Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Ayu Imaningtyas
"ABSTRAK
Kualitas udara di kota Jakarta dewasa ini cenderung mengalami penurunan oleh adanya dampak negatif dan perkembangan kegiatan industri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keadaan kualitas udara di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur dan daerah sekitarnya. Kualitas udara ditentukan berdasarkan nilai Index of Atmospheric Purity (IAP) dengan menggunakan lumut kerak sebagai bioindikator. Hasil penelitian inenunjukkan bahwa lumut kerak di kawasan industri dan daerah sekitarnya terdiri dari tiga jenis, yaitu dua jenis dari Inarga Physca, dan satu jenis dari marga Leprara. Dari data jumiah jenis, luas penutupan, dan frekuensi kehadiran tiap jenis lumut kerak tersebut, diketahui bahwa niiai lAP di Kawasan Industri Pulogadung adalah 7,35 sedangkan di daerah sekitarnya adalah 12,35. Berdasarkan kritenia penggolongan nilai IAP menurut LeBlanc & De Sloover, maka kualitas udara di kedua lokasi tersebut tenniasuk terceinar benat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akmal Ariyananda
"Studi keanekaragaman spesies lumut hati dan lumut sejati di hutan kota Universitas Indonesia telah dilakukan pada Februari--November 2014. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode jelajah bebas. Tercatat sebanyak 22 spesies lumut yang terdiri atas 8 spesies lumut hati dan 14 spesies lumut sejati. Spesies lumut hati yang ditemukan berasal dari 3 famili dan 5 genus, sementara spesies lumut sejati berasal dari 6 famili dan 8 genus. Spesies lumut hati yang ditemukan yaitu Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. Spesies lumut sejati yang ditemukan yaitu Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata.

A study of liverworts and mosses at urban forest of Universitas Indonesia was conducted on February--November 2014. Data were collected using broad survey method. There were 22 species collected which were consisted of 8 liverworts and 14 mosses species. The liverworts derived from 3 family and 5 genus while mosses derived from 6 family and 8 genus. The liverworts species are Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. The mosses species are Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian tentang keanekaragaman lumut sejati dan
lumut hati. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman marga
lumut sejati dan lumut hati di Kampus UI. Sampel di koleksi dari wilayah
Hutan Kota dan FMIPA menggunakan metode jelajah bebas. Lumut yang
dikoleksi berasal dari tiga substrat berbeda, yaitu pohon, tanah, dan substrat
keras. Sampel diidentifikasi dengan melihat karakter morfologi dan anatomi
dari fase gametofit tumbuhan lumut menggunakan buku identifikasi. Hasil
yang diperoleh saat penelitian, yaitu terdapat 16 marga tumbuhan lumut yang
berasal dari 11 marga lumut sejati, dan 5 marga lumut hati. Marga lumut
sejati yang diperoleh, yaitu Acroporium Mitt., Brachymenium Schwaegr.,
Calymperes Sw. in Web., Ectropotecium Mit., Fissidens Hedw., Funaria
Hedw, Hyophila Brid., Octoblepharum Hedw., Trismegistia (C.Müll.) C.Müll,
Vesicularia (C.Müll.) C.Müll., dan Weissia Hedw. Marga lumut hati terdiri dari
Acrolejeunea (Spurce) Schiffn, Calypogeia Raddi., Frullania Raddi, Lejeunea
Lib., dan Marchantia L."
