Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Ayu Imaningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Kualitas udara di kota Jakarta dewasa ini cenderung mengalami penurunan oleh adanya dampak negatif dan perkembangan kegiatan industri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keadaan kualitas udara di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur dan daerah sekitarnya. Kualitas udara ditentukan berdasarkan nilai Index of Atmospheric Purity (IAP) dengan menggunakan lumut kerak sebagai bioindikator. Hasil penelitian inenunjukkan bahwa lumut kerak di kawasan industri dan daerah sekitarnya terdiri dari tiga jenis, yaitu dua jenis dari Inarga Physca, dan satu jenis dari marga Leprara. Dari data jumiah jenis, luas penutupan, dan frekuensi kehadiran tiap jenis lumut kerak tersebut, diketahui bahwa niiai lAP di Kawasan Industri Pulogadung adalah 7,35 sedangkan di daerah sekitarnya adalah 12,35. Berdasarkan kritenia penggolongan nilai IAP menurut LeBlanc & De Sloover, maka kualitas udara di kedua lokasi tersebut tenniasuk terceinar benat.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akmal Ariyananda
Abstrak :
[Studi keanekaragaman spesies lumut hati dan lumut sejati di hutan kota Universitas Indonesia telah dilakukan pada Februari--November 2014. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode jelajah bebas. Tercatat sebanyak 22 spesies lumut yang terdiri atas 8 spesies lumut hati dan 14 spesies lumut sejati. Spesies lumut hati yang ditemukan berasal dari 3 famili dan 5 genus, sementara spesies lumut sejati berasal dari 6 famili dan 8 genus. Spesies lumut hati yang ditemukan yaitu Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. Spesies lumut sejati yang ditemukan yaitu Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata.;A study of liverworts and mosses at urban forest of Universitas Indonesia was conducted on February--November 2014. Data were collected using broad survey method. There were 22 species collected which were consisted of 8 liverworts and 14 mosses species. The liverworts derived from 3 family and 5 genus while mosses derived from 6 family and 8 genus. The liverworts species are Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. The mosses species are Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata., A study of liverworts and mosses at urban forest of Universitas Indonesia was conducted on February--November 2014. Data were collected using broad survey method. There were 22 species collected which were consisted of 8 liverworts and 14 mosses species. The liverworts derived from 3 family and 5 genus while mosses derived from 6 family and 8 genus. The liverworts species are Calypogeia arguta, Frullania intermedia, Frullania muscicola, Cheilolejeunea intertexta, Cheilolejeunea ryukyuensis, Drepanolejeunea japonica, Lejeunea catanduana, Lejeunea curviloba. The mosses species are Bryum apiculatum, Bryum atrovirens, Calymperes tenerum, Fissidens pseudoceylonensis, Fissidens strictulus, Fissidens zollingeri, Octoblepharum albidum, Barbula indica, Hyophila apiculata, Hyophila involuta, Hyophila javanica, Isopterygium minutirameum, Vesicularia dubyana, Vesicularia reticulata.]
2015
S58392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang keanekaragaman lumut sejati dan lumut hati. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman marga lumut sejati dan lumut hati di Kampus UI. Sampel di koleksi dari wilayah Hutan Kota dan FMIPA menggunakan metode jelajah bebas. Lumut yang dikoleksi berasal dari tiga substrat berbeda, yaitu pohon, tanah, dan substrat keras. Sampel diidentifikasi dengan melihat karakter morfologi dan anatomi dari fase gametofit tumbuhan lumut menggunakan buku identifikasi. Hasil yang diperoleh saat penelitian, yaitu terdapat 16 marga tumbuhan lumut yang berasal dari 11 marga lumut sejati, dan 5 marga lumut hati. Marga lumut sejati yang diperoleh, yaitu Acroporium Mitt., Brachymenium Schwaegr., Calymperes Sw. in Web., Ectropotecium Mit., Fissidens Hedw., Funaria Hedw, Hyophila Brid., Octoblepharum Hedw., Trismegistia (C.Müll.) C.Müll, Vesicularia (C.Müll.) C.Müll., dan Weissia Hedw. Marga lumut hati terdiri dari Acrolejeunea (Spurce) Schiffn, Calypogeia Raddi., Frullania Raddi, Lejeunea Lib., dan Marchantia L.
