Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Em Yunir
Jakarta: UI Publishing, 2024
616.462 EMY t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Darmayanti
"ABSTRAK
Luka kaki diabetik adalah komplikasi diabetes mellitus DM yang dapatmengakibatkan amputasi ekstremitas bawah. Pengetahuan tentang perawatan lukakaki diabetik berkaitan erat dengan keterampilan perawat dalam melakukanperawatan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuanperawat tentang perawatan luka kaki diabetik di Kota Depok. Penelitian inimenggunakan consecutive sampling sebanyak 102 responden dari tiga rumah sakittipe C di Kota Depok. Penelitian menggunakan kuesioner Nurses rsquo; KnowledgeRegarding Prevention and Management of Diabetic Foot Ulcer NKPM-DFU yang terdiri dari 40 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagianbesar 92,2 perawat memiliki tingkat pengetahuan kurang dan sisanya memilikitingkat pengetahuan cukup. Hasil penelitian merekomendasikan perawat untuksecara aktif mengikuti pelatihan dan mencari informasi mengenai perawatan lukakaki diabetik. Selain itu, institusi layanan keperawatan dapat menyusun kebijakanberkaitan dengan upaya peningkatan pengetahuan perawat.

ABSTRACT
Diabetic foot wound is a complication of diabetes mellitus DM that can causeamputation of lower extremity. Nurses rsquo knowledge about diabetic foot woundcare is related to nurses rsquo wound care practice. This study aimed to identify thelevel of nurses rsquo knowledge regarding diabetic foot wound care in Depok. A totalsample of 102 nurses from three general hospitals of type C were involved byusing consecutive sampling method. Data was collected using Nurses rsquo KnowledgeRegarding Prevention and Management of Diabetic Foot Ulcer NKPM DFU questionnaire consisting of 40 question items. The result showed that the majorityof participants 92,2 have low level of knowledge regarding diabetic footwound care. This study recommends nurses to apply for wound care training andactively look up latest information about diabetic wound care. It is alsorecommended that the nursing service institutions consider establishing somepolicies in an effort to optimize nurses rsquo knowledge."
2015
S70105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misella Elvira Farida
"ABSTRAK
Luka kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang menyebabkan tingginya angka amputasi. Luka kaki diabetik membutuhkan perawatan yang efektif dan efisien untuk mecegah perluasan infeksi dan memperbaiki kerusakan jaringan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis keefektifan balutan luka modern dalam perawatan luka kaki diabetik. Metodologi yang digunakan adalah studi kasus. Hasil analisis yang didapat bahwa terdapat perbaikan pada kondisi luka berupa berkurangnya jaringan nekrotik sebanyak 75% , jumlah eksudat berkurang 80%, dan lingkungan disekitar luka tampak lembab. Studi kasus ini merekomendasikan agar perawatan luka dengan menggunakan balutan modern jenis hydrogel dapat diimplementasikan pada perawatan luka kaki diabetik untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

ABSTRACT
Diabetic foot ulcer is a complication of diabetes which causes high amputation rates. Diabetic foot ulcer requires effective and efficient treatment to prevent the spread of infection and repair damaged tissue. The purpose of writing this scientific paper is to analyze the effectiveness of modern dressing Hydrogel in the treatment of diabetic foot ulcer. The methodology used is a case study. The results of the analysis found that there was an improvement in the condition of the wound in the form of 75% reduction in necrotic tissue, the amount of exudate was reduced by 80%, and the environment around the wound looked moist. This case study recommends that wound care using modern dressing hydrogel can be implemented for treatment of diabetic foot ulcer to promote the wound healing process.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Patrianef
"Luka diabetes merupakan komplikasi mikrovaskular yang sering dikeluhkan oleh pasien diabetes melitus (DM) tipe 2. Vaskularisasi berperan penting dalam penyembuhan luka, yang aktivitasnya diperantarai aktivitas hypoxia-inducible factor 1-alpha (HIF-1α) dan vascular endothelial growth factor (VEGF). Belum ada studi klinis yang mengevaluasi aktivitas HIF-1α dan VEGF pada manusia, khususnya pasien DM tipe 2 yang mengalami luka kaki diabetes. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi vaskularisasi jaringan, HIF-1α, dan VEGF pada luka kaki diabetes yang menjalani amputasi dan non-amputasi.