Universitas Indonesia, 2009
S31574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Tsabituddinillah
"Lumut merupakan salah satu komponen penyusun ruang terbuka hijau (RTH). Keberadaan lumut di wilayah urban menunjukkan adanya kemampuan adaptasi lumut untuk bertahan pada lingkungan urban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lumut serta karakteristik morfologi dan anatomi lumut di RTH pemukiman daerah urban. Lumut dikoleksi dengan metode purposive sampling; transect-line pada 6 titik tepi jalan dan jelajah bebas pada 3 titik taman di Komplek Taman Bona Indah, Jakarta Selatan. Pengamatan karakteristik morfologi dan anatomi lumut dilakukan dengan penilaian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 2 divisi lumut yang ditemukan di area penelitian, yaitu Bryophyta dan Marchantiophyta. Divisi Bryophyta terdiri dari 6 famili, 9 genus, dan 16 spesies, sementara itu Divisi Marchantiophyta terdiri dari 2 famili, 2 genus, dan 3 spesies. Pottiaceae merupakan famili dengan jumlah jenis lumut paling banyak ditemukan, yaitu 5 jenis. Jenis lumut dengan jumlah sampel paling banyak ditemukan adalah Fissidens biformis. Substrat tempat tumbuh lumut yang ditemukan di lokasi penelitian adalah tanah, batu, batang pohon, dan akar pohon yang lapuk. Kisaran luas tutupan lumut yang ditemukan yaitu 2 – 100%. Karakteristik seperti ukuran tubuh yang kecil, life-form; mats, fan, dan turf, bentuk daun, ornamentasi pada permukaan daun; papilla, modifikasi sel daun; hyalin, alar, dan cancellina, serta keberadaan sporofit atau gemma diduga mendukung lumut beradaptasi di lingkungan urban.

Bryophyte is a component of open green space (OGS). The presence of bryophyte in urban areas indicates the adaptability of bryophyte to survive in an urban environment. This research goals are to determine the types of bryophyte and the morphological and anatomical characteristics of bryophyte in urban residential OGS. Bryophyte was collected using the purposive sampling method; transect-line at 6 roadside points and free-roaming at 3 park points in Komplek Taman Bona Indah, South Jakarta. The observation of the morphological and anatomical characteristics of bryophyte was carried out by qualitative and quantitative assessments. Based on the results, there are 2 divisions of bryophytes in the research area, namely Bryophyta and Marchantiophyta. The Bryophyta (mosses) consists of 6 families, 9 genera, and 16 species, while the Marchantiophyta (liverworts) consists of 2 families, 2 genera, and 3 species. Pottiaceae is the most common family in the research area which has 2 genera and 5 species. The greatest number samples found in the study area is Fissidens biformis. The soil, rocks, tree trunks, and roots are the substrates which the bryophytes can be found in the study sites. The wide range of bryophyte cover found is 2 - 100%. Characteristics such as small body size, life-form; mats, fans, and turf, leaf shape, leaf surface ornamentation; papilla, modified leaf cells; hyalin, alar, and cancellinae, and the presence of sporophyte or gemma are presumed to support Bryophyte adaptation in the urban environment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafly Wibowo
"Telah dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis lumut sejati (Musci) di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat. Lokasi penelitian dibagi atas tiga habitat yang mewakili, yaitu kebun koleksi tumbuhan, sekitar air terjun Cibogo, dan hutan kebun raya. Selama penelitian dari bulan September 2004 hingga Maret 2005, berhasil dikoleksi 58 jenis lumut sejati yang terdiri dari 41 marga dan 19 suku. Dua puluh sembilan jenis diantaranya memiliki tipe pertumbuhan akrokarpus dan 29 lainnya memiliki tipe pertumbuhan pleurokarpus. Berdasarkan habitat, diperoleh 51 jenis lumut sejati di kebun koleksi, 12 jenis di hutan kebun raya, dan 5 jenis di sekitar air terjun Cibogo. Berdasarkan substratnya, diperoleh 21 jenis lumut sejati yang tumbuh pada batu, 15 jenis di tanah, 10 jenis di akar pohon, 36 jenis di batang pohon, 10 jenis di cabang pohon, dan 5 jenis di kayu mati. Berdasarkan Indeks Similaritas Jackard dan dendrogram, komunitas lumut sejati yang paling mirip terdapat pada habitat kebun koleksi dan hutan kebun raya (ISJ=0,145), serta pada substrat batu dan batang pohon (ISJ=0,305). Sedangkan komunitas lumut sejati yang paling berbeda terdapat pada habitat hutan kebun raya dan air terjun (ISJ=0) serta pada substrat tanah dan kayu mati (ISJ=0,053). Kunci identifikasi sederhana dibuat untuk mengenali jenis-jenis lumut sejati yang ada."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S31369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Pudjiastuti
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada tumbuhan tingkat rendah Iumut hati P. sandei Dozy dan tumbuhan
tinggi famili Lauraceae yaitu Beilschmiedia brevipes Ridl., B. glauca Lee dan Cryptocazya. kurzii
Hk.f. Ekstraksi P. sandei Dozy dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut berturut-turut n-
heksana, klorofom dan melanol, sedangkan ekstraksi pada tumbuhan tingkat tinggi famili
Lauraoeae menggunakan ekstraksi asam basa untuk memperoleh alkaloid total. isolasi P. sandei
Dozy dilakukan dengan kromatograti kolom menggunakan fasa diam silika gel, Sephadex LH-20
dan Cosmosil RP-75 serta eluen n-heksana-etilasetat, n-heksana-aseton dan kloroform-metanol,
sedangkan isolasi alkaloid digunakan fasa diam silika gel dan eluen diklorometana-metanol.
