. Gaya pengasuhan orang tua memiliki kontribusi bagi perilaku kebohongan prososial anak. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan gaya pengasuhan otoritatif, otoriter, dan reasoning terhadap perilaku kebohongan prososial pada anak usia 7-10 tahun. Sejumlah 89 partisipan anak menyelesaikan pengukuran perilaku kebohongan prososial menggunakan Disappointing Gift Paradigm dan pengukuran gaya pengasuhan orang tua diukur dengan kuesioner PSDQ yang diberikan kepada orang tua. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif secara signifikan (rpb = -1.89, p=.038) antara gaya pengasuhan reasoning dengan perilaku kebohongan prososial anak pada usia 7-10 tahun. Sementara itu, hasil lainnya menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan pada gaya pengasuhan otoritatif (rpb = -.092, p=.196) dan otoriter (rpb = .042, p=.349). Penemuan dalam penelitian ini berkontribusi untuk memahami perilaku kebohongan prososial dan membangun kesadaran orang tua terhadap pentingnya menumbuhkan kepekaan sosial pada anak. ......Prosocial lying are lies that are oriented towards others with the intention of building relationship and being polite towards others. Although it violates the moral principles of communication to convey the message honestly, on the other hand, such lies have a social function to maintain interaction in particular social situations. Parenting styles contributed to children's prosocial lying behavior. The purpose of this study is to investigate the relationship between authoritarian, authoritarian, and reasoning parenting styles and prosocial lying behavior in children aged 7 to 10. A total of 89 child participants completed measurements of prosocial lying behavior using the Disappointing Gift Paradigm and measurement of parenting styles using PSDQ questionnaires given to parents. The findings revealed a significantly negative relationship (rpb = -1.89, p=.038) between reasoning parenting styles and prosocial lying behavior in children aged 7 to 10 years. Meanwhile, other results showed the absence of a significant correlation with authoritative (rpb = -.092, p=.196) and authoritarian (rpb = .042, p=.349) parenting styles. The findings in this study contribute to understanding prosocial lying behavior and build parents’ awareness of the importance of growing social sensitivity in children.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanani Amiratul Adilah Amini
Abstrak :
Perilaku berbohong prososial pada anak usia 6-12 tahun diteliti dengan melihat hubungannya dengan executive functions dan gaya pengasuhan orang tua. Perilaku berbohong prososial diobservasi menggunakan disappointing gift paradigm, executive functions diukur menggunakan tugas kognitif seperti stroop task dan digit span task, serta gaya pengasuhan orang tua diukur menggunakan self report. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji korelasi dan uji regresi. Dari total 76 partisipan, diketahui bahwa persentase truth-tellers sebesar 49% (37 orang) dan prosocial liar sebesar 51% (39 orang). Penelitian ini menemukan bahwa gaya pengasuhan conformity berhubungan secara negatif dengan perilaku berbohong prososial sedangkan variabel executive functions (working memory dan inhibitory control) serta variabel gaya pengasuhan autonomy tidak berhubungan dengan variabel berbohong prososial dan bukan merupakan prediktor variabel berbohong prososial. Penelitian ini menemukan bahwa anak usia 6-12 tahun yang orang tuanya menggunakan pola pengasuhan conformity memiliki kecenderungan yang rendah untuk melakukan perilaku berbohong prososial dan semakin besar kemungkinan untuk menjadi truth-tellers. Penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain yang mendasari perilaku berbohong prososial perlu dilakukan untuk menyesuaikan budaya di negara-negara Asia. ......Prosocial lying behavior in children aged 6-12 years was examined in relation to executive functions and parenting styles. Prosocial lying behavior was observed using the disappointing gift paradigm, executive functions were measured using cognitive tasks such as the Stroop task and digit span task, and parenting styles were measured using self-report measures. Statistical analyses were conducted using correlation and regression tests. Out of a total of 76 participants, it was found that 49% (37 individuals) were truth-tellers and 51% (39 individuals) were prosocial liars. The study found that conformity parenting style negatively correlated with prosocial lying behavior, while executive functions variables (working memory and inhibitory control) and autonomy parenting style variables were not correlated with prosocial lying behavior and were not predictors of prosocial lying behavior. Additionally, it was found that children aged 6-12 years whose parents employed a conformity parenting style had a lower tendency to engage in prosocial lying behavior and were more likely to be truth-tellers. Further research on other factors underlying prosocial lying behavior is necessary to account for cultural variations in Asian countries.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seffani Tri Ikhfatun Nurhasanah