Studi potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2020–2021. Subjek penelitian adalah pasien luka kaki diabetik yang dilakukan debridemen/amputasi. Kemudian diambil jaringan viabel tepi luka untuk diperiksa vaskularisasi jaringan (densitas mikrovaskular), ekspresi VEGF, serta area granulasi, di Departemen Patologi Anatomi FKUI-RSCM. Konsentrasi HIF-1α jaringan dikuantifikasi di Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI-RSCM. Data numerik yang diperoleh diuji normalitasnya dengan uji Saphiro-Wilk. Data distribusi normal dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Dilakukan uji regresi logistik bila terdapat > 2 variabel independen dengan nilai p < 0,25.
Dari 67 subjek terdapat 30 pasien amputasi dan 34 pasien debridemen yang dianalisis. Proporsi subjek laki-laki pada kelompok amputasi lebih tinggi dibandingkan kelompok debridemen (p = 0,041). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada status gizi, usia, kejadian hipertensi, gagal ginjal, dan status merokok antar kedua kelompok. Profil glikemik, hematologi rutin, penanda inflamasi, kadar elektrolit, penanda fungsi hati, fungsi ginjal tidak berhubungan dengan tindakan pasien, kecuali kadar albumin. Pada analisis bivariat, kadar albumin lebih tinggi pada kelompok debridemen 2,53/0,49 dibandingkan amputasi 2,94/0,51, p = 0,002. Kelompok amputasi memiliki nilai median HIF-1α 5,77 (0,55–53,47) pg/mg protein yang jauh lebih rendah dibandingkan kelompok debridemen 26,56 (2,23–211,12) pg/mg protein (p = 0,001). Hal serupa juga ditemukan pada nilai VEGF (p < 0,001). Pasien dengan HIF-1α < 8,8065 pg/mg protein, MVD < 68,7%, VEGF < 30,443%, dan area granulasi < 33,2802% memiliki aOR 11,116 (IK 95% 1,441–85,752), 10,934 (IK 95% 1,604–74,55), 7,973 (IK 95% 1,301–48,86), 15,589 (IK 95% 1,39–174,867) untuk mengalami amputasi. Kepadatan mikrovaskular, konsentrasi HIF-1α, ekspresi VEGF, dan area jaringan granulasi lebih banyak pada pasien non-amputasi. Pasien dengan penurunan jumlah parameter tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapat tindakan amputasi.

Diabetic wounds are microvascular complications often complained by people with type 2 diabetes mellitus (DM). Tissue vascularization plays an essential role in wound healing, whose activity is mediated by the activity of hypoxia-inducible factor 1-alpha (HIF-1α) and vascular endothelial growth factor (VEGF). However, no clinical studies evaluate its activity in humans, especially in type 2 diabetes mellitus patients who have diabetic foot ulcers. This study attempts to evaluate whether there are differences in tissue vascularization, HIF-1 α, and VEGF in diabetic foot wounds that received amputation and non-amputation procedures.
A cross-sectional study was conducted at the Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital (RSCM) in 2020–2021. Diabetic foot wound patients who received debridement/amputation were included in this study. Viable tissue at the wound edges was taken. The expression of VEGF, microvascular density, and area of granulated tissue were evaluated in the Department of Pathology and Anatomy, FKUI-RSCM. HIF-1 levels in tissue were quantified at the Department of Biochemistry and Molecular Biology FKUI-RSCM. All numerical data were tested for normality by the Shapiro-Wilk test. Variables with normally distributed data were analyzed by unpaired t-test. A logistic regression test was performed if there were more than two independent variables with a p-value < 0.25.