Universitas Indonesia, 2009
S31574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Tsabituddinillah
Abstrak :
Lumut merupakan salah satu komponen penyusun ruang terbuka hijau (RTH). Keberadaan lumut di wilayah urban menunjukkan adanya kemampuan adaptasi lumut untuk bertahan pada lingkungan urban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lumut serta karakteristik morfologi dan anatomi lumut di RTH pemukiman daerah urban. Lumut dikoleksi dengan metode purposive sampling; transect-line pada 6 titik tepi jalan dan jelajah bebas pada 3 titik taman di Komplek Taman Bona Indah, Jakarta Selatan. Pengamatan karakteristik morfologi dan anatomi lumut dilakukan dengan penilaian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 2 divisi lumut yang ditemukan di area penelitian, yaitu Bryophyta dan Marchantiophyta. Divisi Bryophyta terdiri dari 6 famili, 9 genus, dan 16 spesies, sementara itu Divisi Marchantiophyta terdiri dari 2 famili, 2 genus, dan 3 spesies. Pottiaceae merupakan famili dengan jumlah jenis lumut paling banyak ditemukan, yaitu 5 jenis. Jenis lumut dengan jumlah sampel paling banyak ditemukan adalah Fissidens biformis. Substrat tempat tumbuh lumut yang ditemukan di lokasi penelitian adalah tanah, batu, batang pohon, dan akar pohon yang lapuk. Kisaran luas tutupan lumut yang ditemukan yaitu 2 – 100%. Karakteristik seperti ukuran tubuh yang kecil, life-form; mats, fan, dan turf, bentuk daun, ornamentasi pada permukaan daun; papilla, modifikasi sel daun; hyalin, alar, dan cancellina, serta keberadaan sporofit atau gemma diduga mendukung lumut beradaptasi di lingkungan urban. ......Bryophyte is a component of open green space (OGS). The presence of bryophyte in urban areas indicates the adaptability of bryophyte to survive in an urban environment. This research goals are to determine the types of bryophyte and the morphological and anatomical characteristics of bryophyte in urban residential OGS. Bryophyte was collected using the purposive sampling method; transect-line at 6 roadside points and free-roaming at 3 park points in Komplek Taman Bona Indah, South Jakarta. The observation of the morphological and anatomical characteristics of bryophyte was carried out by qualitative and quantitative assessments. Based on the results, there are 2 divisions of bryophytes in the research area, namely Bryophyta and Marchantiophyta. The Bryophyta (mosses) consists of 6 families, 9 genera, and 16 species, while the Marchantiophyta (liverworts) consists of 2 families, 2 genera, and 3 species. Pottiaceae is the most common family in the research area which has 2 genera and 5 species. The greatest number samples found in the study area is Fissidens biformis. The soil, rocks, tree trunks, and roots are the substrates which the bryophytes can be found in the study sites. The wide range of bryophyte cover found is 2 - 100%. Characteristics such as small body size, life-form; mats, fans, and turf, leaf shape, leaf surface ornamentation; papilla, modified leaf cells; hyalin, alar, and cancellinae, and the presence of sporophyte or gemma are presumed to support Bryophyte adaptation in the urban environment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Pudjiastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada tumbuhan tingkat rendah Iumut hati P. sandei Dozy dan tumbuhan tinggi famili Lauraceae yaitu Beilschmiedia brevipes Ridl., B. glauca Lee dan Cryptocazya. kurzii Hk.f. Ekstraksi P. sandei Dozy dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut berturut-turut n- heksana, klorofom dan melanol, sedangkan ekstraksi pada tumbuhan tingkat tinggi famili Lauraoeae menggunakan ekstraksi asam basa untuk memperoleh alkaloid total. isolasi P. sandei Dozy dilakukan dengan kromatograti kolom menggunakan fasa diam silika gel, Sephadex LH-20 dan Cosmosil RP-75 serta eluen n-heksana-etilasetat, n-heksana-aseton dan kloroform-metanol, sedangkan isolasi alkaloid digunakan fasa diam silika gel dan eluen