Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ali Maghfuri
Jakarta : Salemba Medika, 2016
616.462 ALI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Kristianto
"Ekspresi transforming growth factor beta 1 (TGF β1) pada luka DM mengalami penurunan yang berdampak terhadap kenyamanan dan proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan menganalisa perbandingan perawatan luka teknik modern dan konvensional terhadap ekspresi TGF β1 dan respon nyeri pada luka DM. Penelitian menggunakan quasi experimental pretest-posttest design dengan metode pengumpulan sampel secara consecutive sampling. Pengukuran ekspresi TGF β1 dan respon nyeri dilakukan pada hari ke 0 (pretest) dan 4 (posttest). Sampel yang diambil yaitu pasien dengan luka kaki DM di Rumah Sakit Wilayah Malang dan Madiun. Ekspresi TGF β1 diukur dengan metode imunohistokimia di laboratorium Faal Divisi Fisiologi Molekuler dan Histologi FK Universitas Brawijaya Malang, sedangkan pengukuran respon nyeri dengan skala nyeri numerik yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian didapatkan data pada kelompok modern terjadi peningkatan ekspresi TGF β1 dan penurunan respon nyeri, sedangkan pada kelompok konvensional terjadi penurunan ekspresi TGF β1 dan peningkatan respon nyeri. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan perawatan luka teknik modern dan konvensional terhadap ekspresi TGF β1 dan respon nyeri pada luka DM (p value <0,05). Hasil uji korelasi pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perubahan respon nyeri dengan perubahan ekspresi TGF ß1 (p= 0,0005). Dapat disimpulkan bahwa teknik perawatan luka secara modern mampu meningkatkan ekspresi TGF β1 dan menurunkan respon nyeri dibandingkan teknik konvensional yang akan berpengaruh terhadap kenyamanan pasien secara fisik.

Reduction of expression of transforming growth factor beta 1 (TGF β1) in diabetic ulcers affects overall wound healing and patient?s comfort. This study tried to draw a comparison of Transforming Growth Factor Beta 1 (TGF β1) level and pain response between modern dressing and conventional dressing in diabetic ulcer. This study applied a quasi-experimental pretest-posttest design and a consecutive sampling method of data collection. The data were collected from patients with diabetic foot ulcer at general hospitals in Malang and Madiun. Immunohistochemical analysis of TGF β1 level was measured on the day 0 (pretest) and the day 4 (posttest) in Physiology and Histology Laboratories, University of Brawijaya Medical Faculty. Pain response was also measured on the day 0 and day 4 using a validated and reliable numerical rating scale. In this study, the modern dressing application improves TGF β1 level and reduces pain response. Meanwhile, the conventional dressing application decreases TGF β1 level and intensifies pain response. T-test analysis showed significant differences between modern and conventional dressings in both TGF β1 level and pain response (p value < 0.05). Pearson?s correlation analysis showed a significant relation between pain response and TGF β1 level (p value = 0.0005). Thus, it can be concluded that the modern dressing application can increase TGF β1 level and decrease pain response. The combined effect of those may eventually promote physical comfort.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28549
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Tri Astuti
"Tanaman sirih merah (Piper cf. fragile, Benth) merupakan obat herbal tradisional yang sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai penyembuh luka diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan khasiat infusa daun sirih merah dalam menyembuhkan luka diabetik pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan. Hewan coba dibagi atas enam kelompok, yaitu kelompok I yang merupakan kontrol normal diberi akuades, kelompok II diinduksi aloksan 32 mg/ 200 g bb secara intraperitoneal tanpa pemberian obat, kelompok III diinduksi aloksan dengan pemberian glibenklamid, IV, V, dan VI diinduksi aloksan dengan pemberian bahan uji dosis berturut-turut 216 mg/200 g bb, 432 mg/ 200 g bb, dan 864 mg/ 200 g bb, selama 8 hari. Pengukuran penyembuhan luka dilakukan berdasarkan luas luka dan persentase penyembuhan luka. Persentase penyembuhan pada kelompok I sebesar 79.12%, kelompok II 38.83%, kelompok III 69.07%, kelompok IV 58.19%, kelompok V 68,22%, dan kelompok VI 62,43%. Berdasarkan hasil pengolahan secara statistik, terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang diberi bahan uji dengan kelompok kontrol aloksan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hingga hari ke-8 infusa daun sirih merah terbukti dapat membantu menyembuhkan luka diabetik pada tikus putih.