This study included 67 patients. There were 30 amputees, and 34 debridement patients included in the data analysis. The proportion of male patients in the amputation group was found to be higher than the debridement group (p = 0.041). There were no differences in nutritional status, age, the incidence of hypertension, kidney failure, and smoking status between the two groups. The glycemic profile, routine haematological findings, markers of inflammation, electrolyte levels, markers of liver function, and markers of kidney function were not found to be related to the patient's condition, except for albumin levels. In bivariate analysis, albumin levels were found to be higher in the debridement group [2.53 (0.49)] than in the amputee [2.94 (0.51)], p = 0.002. The amputee group had a median HIF-1α value of 5,77 (0,55–53,47) pg/mg protein, which was much lower than the debridement group of 26,56 (2,23–211,12) pg/mg protein (p = 0.001). Similar condition was also found in the VEGF value (p < 0.001). Patients with HIF-1α < 8.8065 pg/mg protein, MVD < 68.7%, VEGF < 30.443%, and granulation area < 33.2802% had risk odds of 11.116 (95% CI 1.441–85.752), 10.934 (95% CI 1.604–74.55), 7,973 (95% CI 1.301–48.86), 15.589 (95% CI 1.39–174.867) for amputation. Microvascular density, HIF-1α levels, VEGF expression, and granulation tissue area were higher in non-amputated patients. Patients with a decrease in these parameters have a higher risk of amputation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Wiwin Kusuma Dewi
"Prevalensi penderita diabetes melitus dari tahun-ketahun semakin meningkat. Salah satu komplikasi yang sering dikaitkan dengan diabetes melitus adalah luka kaki diabetik. Infeksi luka yang tidak tertangani akan berkembang menjadi sepsis dan meningkatkan risiko kematian. Peran perawat sebagai pemberi asuhan, edukator, maupun konselor dalam mencegah terjadinya sepsis sangat penting. Salah satu intervensi keperawatan dalam upaya mencegah sepsis adalah dengan perawatan luka. Perawatan luka yang tepat akan membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain perawatan luka berbagai faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis perlu dikendalikan. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan luka kaki diabetik untuk mencegah terjadinya sepsis. Dengan hasil adanya perbaikan pada kondisi luka dan tidak terjadi kondisi sepsis. Studi kasus ini menunjukkan pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif memiliki peranan dalam mencegah terjadinya sepsis.

The prevalence of people with diabetes mellitus from year to year is increasing. One of the complications often associated with diabetes mellitus is diabetic foot ulcer. Untreated wound infection will develop into sepsis and increase the risk of death. The role of nurses as caregivers, educators, and counselors in preventing sepsis is very important. One of the nursing interventions in an effort to prevent sepsis is wound care. Proper wound care will help speed wound healing and prevent further complications. In addition to wound care, various factors can increase the risk of sepsis need to be controlled. The purpose of writing this scientific paper is to analyze the provision of nursing care in patients with diabetic foot ulcer to prevent sepsis. With the result of an improvement in the condition of the wound and no sepsis condition occurs. This case study shows that providing comprehensive nursing care has a role in preventing sepsis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Kuswara
"Latar Belakang: Kaki diabetik dapat sembuh tanpa komplikasi tetapi ada juga yang menjalani amputasi karena luka yang progresif. Luka kaki diabetik yang menjalani debridemen dapat sembuh lebih cepat. Kadar Procalsitonin (PCT), Leukosit, dan protein C-reaktif (CRP) pra dan pasca debridemen diduga bisa menjadi indikator yang baik untuk mengetahui luaran klinis pada pasien dengan kaki diabetik.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kadar PCT, Leukosit dan CRP pra dan pasca debridemen dengan luaran klinis pada pasien luka kaki diabetik