Abstrak :

Respiratory distress syndrome (RDS) merupakan penyakit yang umum terjadi pada bayi prematur akibat defisiensi surfaktan dan ketidakmatangan fungsional paru-paru sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan. Salah satu masalah muncul akibat hal tersebut adalah pola napas tidak efektif akibat imaturitas neorologis. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas side lying position pada neonatus dengan RDS yang mengalami pola napas tidak efektif. Pasien By. Ny. E perempuan berusia 1 hari mendapatkan bantuan ventilasi dengan NK CPAP FiO2 25% PEEP 6 tetapi masih menunjukkan adanya retraksi dinding dada dan saturasi oksigen 97 – 99%, HR: 138 x/menit, RR: 40 x/menit dengan jeda 1-2 detik setiap 4-5 napas. Pemberian side lying positon diberikan selama 3-4 jam setiap dinas dan hasil yang didapatkan setelah 7 hari perawatan, yaitu retraksi dada sudah tidak ada, saturasi oksigen stabil dalam rentang 98 – 100 % RA dan RR: 43 x/menit regular. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi perawat untuk memberikan side lying position sebagai intervensi keperawatan non-farmakologi untuk mengatasi masalah pernapasan pada bayi prematur dengan RDS. ......Respiratory Distress Syndrome (RDS) is a common disease in premature babies due to surfactant deficiency and functional immaturity of the lungs therefore can causing respiratory problems. One of the problems that come up is an ineffective breathing pattern due to neurological immaturity. This scientific work aims to analyze the effectiveness of the side lying position in neonates with RDS who experience ineffective breathing patterns. Patient By. Ny. E receiving assisted ventilation with NK CPAP FiO2 25% PEEP 6 but still showing chest wall retraction and oxygen saturation 97 – 99%, HR: 138 x/minute, RR: 40 x/minute with 1-2 intervals seconds every 4-5 breaths. Intervention of side lying position is given for 3-4 hours and the results obtained after 7 days of treatment namely chest retraction is gone, oxygen saturation is stable in the range of 98 – 100% RA and RR: 43 x/minute regular. The results of this scientific work are expected to be a reference for nurses to provide a side lying position as a non-pharmacological nursing intervention to treat respiratory problems in premature infants with RDS.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti
Abstrak :
Tumor otak mengakibatkan kelemahan fisik dan keterbatasan sehingga harus tirah baring dalam waktu yang cukup lama mengakibatkan terjadinya luka tekan. Reposisi dan perawatan kulit merupakan pencegahan terhadap kejadian luka tekan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh posisi baring miring 30 dan massage dengan Virgin Coconut Oil VCO pada pasien tumor otak. Disain penelitian Quasi-experiment dengan post-test only non equivalent control group. Sampel penelitian berjumlah 46, terdiri dari 23 kelompok intervensi dan 23 kelompok kontrol. Hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan dengan posisi baring miring 30 selama 2 jam dikombinasikan dengan massage menggunakan VCO p=0,035 . Berdasarkan penelitian ini, posisi baring miring 30 dan massage dengan VCO dapat dijadikan intervensi keperawatan untuk mencegah kejadian luka tekan.
Brain tumors resulting in physical weakness and limitations that must bedrest in a long time resulted in injuries hit. Reposition and skin care is a deterrent against the incidence of pressure sores. This study aimed to identify the effect of lying position tilted 30 and massage with Virgin Coconut Oil VCO in patients with brain tumors. Quasi experimental research design with a post test only non equivalent control group. Sampel study amounted to 46, consisting of 23 intervention and 23 control group. The results of the study a significant difference to the lying position tilted 30 for 2 hours combined with massage using a VCO p 0.035 . Based on this research, a position lying tilted 30 and massage with VCO can be used as a nursing intervention to prevent the incidence of pressure sores.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library