diklorometana-metanol. Penentuan struktur molekul dilakukan dengan UV, FTIR, 1H-NMR, 13C-NMR, NMR-2D, ESI-MS, FAB-MS, GC-MS dan HR-MS. Dari hasil tumbuhan tingkat rendah P. sandei Dozy diperoleh 6 senyawa yaitu 2 seskuiterpen, spathulenol (A-1) dan 10-oksodaucan-5,8-dien-11-asetat (A-3) yang merupakan senyawa baru, 2 macam sterol yaitu stigmasterol (A-2) dan silosterol (A-4), turunan gliseroi 1',2'-[(3~etoksi)-heksa vinill gliserol (A-5) juga merupakan senyawa baru dan etil p-metoksi sinamat (A-6), sedangkan dari tumhuhan tinggi famili Lauraceae diperoleh 7 alkaloid bensilisokuinolin dari B. bravipes Ridl., yaltu 7-O,4'-O-dimetilooclaurin (B-1), papaveraldin (B-2), velucriptin (B-3), papaverine (B-4) adalah bahan alam baru, amepavin (B-5), 4-metilpapaveraldin (B-6) merupakan senyawa baru dan noramepavin (B-7). Enam alkaloid aporfin yaitu norisoturberin (C-1), norisocoridin (C-2), N-metilhemagin (C-3), isocoridin (C-4), hemagin (C-6), catalpivolin (C-7) dm 1 oksoaporin, 7-oksohemagin (C-5) 'dari B. glauca Lee dan 4 alkaloid oksoaportin, O-metilmoschatolin (D-1), subseilin (D-2), aiherolin (D-3), dioentrinon (D-4) dan sinamida (D-5) dar! C. Rum? Hk.f. UE aktivitas sitotoksik alkaloid disentxinon pada se! KB menunjukkan harga LCm 9,03 ppm, sedangkan pada konsentrasf 10 ppm disentrinon dapat menginduksi apoptosis sebesar 46,30%, dan menyebabkan nekrosis 20,28%. Disentrinon menginduksi apoptosis jauh lebih tinggi dmanding dengan aportin aiau oksoeporfin Iain, tetapi sedikit Iebih rendah daripada vinkristin sebagai kontrol positif.
Abstract
The research of the isolation and structure determination of the chemical constituents of the liveiwort of Plagiochila sandei Dozy and Lauraceae, namely Beilschimedia brevrpes Ridl., Beilschmiedia giauca Lee and Cryptocarya kurzii Hk.f. have been performed . The extraction of P. sandei was carried out using n-hexane, CHCI3 and MeOH, subsequently, while for the Lauraceae the acid base extraction was periomied to get the crude alkaloid extracts. P.sandei Dozy was purified by column chromatography using silica gel, Sephadex LH-20 dan Cosmosil RP-75 as stationary phase and n-hexane-ethyl-acetate, n-hexane-acetone and chloroform-methanol as mobile phase, respectively. The crude alkaloids mixture was subjected to column chromatography over silica get and dichloromethane - methanol as mobile phase. The molecular structure ofthe compounds were determined by spectroscopic methods, such as UV, FTIR, 1H-NMR, 13C-NMR, NMR-2D, ESI-MS, FAB-MS, GC-MS and HR-MS. From the liverwort P. sandei Dozy, 6 compounds as chemical constituents of were obtained: 2 sesquiterpenes, spathulenol (A-1) and 10 oxodaucane-5,8-dlene-11-acetate (A-3) as a new compound, 2 sterols: stigmasterol (A-2) and sitosterol (A-4), 1',2?-dimethyl-[(3~ethoxy)-hexavinyl] glycerol. a new compound of a derivative of glycerol (A-5) and ediyl p-melhoxy cinnnamate (A-6). Nineteen alkaloids were isolated from Lauraoeae, 7 benzylisoquinoiinei from B.brevipes Ridl.: 7-O,4'-O-dimethylcoclaurine (B-1), papaveraldine (B-2), veluoryptine (B-3), papaverinol (B-4) as new natural product compound, armepavine (35). 4-methyipapaveraldine (B-6) as new compound and noramrepavine (B-7). Six aporphine alkaloids were obtained: norisoturberine (C-1), norisocorydine (C-2), N- methylhemagine(C-3), isocorydine (C-4). hemagine (C-6), catalpivoline (C-7) and one oxoaporphine called 7-oxohemagine (C-5). Four oxoaporphine alkaloids were isolated from B. glauca Lee: 0#methyimoschatoline (D-1), subsessiline (D-2), atheroline (D-3), dicentrinone (D-4) and a 'proto' alkaloid cinamide (D-5) from C. kurzii Hk.f. The cytotoxic activity test of the aporphine and oxoaporphine alkaloids to the KB cell line showed that dicentrinone - an oxoaporphine had LC50 9,03 ppm, while at 10 ppm, dicentlinone induced apoptosis 46.30% and 20,28% necrosis. This activity was much higher than aporphines and other oxoaporphlnes, but it was slightly lower than vincristine as positive control.