Metode: Sebanyak 36 pasien yang mengunjungi institusi RSCM dari bulan September hingga bulan November 2020 dilibatkan dalam penelitian ini. Pasien dengan PAD berat, gangguan imunitas dan sepsis berat, dikeluarkan dari kelompok penelitian, dan keadaan luka diseragamkan dengan kriteria PEDIS III. Pasien dibagi ke dalam kelompok luaran baik (n=24) dan kelompok luaran buruk (n=12). Hubungan antara kadar PCT, CRP, dan jumlah Leukosit serum dengan luaran klinis dianalisis. Untuk mengontrol variabel perancu dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Secara statistik dijumpai adanya perbedaan yang bermakna pada PCT pra dan pasca debridemen serta Leukosit pasca debridemen antara pasien luka kaki diabetik luaran klinis baik dengan luaran klinis buruk (p=0,05). Luas area di bawah kurva ROC PCT pra debridemen adalah 0,842 dengan sensitivitas 75% dan spesifisitas 87.5%. Leukosit pasca debridemen menunjukkan nilai prediksi yang baik untuk luaran buruk dengan sensitivitas 41.7% dan spesifisitas 91.7%. Hasil dari analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Leukosit pasca debridemen terhadap luaran klinis setelah mempertimbangkan anemia sebagai variabel perancu dengan nilai signifikan p adalah 0,077.
Kesimpulan: PCT pra dan pasca debridemen memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan luaran klinis dan dapat digunakan sebagai prediktor luaran klinis pasien luka kaki diabetik.

Background: Diabetic foot can heal without complications, but others undergo amputation due to progressive wounds. Diabetic foot wounds that undergo debridement can heal faster. Pre and post debridement levels of procalcitonin (PCT), leukocytes, and C-reactive protein (CRP) are thought to be good indicators to determine clinical outcomes in patients with diabetic foot.
Objective: To determine the relationship between pre and post debridement PCT, leukocyte and CRP levels with clinical outcomes in diabetic foot wound patients.
Methods: A total of 36 patients who visited RSCM from September to November 2020 were included in this study. Patients with severe PAD, immunocompromise and severe sepsis, were excluded from the study group, and the wound condition was uniform with PEDIS III criteria. Patients were divided into a good outcome group (n=24) and a bad outcome group (n=12). The relationship between level of PCT, CRP, and serum leukocyte counts and clinical outcome was analyzed. To control confounding variables, multivariate analysis was performed using logistic regression test.
Results: There were significant differences in pre debridement PCT, post debridement PCT and post debridement leukocytes between diabetic foot wound patients with good clinical outcome and poor clinical outcome (p = 0.05). The area under the curve for pre debridement PCT ROC was 0.842 with 75% sensitivity and 87.5% specificity. Post debridement PCT give prediction value for bad clinical outcome with 41.7% sensitivity and 91.7% specificity. The results of multivariate analysis using logistic regression analysis showed that there was no significant effect of post debridement leukocytes on clinical outcome in diabetic foot wound patients after considering anemia as a confounding variable with a significant p-value of 0,077.
Conclusion: Pre and post debridement PCT in statistic have significant correlation for clinical outcome and can be used as a predictor of clinical outcome in diabetic foot ulcer
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronald Winardi Kartika
"Luka kaki diabetes (LKD) adalah salah satu komplikasi diabetes melitus (DM). Terapi LKD adalah perawatan luka dan growth factor (GF) seperti advanced-platelet rich fibrin (A-PRF). Penyandang DM memiliki GF rendah, untuk mengoptimalkan GF yang dilepaskan oleh PRF, ditambahkan asam hialuronat (AH). Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh A-PRF + AH terhadap penyembuhan LKD dengan mengkaji VEGF, PDGF, IL-6, dan indeks granulasi. Desain penelitian randomized control trial, dilaksanakan pada bulan Juli 2019 −Maret 2020 di RSPAD Gatot Soebroto dan RSUD Koja, Jakarta. Subjek penyandang LKD yang mengalami luka kronik, kriteria Wagner II, luas luka < 40 cm2. Subjek diambil berdasarkan rule of thumb dan dibagi tiga secara acak yaitu kelompok terapi topikal A-PRF + AH (n = 10), A-PRF (n = 10) dan kontrol NaCl 0,9% (n = 10). Pada kelompok A-PRF + AH dan A-PRF dilakukan pemeriksaan VEGF, PDGF, IL-6 dari usap LKD dan fibrin gel sedangkan kontrol hanya diperiksa usap LKD. Biomarker dan Indeks Granulasi (IG) diperiksa hari ke-0, ke-3, ke-7. Khusus IG pengukuran ditambah hari ke-14. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20 dengan uji Anova atau Kruskal Wallis.