Penentuan struktur molekul dilakukan dengan UV, FTIR, 1H-NMR, 13C-NMR, NMR-2D, ESI-MS,
FAB-MS, GC-MS dan HR-MS. Dari hasil tumbuhan tingkat rendah P. sandei Dozy diperoleh 6
senyawa yaitu 2 seskuiterpen, spathulenol (A-1) dan 10-oksodaucan-5,8-dien-11-asetat (A-3) yang
merupakan senyawa baru, 2 macam sterol yaitu stigmasterol (A-2) dan silosterol (A-4), turunan
gliseroi 1',2'-[(3~etoksi)-heksa vinill gliserol (A-5) juga merupakan senyawa baru dan etil p-metoksi
sinamat (A-6), sedangkan dari tumhuhan tinggi famili Lauraceae diperoleh 7 alkaloid
bensilisokuinolin dari B. bravipes Ridl., yaltu 7-O,4'-O-dimetilooclaurin (B-1), papaveraldin (B-2),
velucriptin (B-3), papaverine (B-4) adalah bahan alam baru, amepavin (B-5), 4-metilpapaveraldin
(B-6) merupakan senyawa baru dan noramepavin (B-7). Enam alkaloid aporfin yaitu
norisoturberin (C-1), norisocoridin (C-2), N-metilhemagin (C-3), isocoridin (C-4), hemagin (C-6),
catalpivolin (C-7) dm 1 oksoaporin, 7-oksohemagin (C-5) 'dari B. glauca Lee dan 4 alkaloid
oksoaportin, O-metilmoschatolin (D-1), subseilin (D-2), aiherolin (D-3), dioentrinon (D-4) dan
sinamida (D-5) dar! C. Rum? Hk.f. UE aktivitas sitotoksik alkaloid disentxinon pada se! KB
menunjukkan harga LCm 9,03 ppm, sedangkan pada konsentrasf 10 ppm disentrinon dapat
menginduksi apoptosis sebesar 46,30%, dan menyebabkan nekrosis 20,28%. Disentrinon
menginduksi apoptosis jauh lebih tinggi dmanding dengan aportin aiau oksoeporfin Iain, tetapi
sedikit Iebih rendah daripada vinkristin sebagai kontrol positif.

Abstract
The research of the isolation and structure determination of the chemical constituents of the
liveiwort of Plagiochila sandei Dozy and Lauraceae, namely Beilschimedia brevrpes Ridl.,
Beilschmiedia giauca Lee and Cryptocarya kurzii Hk.f. have been performed . The extraction of P.
