Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
Bainton, Roland H.
New York: New American Library, 1950
922.4 BAI h
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Yakub Kartawidjaja
Abstrak :
The text of Cantata BWV 106 shows two forms of organization: symmetry and chronology. The former is shown by similar sets of correspondences in the musical texture, which display the antithesis: death under the Law versus death under the Gospel. The latter is visible in the four solos and central fugue/solo/chorale complex between the prologue and doxology. The chronology passes through the stages of the history of Israel to the coming of Christ, his death on the cross, and the era of the Christian church. The sequence can be read as an internal progression from fear of death and acceptance of its inevitability to faith in Christ and in the promise of the Gospel, and finally, to the willingness of the believer to die in Christ and his church.
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2015
SODE 2:2 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Billy Kristanto
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini mencoba untuk menggambarkan teologi Calvin tentang Perjamuan Kudus sebagai jawaban ekumenis untuk menjembatani polemik antara Luther dan Zwingli dalam komunitas Protestan dengan meninjau pandangan awal dan akhir tulisan Calvin. Saya berargumentasi bahwa pembacaan ekumenis Calvin terhadap kedua reformator telah membantu mentransformasi polemik yang ada menjadi alternatif kreatif. Saya akan membandingkan pemahaman Luther dan Zwingli tentang Perjamuan Kudus. Kemudian, tulisan awal Calvin tentang Perjamuan Kudus akan digambarkan sebagai jalan tengah antara Luther dan Zwingli. Bagian ketiga membahas tulisan Calvin belakangan tentang Perjamuan Kudus, yang akan diikuti oleh tinjauan historis dari beberapa teolog dan juga Konsili Kalsedon. Natur relasi antara tanda dan yang ditunjuk oleh tanda merupakan hal yang kompleks dan multidimensi. Tinjauan historis juga meneguhkan jiwa ekumenis Calvin. Akhirnya disimpulkan bahwa meskipun masih ada perbedaan pandangan, ada kemiripan yang bermanfaat dari berbagai pandangan teologis.
Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (STTRII), 2017
230 JTRI
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Billy Kristanto
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini mencoba untuk menggambarkan teologi Calvin tentang Perjamuan Kudus sebagai jawaban ekumenis untuk menjembatani polemik antara Luther dan Zwingli dalam komunitas Protestan dengan meninjau pandangan awal dan akhir tulisan Calvin. Saya berargumentasi bahwa pembacaan ekumenis Calvin terhadap kedua reformator telah membantu mentransformasi polemik yang ada menjadi alternatif kreatif. Saya akan membandingkan pemahaman Luther dan Zwingli tentang Perjamuan Kudus. Kemudian, tulisan awal Calvin tentang Perjamuan Kudus akan digambarkan sebagai jalan tengah antara Luther dan Zwingli. Bagian ketiga membahas tulisan Calvin belakangan tentang Perjamuan Kudus, yang akan diikuti oleh tinjauan historis dari beberapa teolog dan juga Konsili Kalsedon. Natur relasi antara tanda dan yang ditunjuk oleh tanda merupakan hal yang kompleks dan multidimensi. Tinjauan historis juga meneguhkan jiwa ekumenis Calvin. Akhirnya disimpulkan bahwa meskipun masih ada perbedaan pandangan, ada kemiripan yang bermanfaat dari berbagai pandangan teologis.
Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (STTRII), 2017
230 JTRI 4:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Charles F. Marunduri
Abstrak :
ABSTRAK
Teologi doa Luther selain menyatakan hubungan erat antara teologi dan doa, juga memperlihatkan implikasi praktisnya dalam kehidupan kristen. Dengan mengamati implikasi teologi doanya ini dalam empat aspek hidup yaitu pribadi, keluarga, gereja, dan masyarakat, maka akan tampak bahwa teologi Kristen khususnya teologi doa memiliki relevansi yang kuat dan memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan orang-orang percaya. Dengan demikian kehidupan orang percaya menjadi kehidupan yang memberikan berkat kepada dunia ini.
Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (STTRII), 2017
230 JTRI 4:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Kusrin
Abstrak :
ABSTRAK
Amerika Serikat yang merupakan negara adikuasa di dunia mempunyai penduduk terbesar dunia setelah China dan India dengan kekayaan alam berupa tambang, flora dan fauna adalah negara modern abad ini. Pertanian dan industri yang menggunakan teknologi canggih menghasilkan kemakmuran yang melimpah bagi rakyatnya.
Semua itu mempunyai sejarah yang panjang agar dapat sampai pada keadaan seperti sekarang ini. Amerika Serikat membutuhkan pemerintah yang kuat untuk dapat mengatur rakyatnya. Menurut estimasi Juli 1993 penduduk Amerika Serikat sebanyak 258.103.721 orang yang terletak di area seluas 9.372.610 km2 darat. Rakyat yang sudah menjadi warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang dijamin oleh Deklarasi Kemerdekaan dan Konstitusi.
Warga negara Amerika Serikat sebagian besar lebih dari 90% adalah imigran dari berbagai bangsa di seluruh dunia. Oleh karena itu warga kulit merupakan masalah bagi bangsa Amerika. Mereka semua datang ke Amerika tanpa hak, kemudian mereka semua merasa berhak. Sebagian dari mereka telah merumuskan hak-haknya sebelum sampai Amerika di atas kapal Mayflower yang dikenal sebagai Mayflower Compact
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Parhusip, Junyor
Abstrak :
Martin Luther King, Jr tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan Afro-Amerika dalam menuntut kebebasan (hak-hak sipil). Perlakuan segregasi dan diskriminasi yang dialami Afro-Amerika mulai akhir abad 19 (setelah berakhirnya perbudakan) sampai tahun 1950-an oleh kelomok Eropa-Amerika yang berlangsung dengan keras, telah menimbulkan kebangkitan tokoh-tokoh Afro-Amerika yang mulai memperjuangkan kebebasan (hak-hak sipil) bagi Afro-Amerika. Perlawanan tanpa kekerasan (nonviolence resistance) yang dicetuskan oleh King sebagai prinsip/cara baru memperjuangkan hak-hak sipil bagi Afro-Amerika ternyata terbukti mampu mewujudkan cita-cita Afro-Amerika, yaitu melalui cara ini telah menyebabkan integarasi dan memperoleh kebebasan bagi Afro-Amerika. King sendiri dalam pencapaian prinsip ini melalui proses panjang yang dilalui sewaktu ia menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi mendapat pengaruh dari tokoh-tokoh teolog, sosiolog, sejarawan. Tetapi berkat faktor ketekunan yang luar biasa, ia mampu mewujudkan cita-citanya untuk memperjuangkan kebebasan bagi Afro-Amerika. Masyarakat Afro-Amerika percaya bahwa King sebagai symbol perjuangan untuk keberhasilan. Selain itu kalangan Eropa-Amerika juga simpati terhadap perjuangan yang dilakukan oleh King. Hal ini karena kesetiaannya terhadap prinsip perlawanan tanpa kekerasan berdasarkan ajaran cinta kasih. Dalam perjuangan King bersama masyarakat Afro-Amerika tentu saja mendapat rintangan yang tidak sedikit, akan tetapi sekali lagi perjuangan melalui pendekatan tanpa kekerasan akhimya mampu melahirkan Undang-undang Hak-hak sipil 1964 yang membebaskan Afro-Amerika dari diskriminasi dan segregasi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S12475
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library