Pada kelompok A-PRF + AH, kadar VEGF usap LKD hari ke-0 adalah 232,8 meningkat menjadi 544,5 pg/mg protein pada hari ke-7. Pada kelompok A-PRF tejadi peningkatan dari 185,7 menjadi 272,8 pg/mg protein, namun kelompok kontrol terjadi penurunan dari 183,7 menjadi 167,4 pg/mg protein. Kadar PDGF usap LKD kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 1,9 pg/mg protein, meningkat menjadi 8,1 pg/mg protein hari ke-7, kelompok A-PRF dari 1,7 meningkat menjadi 5,4 pg/mg protein dan kontrol dari 1,9 meningkat menjadi 6,4 pg/mg protein. Kadar IL-6 usap LKD kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 106,4 menjadi 88,7 pg/mg protein hari ke-7, pada A-PRF dari 91,9 menjadi 48,8 pg/mg protein dan kontrol dari 125,3 menjadi 167,9 pg/mg protein. IG kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 42,1% menjadi 78,9% dan 97,7% hari ke-7 dan ke-14, pada kelompok A-PRF dari 34,8% menjadi 64,6% dan 91,6%. Kelompok kontrol dari 35,9% menjadi 66,0% dan 78,7% hari ke-7 dan ke-14. Pada kelompok A-PRF + AH dibandingkan A-PRF dan NaCl didapatkan peningkatan bermakna kadar VEGF pada hari ke-3 (p = 0,011) dan hari ke-7 (p < 0,001). Kadar IL-6 menurun bermakna (p = 0,041) pada hari ke-7 saja. Namun persentase IG meningkat bermakna pada hari ke-3 (p = 0,048), ke-7 (p = 0,012) dan hari ke-14 (p < 0,001).
Disimpulkan penambahan AH pada A-PRF meningkatkan VEGF (marker angiogenesis) dan IG (tanda klinis penyembuhan luka), serta menurunkan IL-6 (marker inflamasi) secara bermakna sehingga mempercepat penyembuhan LKD.

Diabetic foot ulcer (DFU) is one of complications of diabetes mellitus (DM). Advance wound treatment in DFU such as growth factors (GF) including Advanced-Platelet Rich Fibrin (A-PRF) topical has been developed . People with DM have low GF, so to optimize GF hyaluronic acid (AH) is added. This study analyzed the combination of A-PRF + AH combination in DFU recovery by examining VEGF, PDGF, IL-6, and granulation index (IG).
The study used a randomized control design, done from July 2019−March 2020 at the Gatot Soebroto Army Hospital and Koja District Hospital, Jakarta. Subjects were DFU patients who had chronic wounds, area < 40 cm2 and Wagner II criteria. Subjects were recruited according to the rule of thumb and were randomly divided into three groups namely topical A-PRF + AH (n = 10), A-PRF (n = 10) and control NaCl 0.9% groups (n = 10). The A-PRF + AH and A-PRF groups underwent VEGF, PDGF, and IL-6 examinations of the DFS swabs and fibrin gel while the controls could only underwent the DFU swabs. Biomarkers and Granulation Index (GI) were measured on day 0, 3rd, 7th. Special GI measurements were added on day 14. Data were analyzed using SPSS version 20 with the Anova and Kruskal Wallis test.