sandei was carried out using n-hexane, CHCI3 and MeOH, subsequently, while for the Lauraceae
the acid base extraction was periomied to get the crude alkaloid extracts. P.sandei Dozy was
purified by column chromatography using silica gel, Sephadex LH-20 dan Cosmosil RP-75 as
stationary phase and n-hexane-ethyl-acetate, n-hexane-acetone and chloroform-methanol as
mobile phase, respectively. The crude alkaloids mixture was subjected to column chromatography
over silica get and dichloromethane - methanol as mobile phase. The molecular structure ofthe
compounds were determined by spectroscopic methods, such as UV, FTIR, 1H-NMR, 13C-NMR,
NMR-2D, ESI-MS, FAB-MS, GC-MS and HR-MS. From the liverwort P. sandei Dozy, 6 compounds
as chemical constituents of were obtained: 2 sesquiterpenes, spathulenol (A-1) and 10
oxodaucane-5,8-dlene-11-acetate (A-3) as a new compound, 2 sterols: stigmasterol (A-2) and
sitosterol (A-4), 1',2?-dimethyl-[(3~ethoxy)-hexavinyl] glycerol. a new compound of a derivative of
glycerol (A-5) and ediyl p-melhoxy cinnnamate (A-6). Nineteen alkaloids were isolated from
Lauraoeae, 7 benzylisoquinoiinei from B.brevipes Ridl.: 7-O,4'-O-dimethylcoclaurine (B-1),
papaveraldine (B-2), veluoryptine (B-3), papaverinol (B-4) as new natural product compound,
armepavine (35). 4-methyipapaveraldine (B-6) as new compound and noramrepavine (B-7). Six
aporphine alkaloids were obtained: norisoturberine (C-1), norisocorydine (C-2), N-
methylhemagine(C-3), isocorydine (C-4). hemagine (C-6), catalpivoline (C-7) and one
oxoaporphine called 7-oxohemagine (C-5). Four oxoaporphine alkaloids were isolated from B.
glauca Lee: 0#methyimoschatoline (D-1), subsessiline (D-2), atheroline (D-3), dicentrinone (D-4)
and a 'proto' alkaloid cinamide (D-5) from C. kurzii Hk.f. The cytotoxic activity test of the aporphine
and oxoaporphine alkaloids to the KB cell line showed that dicentrinone - an oxoaporphine had
LC50 9,03 ppm, while at 10 ppm, dicentlinone induced apoptosis 46.30% and 20,28% necrosis.
This activity was much higher than aporphines and other oxoaporphlnes, but it was slightly lower
than vincristine as positive control."
2006
D1231
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Octovia Huwae
"Penelitian mengenai kualitas udara di beberapa jalur hijau di wilayah Jakarta Selatan dengan luinut kerak sebagai bioindikator, telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan transportasi telah mempengaruhi kualitas udara di beberapa daerah di Jakarta Selatan. Dengan inenggunakan Index of Atmospheric Purity (LAP) menurut Le Blanc & Sloover dengan luinut kerak sebagal bioindikator, inaka dapat diketahui kualitas udara di daerah Senopati, Ji. Pakubuwono-Hang Tuah dan Ji. Jend. Sudirinan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa daerah Senopati dengan frekuensi kendaraan yang rendah, terinasuk daerah yang terpolusi ringan. Pada lokasi mi ditemukan lima jenis lumut kerak yaitu Graphis sp., Lepraria sp. dan tiga jenis dari genus Physcia. Ji. Pakubuwono-Hang Tuah dengan frekuensi kendaraan sedang, merupakan daerah yang terpolusi sedang. Pada lokasi mi ditemukan empat jenis luinut kerak yaltu Lepraria sp. dan tiga jenis dari marga Physcia. Di daerah Ji. Jend. Sudirman dengan frekuensi kendaraan yang tinggi, merupakan daerah yang terpolusi berat. Di daerah mi ditemukan hanya dua jenis lurnut kerak dari jenis Physcia spp"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Widyastuti
"ABSTRACT
Kultur in vitro gametofit lumut berdaun masih menghadapi hambatan dalam sterilisasi eksplan sampai sekarang. Kendala ini terkait dengan struktur sederhana lumut hati yang mudah rusak setelah terpapar desinfektan dan tingkat kontaminasi kultur yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode sterilisasi yang mampu menekan kontaminasi dengan viabilitas eksplan yang tinggi dalam kultur gametofit lumut hati Lopholejeunea sp. Penelitian ini menggunakan dua metode sterilisasi yang berbeda. Metode sterilisasi I terdiri dari kontrol dan 6 kombinasi pengobatan dengan konsentrasi Bayclin (0,5%, 0,75% dan 1%) dengan waktu pemaparan (60 detik dan 90 detik) disertai dengan penambahan 2,5 mg / ml tetrasiklin. Metode sterilisasi II terdiri dari kontrol dan 2 kombinasi perlakuan konsentrasi Bayclin sebesar 0,75% dengan waktu pemaparan (60 detik dan 90 detik) disertai dengan penambahan 35% alkohol, Dithane 1%, dan tetrasiklin 2,5 mg / ml. Setiap metode sterilisasi terdiri dari 10 sampel. Parameter kualitatif yang diamati, yaitu lokasi kontaminasi, jenis kontaminan, warna dari eksplan setelah sterilisasi dan hari terakhir pengamatan, juga pengamatan pertumbuhan eksplan secara makroskopis dan mikroskopis pada hari ke-30. Parameter kuantitatif adalah persentase kontaminasi, persentase jenis dan lokasi kontaminasi, dan kuantifikasi pertumbuhan eksplan berdasarkan persentase pertumbuhan dan jumlah cabang. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa metode sterilisasi I adalah metode yang lebih baik karena walaupun kontaminasi serendah 80%, tetapi eksplan masih dapat tumbuh pada hari ke-14 setelah tanam. Jenis kontaminasi yang paling umum ditemukan dalam kedua metode sterilisasi adalah bakteri dan jamur yang muncul dari internal. Eksplan gametofit dari Lopholejeunea sp. juga menunjukkan pertumbuhan bahkan dalam kondisi yang terkontaminasi, kecuali kontaminasi jamur tosca.

ABSTRACT
In vitro culture of leafy moss gametophyte still faces obstacles in explant sterilization until now. This constraint is related to the simple structure of liverworts that can be easily damaged after exposure to disinfectants and high levels of culture contamination. This study aims to determine the sterilization method that is able to reduce contamination with high explant viability in the gamutophyte culture of liverworm Lopholejeunea sp. This study uses two different sterilization methods. The sterilization method I consisted of control and 6 treatment combinations with Bayclin concentration (0.5%, 0.75% and 1%) with exposure time (60 seconds and 90 seconds) accompanied by the addition of 2.5 mg / ml tetracycline. The sterilization method II consisted of control and 2 treatment combinations of Bayclin concentration of 0.75% with exposure time (60 seconds and 90 seconds) accompanied by the addition of 35% alcohol, 1% Dithane, and tetracycline 2.5 mg / ml. Each sterilization method consists of 10 samples. Qualitative parameters were observed, namely the location of contamination, type of contaminant, the color of explants after sterilization and the last day of observation, also observations of explant growth macroscopically and microscopically on the 30th day. Quantitative parameters are the percentage of contamination, the percentage of species and locations of contamination, and the quantification of explant growth based on growth percentage and number of branches. The results obtained in this study are that the sterilization method I is a better method because even though contamination is as low as 80%, explants can still grow on the 14th day after planting. The most common types of contamination found in the two methods of sterilization are bacteria and fungi that arise from the internal. Gametophyte explants from Lopholejeunea sp. also shows growth even under contaminated conditions, except tosca mushroom contamination."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa Dewi Ekayani
"Nrima merupakan sikap berpasrah diri dalam budaya Jawa. Sikap nrima dalam masyarakat Jawa saat ini kurang dipahami apalagi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mungkin dianggap sudah tidak sesuai lagi. Salah satu cerita rakyat Jawa yaitu Andhe-Andhe Lumut (AAL) menjadi perhatian penelitian ini dikarenakan diciptakan kembali dalam bentuk novel (2010) oleh DH. Sunjaya, Sri Sunarsih, dan Martha Sadiyati, yang secara hipotesis sesungguhnya ingin menghadirkan kembali sikap nrima ini yang dihadapkan pada persoalan kekinian. Sikap Nrima yang berpasrah diri yang terkesan statis dan tanpa “alasan” yang seolah-olah harus dilakukan karena takdir semata pada masyarakat Jawa masa lampau, dalam novel ini diubah menjadi sikap yang dinamis dengan suatu alasan yang logis dan pertanggungjawaban moral. Penelitian ini bermaksud menjabarkan sikap nrima yang ada di dalam cerita AAL melalui tokoh Dewi Sekartaji (Klenthing Kuning). Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan teori penokohan oleh Nurgiyantoro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap nrima Dewi Sekartaji (Klenthing Kuning) adalah sikap nrima yang dilandasi alasan moral yaitu berbakti kepada orang tua. Sikap nrima yang dilakukan oleh tokoh Klenthing Kuningmengajarkan bahwa menerima takdir sebagai bakti terhadap orang tua dan dengan kesungguhan hati, kesabaran, dan terus berusaha akan berbuah menjadi moral kebaikan yang seutuhnya.