2006
D1231
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafly Wibowo
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis lumut sejati (Musci) di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat. Lokasi penelitian dibagi atas tiga habitat yang mewakili, yaitu kebun koleksi tumbuhan, sekitar air terjun Cibogo, dan hutan kebun raya. Selama penelitian dari bulan September 2004 hingga Maret 2005, berhasil dikoleksi 58 jenis lumut sejati yang terdiri dari 41 marga dan 19 suku. Dua puluh sembilan jenis diantaranya memiliki tipe pertumbuhan akrokarpus dan 29 lainnya memiliki tipe pertumbuhan pleurokarpus. Berdasarkan habitat, diperoleh 51 jenis lumut sejati di kebun koleksi, 12 jenis di hutan kebun raya, dan 5 jenis di sekitar air terjun Cibogo. Berdasarkan substratnya, diperoleh 21 jenis lumut sejati yang tumbuh pada batu, 15 jenis di tanah, 10 jenis di akar pohon, 36 jenis di batang pohon, 10 jenis di cabang pohon, dan 5 jenis di kayu mati. Berdasarkan Indeks Similaritas Jackard dan dendrogram, komunitas lumut sejati yang paling mirip terdapat pada habitat kebun koleksi dan hutan kebun raya (ISJ=0,145), serta pada substrat batu dan batang pohon (ISJ=0,305). Sedangkan komunitas lumut sejati yang paling berbeda terdapat pada habitat hutan kebun raya dan air terjun (ISJ=0) serta pada substrat tanah dan kayu mati (ISJ=0,053). Kunci identifikasi sederhana dibuat untuk mengenali jenis-jenis lumut sejati yang ada.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S31369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Octovia Huwae
Abstrak :
Penelitian mengenai kualitas udara di beberapa jalur hijau di wilayah Jakarta Selatan dengan luinut kerak sebagai bioindikator, telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan transportasi telah mempengaruhi kualitas udara di beberapa daerah di Jakarta Selatan. Dengan inenggunakan Index of Atmospheric Purity (LAP) menurut Le Blanc & Sloover dengan luinut kerak sebagal bioindikator, inaka dapat diketahui kualitas udara di daerah Senopati, Ji. Pakubuwono-Hang Tuah dan Ji. Jend. Sudirinan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa daerah Senopati dengan frekuensi kendaraan yang rendah, terinasuk daerah yang terpolusi ringan. Pada lokasi mi ditemukan lima jenis lumut kerak yaitu Graphis sp., Lepraria sp. dan tiga jenis dari genus Physcia. Ji. Pakubuwono-Hang Tuah dengan frekuensi kendaraan sedang, merupakan daerah yang terpolusi sedang. Pada lokasi mi ditemukan empat jenis luinut kerak yaltu Lepraria sp. dan tiga jenis dari marga Physcia. Di daerah Ji. Jend. Sudirman dengan frekuensi kendaraan yang tinggi, merupakan daerah yang terpolusi berat. Di daerah mi ditemukan hanya dua jenis lurnut kerak dari jenis Physcia spp
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Widyastuti
Abstrak :
ABSTRACT
Kultur in vitro gametofit lumut berdaun masih menghadapi hambatan dalam sterilisasi eksplan sampai sekarang. Kendala ini terkait dengan struktur sederhana lumut hati yang mudah rusak setelah terpapar desinfektan dan tingkat kontaminasi kultur yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode sterilisasi yang mampu menekan kontaminasi dengan viabilitas eksplan yang tinggi dalam kultur gametofit lumut hati Lopholejeunea sp. Penelitian ini menggunakan dua metode sterilisasi yang berbeda. Metode sterilisasi I terdiri dari kontrol dan 6 kombinasi pengobatan dengan konsentrasi Bayclin (0,5%, 0,75% dan 1%) dengan waktu pemaparan (60 detik dan 90 detik) disertai dengan penambahan 2,5 mg / ml tetrasiklin. Metode sterilisasi II terdiri dari kontrol dan 2 kombinasi perlakuan konsentrasi Bayclin sebesar 0,75% dengan waktu pemaparan (60 detik dan 90 detik) disertai dengan penambahan 35% alkohol, Dithane 1%, dan tetrasiklin 2,5 mg / ml. Setiap metode sterilisasi terdiri dari 10 sampel. Parameter kualitatif yang diamati, yaitu lokasi kontaminasi, jenis kontaminan, warna dari eksplan setelah sterilisasi dan hari terakhir pengamatan, juga pengamatan pertumbuhan eksplan secara makroskopis dan mikroskopis pada hari ke-30. Parameter kuantitatif adalah persentase kontaminasi, persentase jenis dan lokasi kontaminasi, dan kuantifikasi pertumbuhan eksplan berdasarkan persentase pertumbuhan dan jumlah cabang. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa metode sterilisasi I adalah metode yang lebih baik karena walaupun kontaminasi serendah 80%, tetapi eksplan masih dapat tumbuh pada hari ke-14 setelah tanam. Jenis kontaminasi yang paling umum ditemukan dalam kedua metode sterilisasi adalah bakteri dan jamur yang muncul dari internal. Eksplan gametofit dari Lopholejeunea sp. juga menunjukkan pertumbuhan bahkan dalam kondisi yang terkontaminasi, kecuali kontaminasi jamur tosca.
ABSTRACT
In vitro culture of leafy moss gametophyte still faces obstacles in explant sterilization until now. This constraint is related to the simple structure of liverworts that can be easily damaged after exposure to disinfectants and high levels of culture contamination. This study aims to determine the sterilization method that is able to reduce contamination with high explant viability in the gamutophyte culture of liverworm Lopholejeunea sp. This study uses two different sterilization methods. The sterilization method I consisted of control and 6 treatment combinations with Bayclin concentration (0.5%, 0.75% and 1%) with exposure time (60 seconds and 90 seconds) accompanied by the addition of 2.5 mg / ml tetracycline. The sterilization method II consisted of control and 2 treatment combinations of Bayclin concentration of 0.75% with exposure time (60 seconds and 90 seconds) accompanied by the addition of 35% alcohol, 1% Dithane, and tetracycline 2.5 mg / ml. Each sterilization method consists of 10 samples. Qualitative parameters were observed, namely the location of contamination, type of contaminant, the color of explants after sterilization and the last day of observation, also observations of explant growth macroscopically and microscopically on the 30th day. Quantitative parameters are the percentage of contamination, the percentage of species and locations of contamination, and the quantification of explant growth based on growth percentage and number of branches. The results obtained in this study are that the sterilization method I is a better method because even though contamination is as low as 80%, explants can still grow on the 14th day after planting. The most common types of contamination found in the two methods of sterilization are bacteria and fungi that arise from the internal. Gametophyte explants from Lopholejeunea sp. also shows growth even under contaminated conditions, except tosca mushroom contamination.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissa Dewi Ekayani
Abstrak :
Nrima merupakan sikap berpasrah diri dalam budaya Jawa. Sikap nrima dalam masyarakat Jawa saat ini kurang dipahami apalagi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mungkin dianggap sudah tidak sesuai lagi. Salah satu cerita rakyat Jawa yaitu Andhe-Andhe Lumut (AAL) menjadi perhatian penelitian ini dikarenakan diciptakan kembali dalam bentuk novel (2010) oleh DH. Sunjaya, Sri Sunarsih, dan Martha Sadiyati, yang secara hipotesis sesungguhnya ingin menghadirkan kembali sikap nrima ini yang dihadapkan pada persoalan kekinian. Sikap Nrima yang berpasrah diri yang terkesan statis dan tanpa “alasan” yang seolah-olah harus dilakukan karena takdir semata pada masyarakat Jawa masa lampau, dalam novel ini diubah menjadi sikap yang dinamis dengan suatu alasan yang logis dan pertanggungjawaban moral. Penelitian ini bermaksud menjabarkan sikap nrima yang ada di dalam cerita AAL melalui tokoh Dewi Sekartaji (Klenthing Kuning). Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan teori penokohan oleh Nurgiyantoro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap nrima Dewi Sekartaji (Klenthing Kuning) adalah sikap nrima yang dilandasi alasan moral yaitu berbakti kepada orang tua. Sikap nrima yang dilakukan oleh tokoh Klenthing Kuningmengajarkan bahwa menerima takdir sebagai bakti terhadap orang tua dan dengan kesungguhan hati, kesabaran, dan terus berusaha akan berbuah menjadi moral kebaikan yang seutuhnya. ......Nrima is an attitude of surrender in Javanese culture. The attitude of nrima in Javanese society is is not well understood by today’s society, it may be considered no longer appropriate. One of the Javanese folk story, Andhe-Andhe Lumut (AAL) is the focus of this research because it was re-created in the form of a novel (2010) by DH. Sunjaya, Sri Sunarsih, and Martha Sadiyati, who hypothetically actually wanted to bring back the attitude of nrima who was faced with contemporary problems. Nrima's attitude of surrendering himself that seems static and without "reasons" which seems to have to be done because of fate alone in the past Javanese society, in this novel is transformed into a dynamic attitude with a logical reason and moral responsibility. This study intends to describe the attitude of acceptance in the AAL story through the character of Dewi Sekartaji (Klenthing Kuning). This research uses the qualitative method with characterization approach by Nurgiyantoro. The results shows that Dewi Sekartaji's (Klenthing Kuning) acceptance attitude was an acceptable attitude based on moral reasons, namely devotion to parents. The nrima’s attitude carried out by the Klenthing Kuning figure teaches that accepting destiny as a devotion to one's parents and with sincerity, patience, and continuous effort will bear fruit into a complete moral goodness.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afiatry Putrika
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai lumut epifit di dua lokasi berbeda di Universitas Indonesia (UI). Penelitian bertujuan untuk membandingkan keragaman lumut epifit di hutan kota dan tepi jalan utama kampus. Terdapat 12 plot berukuran 25 x 25 m2 yang tersebar di hutan kota, sedangkan pada tepi jalan utama kampus tersebar 9 transek garis sepanjang 50 m. Pada setiap plot dan transek diambil 5 individu pohon sebagai sampel pohon inang. Subplot berukuran 15 x 15 cm2 yang berjumlah 8 subplot ditempatkan pada pada setiap pangkal batang sampel pohon inang (0--200 cm). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat 23 spesies lumut epifit yang terdiri atas 21 spesies di hutan kota dan 14 spesies ditemukan di tepi jalan utama kampus. Kesamaan komunitas lumut epifit antara hutan kota dan tepi jalan utama kampus termasuk kategori tinggi (Indeks kesamaan Sorenson = 0,73). Octoblepharum albidum merupakan spesies dominan di hutan kota, sedangkan Calymperes tenerum dominan pada tepi jalan utama kampus. Keragaman lumut epifit pada kedua lokasi tersebut tidak berbeda signifikan dan termasuk kategori rendah berdasarkan indeks keragaman Shanon Wiener (H?< 2).
Abstract
Research on epiphytic bryophytes has been conducted in two different sites located in Universitas Indonesia (UI). Those sites were urban forest and vegetation on main street margin of the campus. This study was carried out to compare diversity of the bryophyte at both sites. Twelve plots of 25 x 25 m2 were establish at the forest, while nine of 50 m line transect were made at the street margin. Five trees of each plot or line transect were sampled. Eight sub plots of 15 x 15 cm2 were placed on each trunk base (0--200 cm) of the tree sampels. The results obtained 23 species of epiphytic bryophytes, 21 species occured in the forest and 14 species were found at street margin. The similarity of bryophyte community between the forest and street margin based on Sorenson Similarity were high (0.73). Octoblepharum albidum was the dominant species at the forest, while Calymperes tenerum was dominant at the street margin. The diversity of epiphyte bryophyte at both sites were categorized low based on Shannon Wiener index (H?< 2), however there was not significantly different between those place.
2012
T30873
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>