In the A-PRF + AH group the VEGF level from swab DFU day 0 was 232,8 pg/mg protein increase to 544,5 pg/mg protein on day 7. In the A-PRF group VEGF increase from 185,7 to 272,8 pg/mg protein and control decrease from 183.7 to 167.4 pg/mg protein. Increasing of PDGF levels in group A-PRF + AH day 0 was from 1,9 pg/mg protein to 8,1 pg/mg day 7, group A-PRF from 1,7 increased to 5,4 pg/mg protein and control from 1,9 to 6,4 pg/mg protein. Decreasing of IL-6 level of DFU swab in group A-PRF + AH day 0 was 106,4 pg/mg protein to 88,7 pg/mg protein day 7, in group A-PRF from 91,9 to 48,8 pg/mg protein and control from 125,3 to 167,9 pg/mg protein. The granulation index of DFU group A-PRF + AH on day 0 was 42,1% increased to 78,9% and 97,7% days 7 and 14. In the A-PRF group increased from 34,8% to 64,6 % and 91,6%. and controls from 35,9% to 66,0% and 78,7% on days 7 and 14. On the 7th day the VEGF level of the A-PRF + AH group increased significantly (p < 0.001), while IL-6 decreased and the granulation index increased significantly with p level of p = 0.041 and p = 0.012 respectively, compare with other group.
It was concluded that on day 7 the AH to A-PRF increases VEGF (a marker of angiogenesis) and GI (a clinical sign of wound recovery), as well as a decrease in IL-6 (a marker of inflammation) which fully increase in DFU.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riastuti Handayani
"Luka kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes melitus. Pencegahan dan pengelolaan yang baik perlu dilakukan untuk mencegah masalah lebih serius pada penderita diabetes. Perawatan kaki yang baik dan benar merupakan salah satu manajemen diabetik untuk mencegah komplikasi ulkus diabetik. Salah satu upaya perawatan kaki adalah dengan menjaga kelembaban kulit kaki. Olive oil kaya akan vitamin dan antioksidan yang telah dikaitkan dengan peningkatkan kelembaban kulit. Selain itu olive oil memiliki sifat anti radang dan antimikroba yang dapat membantu penyembuhan luka. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil praktik keperawatan medikal bedah pada pasien dengan diabetes melitus dengan penerapan olive oil pada perawatan kaki untuk mencegah ulkus diabetik. Hasil implementasi penggunaan olive oil memang tidak dapat langsung merubah kondisi kelembaban kulit, diperlukan konsistensi dalam melakukan perawatan kulit untuk membantu menjaga kelembaban kulit. Tidak hanya konsistensi dalam penggunaan olive oil sebagai pelembab, namun kontrol gula darah, asupan cairan dan nutrisi serta menjaga diri dari suhu ekstrim juga diperlukan untuk menjaga kelembaban kulit.