Nrima is an attitude of surrender in Javanese culture. The attitude of nrima in Javanese society is is not well understood by today’s society, it may be considered no longer appropriate. One of the Javanese folk story, Andhe-Andhe Lumut (AAL) is the focus of this research because it was re-created in the form of a novel (2010) by DH. Sunjaya, Sri Sunarsih, and Martha Sadiyati, who hypothetically actually wanted to bring back the attitude of nrima who was faced with contemporary problems. Nrima's attitude of surrendering himself that seems static and without "reasons" which seems to have to be done because of fate alone in the past Javanese society, in this novel is transformed into a dynamic attitude with a logical reason and moral responsibility. This study intends to describe the attitude of acceptance in the AAL story through the character of Dewi Sekartaji (Klenthing Kuning). This research uses the qualitative method with characterization approach by Nurgiyantoro. The results shows that Dewi Sekartaji's (Klenthing Kuning) acceptance attitude was an acceptable attitude based on moral reasons, namely devotion to parents. The nrima’s attitude carried out by the Klenthing Kuning figure teaches that accepting destiny as a devotion to one's parents and with sincerity, patience, and continuous effort will bear fruit into a complete moral goodness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Din Wijaya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perubahan struktur komunitas lumut daun (Bryophyta Schimp.) terestrial di sepanjang gradien elevasi pada Lereng Putri, Gunung Gede, Jawa Barat, serta menentukan variabel abiotik yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan tersebut. Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode modified belt elevational transect untuk pengambilan sampel dan mengumpulkan data abiotik, meliputi suhu udara (SU), kelembapan udara (KU), suhu tanah (ST), kelembapan tanah (KT), kecepatan angin (KA), pH tanah (pH), dan inklinasi (Ink). Terdapat total 30 spesies yang masuk ke dalam 17 famili dalam 276 subplot di lokasi pengambilan sampel. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan path analysis untuk menentukan hubungan dan ketergantungan antara pola perubahan faktor abiotik dan perubahan struktur komunitas di sepanjang gradien elevasi (GE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman, indeks kekayaan, dan indeks kemerataan spesies mengalami penurunan di sepanjang GE sementara indeks dominansi spesies mengalami peningkatan. Path analysis mengindikasikan bahwa suhu tanah (mST) merupakan variabel abiotik utama yang memengaruhi struktur komunitas lumut daun dengan menunjukkan peningkatan elevasi yang signifikan secara negatif terhadap mST. Penelitian ini memberikan pemahaman tentang dinamika ekosistem hutan hujan tropis pegunungan dan pentingnya variabel abiotik dalam strategi konservasi dan manajemen ekosistem.

This study aims to analyze the patterns of change in the structure of terrestrial moss (Bryophyta Schimp.) communities along an elevational gradient on Lereng Putri, Mount Gede, West Java, and to identify the significant abiotic variables influencing these changes. The study was conducted using a modified belt elevational transect method for sampling and collecting abiotic data, including air temperature (SU), air humidity (KU), soil temperature (ST), soil moisture (KT), wind speed (KA), soil pH (pH), and inclination (Ink). A total of 30 species belonging to 17 families were identified across 276 subplots at the sampling sites. The collected data were analyzed using path analysis to determine the relationships and dependencies between the patterns of change in abiotic factors and the changes in community structure along the elevational gradient (GE). The results showed that the values of species diversity index, species richness index, and species evenness index decreased along the GE, while the species dominance index increased. Path analysis indicated that soil temperature (mST) is the main abiotic variable affecting the structure of moss communities, with a significant negative impact of increasing elevation on mST. This research provides insights into the dynamics of tropical montane rainforest ecosystems and highlights the importance of abiotic variables in conservation strategies and ecosystem management."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>