Diabetic foot ulcers are a prevalent complication of diabetes mellitus, requiring preventive and effective management to avert more severe consequences for diabetic patients. Proper foot care plays a critical role in diabetic management to prevent the development of ulcers. One key aspect of foot care involves maintaining skin moisture. Olive oil, rich in vitamins and antioxidants, has been associated with enhanced skin hydration. Additionally, olive oil possesses anti-inflammatory and antimicrobial properties, which may aid in wound healing. This study aims to present the outcomes of applying olive oil in the foot care management of patients with diabetes mellitus to prevent diabetic ulcers. The results indicate that while the immediate effect on skin moisture is not apparent, consistent application of olive oil is necessary to help maintain skin hydration. Along with regular use of olive oil as a moisturizer, blood glucose control, adequate fluid and nutritional intake, and protection from extreme temperatures are also essential for preserving skin moisture. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ronald Winardi Kartika
"Luka kaki diabetes (LKD) adalah salah satu komplikasi diabetes melitus (DM). Terapi LKD adalah perawatan luka dan growth factor (GF) seperti advanced-platelet rich fibrin (A-PRF). Penyandang DM memiliki GF rendah, untuk mengoptimalkan GF yang dilepaskan oleh PRF, ditambahkan asam hialuronat (AH). Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh A-PRF + AH terhadap penyembuhan LKD dengan mengkaji VEGF, PDGF, IL-6, dan indeks granulasi. Desain penelitian randomized control trial, dilaksanakan pada bulan Juli 2019 −Maret 2020 di RSPAD Gatot Soebroto dan RSUD Koja, Jakarta. Subjek penyandang LKD yang mengalami luka kronik, kriteria Wagner II, luas luka < 40 cm2. Subjek diambil berdasarkan rule of thumb dan dibagi tiga secara acak yaitu kelompok terapi topikal A-PRF + AH (n = 10), A-PRF (n = 10) dan kontrol NaCl 0,9% (n = 10). Pada kelompok A-PRF + AH dan A-PRF dilakukan pemeriksaan VEGF, PDGF, IL-6 dari usap LKD dan fibrin gel sedangkan kontrol hanya diperiksa usap LKD. Biomarker dan Indeks Granulasi (IG) diperiksa hari ke-0, ke-3, ke-7. Khusus IG pengukuran ditambah hari ke-14. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20 dengan uji Anova atau Kruskal Wallis. Pada kelompok A-PRF + AH, kadar VEGF usap LKD hari ke-0 adalah 232,8 meningkat menjadi 544,5 pg/mg protein pada hari ke-7. Pada kelompok A-PRF tejadi peningkatan dari 185,7 menjadi 272,8 pg/mg protein, namun kelompok kontrol terjadi penurunan dari 183,7 menjadi 167,4 pg/mg protein. Kadar PDGF usap LKD kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 1,9 pg/mg protein, meningkat menjadi 8,1 pg/mg protein hari ke-7, kelompok A-PRF dari 1,7 meningkat menjadi 5,4 pg/mg protein dan kontrol dari 1,9 meningkat menjadi 6,4 pg/mg protein. Kadar IL-6 usap LKD kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 106,4 menjadi 88,7 pg/mg protein hari ke-7, pada A-PRF dari 91,9 menjadi 48,8 pg/mg protein dan kontrol dari 125,3 menjadi 167,9 pg/mg protein. IG kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 42,1% menjadi 78,9% dan 97,7% hari ke-7 dan ke-14, pada kelompok A-PRF dari 34,8% menjadi 64,6% dan 91,6%. Kelompok kontrol dari 35,9% menjadi 66,0% dan 78,7% hari ke-7 dan ke-14. Pada kelompok A-PRF + AH dibandingkan A-PRF dan NaCl didapatkan peningkatan bermakna kadar VEGF pada hari ke-3 (p = 0,011) dan hari ke-7 (p < 0,001). Kadar IL-6 menurun bermakna (p = 0,041) pada hari ke-7 saja. Namun persentase IG meningkat bermakna pada hari ke-3 (p = 0,048), ke-7 (p = 0,012) dan hari ke-14 (p < 0,001). Disimpulkan penambahan AH pada A-PRF meningkatkan VEGF (marker angiogenesis) dan IG (tanda klinis penyembuhan luka), serta menurunkan IL-6 (marker inflamasi) secara bermakna sehingga mempercepat penyembuhan LKD.

Diabetic foot ulcer (DFU) is one of complications of diabetes mellitus (DM). Advance wound treatment in DFU such as growth factors (GF) including Advanced-Platelet Rich Fibrin (A-PRF) topical has been developed . People with DM have low GF, so to optimize GF hyaluronic acid (AH) is added. This study analyzed the combination of A-PRF + AH combination in DFU recovery by examining VEGF, PDGF, IL-6, and granulation index (IG). The study used a randomized control design, done from July 2019−March 2020 at the Gatot Soebroto Army Hospital and Koja District Hospital, Jakarta. Subjects were DFU patients who had chronic wounds, area < 40 cm2 and Wagner II criteria. Subjects were recruited according to the rule of thumb and were randomly divided into three groups namely topical A-PRF + AH (n = 10), A-PRF (n = 10) and control NaCl 0.9% groups (n = 10). The A-PRF + AH and A-PRF groups underwent VEGF, PDGF, and IL-6 examinations of the DFS swabs and fibrin gel while the controls could only underwent the DFU swabs. Biomarkers and Granulation Index (GI) were measured on day 0, 3rd, 7th. Special GI measurements were added on day 14. Data were analyzed using SPSS version 20 with the Anova and Kruskal Wallis test. In the A-PRF + AH group the VEGF level from swab DFU day 0 was 232,8 pg/mg protein increase to 544,5 pg/mg protein on day 7. In the A-PRF group VEGF increase from 185,7 to 272,8 pg/mg protein and control decrease from 183.7 to 167.4 pg/mg protein. Increasing of PDGF levels in group A-PRF + AH day 0 was from 1,9 pg/mg protein to 8,1 pg/mg day 7, group A-PRF from 1,7 increased to 5,4 pg/mg protein and control from 1,9 to 6,4 pg/mg protein. Decreasing of IL-6 level of DFU swab in group A-PRF + AH day 0 was 106,4 pg/mg protein to 88,7 pg/mg protein day 7, in group A-PRF from 91,9 to 48,8 pg/mg protein and control from 125,3 to 167,9 pg/mg protein. The granulation index of DFU group A-PRF + AH on day 0 was 42,1% increased to 78,9% and 97,7% days 7 and 14. In the A-PRF group increased from 34,8% to 64,6 % and 91,6%. and controls from 35,9% to 66,0% and 78,7% on days 7 and 14. On the 7th day the VEGF level of the A-PRF + AH group increased significantly (p < 0.001), while IL-6 decreased and the granulation index increased significantly with p level of p = 0.041 and p = 0.012 respectively, compare with other group. It was concluded that on day 7 the AH to A-PRF increases VEGF (a marker of angiogenesis) and GI (a clinical sign of wound recovery), as well as a decrease in IL-6 (a marker of inflammation) which fully increase in DFU. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elviera Djuma
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang prevalensinya terus meningkat secara global. Salah satu komplikasi serius dari diabetes adalah luka kaki diabetik, yang dapat menyebabkan amputasi jika tidak ditangani dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan penggunaan complementary alternative medicine (CAM) pada perawatan luka kaki diabetik. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional melibatkan sampel sebanyak 154 pasien diabetes melitus tipe 2 dengan luka kaki diabetik. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan pemeriksaan klinis, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara tingkat pendidikan, penghasilan, status luka, suku dan literasi kesehatan dengan penggunaan CAM. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan status luka berhubungan dengan penggunaan CAM setelah dikontrol variabel pendidikan dan penghasilan. Kesimpulan perlunya adanya program edukasi tentang jenis, manfaat, risiko penggunaan CAM yang aman dan efektif dalam perawatan luka kaki diabetik.

Diabetes mellitus is a chronic disease with a globally increasing prevalence. One of the serious complications of diabetes is diabetic foot ulcers, which can lead to amputation if not properly managed. This study aims to analyze the factors associated with the use of complementary and alternative medicine (CAM) in the treatment of diabetic foot ulcers. A quantitative cross-sectional method was employed, involving a sample of 154 type 2 diabetis patients with foot ulcers. Data were collected through interviews, clinical examinations, and questionnaires, and analyzed using logistic regression tests. The results showed a significant relationship between educational level, income, ethnicity, and health literacy with the use of CAM. Logistic regression analysis indicated that age was related to CAM use after controlling for education and income variables. The study concludes that there is a need for educational programmes on the types, benefits and risks of safe and effective use of CAM in the management of diabetic foot ulcers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>