Sirih merah (Piper cf. fragile, Benth) is a traditional herbal medicine, has been very long used by Indonesia society as diabetic ulcer healing. The aim of this study was to confirm the wound healing effect of Piper cf. fragile leaves extract on male Sprague Dawley rats previously induced by alloxan. The animals were divided into six groups. Group I which was the normal control group received aquadest. Group II which was the alloxan control group received intraperitoneal alloxan of 32 mg/ 200 g bw. Group III received intraperitoneal alloxan and then glibenclamide 0,9 mg/ 200 g bw, IV , V, and VI were induced with alloxan and treated with the extract 216 mg/ 200 g bw, 432 mg/ 200 g bw and 864 mg/ 200 g bw, respectively, for 8 days. The measurement of wound healing effect was evaluated by percentage of wound healing. The percentage of healing was 79.12% for group I, 38.83% for group II, 69.07% for group III, 58.19% for group IV, 68.22% for group V, and 62.43% for group VI. Based on the statistical analysis, there was significant difference between the treated groups and alloxan control group. This study confirmed the traditional uses of sirih merah leaves on diabetic ulcer healing."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33177
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Ersa Felicia Trinita
"Latar Belakang
Prevalensi diabetes diprediksi meningkat selama beberapa tahun ke depan di mana luka diabetes itu sendiri dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup bahkan kematian. Bonggol nanas (Ananas comosus L.) memiliki senyawa aktif yaitu bromelain yang berperan dalam penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas penyembuhan luka dari pemberian ekstrak bonggol nanas.
Metode
Penelitian ini merupakan studi eksperimental in-vivo dengan melibatkan 54 tikus putih jantan Webster berusia 8-10 minggu dengan berat badan 150-200 gram yang dibagi acak menjadi 18 kelompok: kontrol negatif, kontrol positif, serta tiga kelompok dengan dosis ekstrak bonggol nanas berbeda dengan durasi 1, 2 dan 3 minggu. Sebanyak 45 tikus diinduksi diabetes dengan larutan streptozotocin dalam larutan buffer sitrat sedangkan 9 tikus lainnya dijadikan sebagai kontrol sehat. Semua tikus dicukur, dianastesi dan luka dibuat di bagian dorsal. Tikus kemudian diberikan zat yang sesuai dengan kelompok percobaan. Kelompok kontrol positif akan diberikan metformin, kontrol negatif tidak diberikan apapun, dosis 1 diberikan ekstrak 0,25 g/KgBB, dosis 2 yaitu 0,5 g/KgBB, dan dosis 3 yaitu 1 g/KgBB. Pengukuran luas luka dengan mengukur area pada plastik transparan yang sudah ditandai sesuai lukanya. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS 29.0 dengan p < 0,05 dianggap bermakna.
Hasil
Data persentase penyembuhan luka tidak terdistribusi normal. Kelompok metformin menunjukkan persentase tertinggi pada minggu 1 dan 2. Hasil uji Kruskal-Wallis persentase penyembuhan luka menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antarkelompok (p = 0,959).
Kesimpulan
Pemberian ekstrak bonggol nanas (Ananas comosus L.) tidak berpengaruh terhadap penyembuhan luka diabetes pada tikus putih Jantan (Webster).

Introduction
The prevalence of diabetes is predicted to increase over the next few years, where diabetic wounds themselves can cause lifelong disability and even death. Pineapple (Ananas comosus L.) has an active compound, bromelain, which plays a role in wound healing. This study aims to look at the wound healing activity of pineapple core extract.
Method
This study was an in-vivo experimental study involving 54 male Webster white rats aged 8-10 weeks with a body weight of 150-200 grams randomly divided into 18 groups: negative control, positive control, and three groups with different doses of pineapple stem extract with a duration of 1, 2 and 3 weeks. A total of 45 rats were induced diabetes with streptozotocin solution in citrate buffer solution while the other 9 rats served as healthy controls. All rats were shaved, anesthetized and a wound was made on the dorsal side. The rats were then administered substances corresponding to the experimental groups. The positive control group will be given metformin, the negative control is given nothing, dose 1 is given 0.25 g/KgBB extract, dose 2 is 0.5 g/KgBB, and dose 3 is 1 g/KgBB. Measurement of wound area by measuring the area on transparent plastic that has been marked according to the wound. Data were analyzed using SPSS 29.0 software with p < 0.05 considered significant.
Results
The wound healing percentage data was not normally distributed. The results of the Kruskal-Wallis test on the percentage of wound healing showed that there was no significant difference between groups (p = 0.959).
Conclusion
The administration of pineapple core extract (Ananas comosus L.) did not show a significant relationship to diabetic wound healing in male white rats (Webster).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Dewi sartika SLI
"ABSTRAK
Diabetes millitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat yang berlangsung
kronis, penyakit ini mempunyai beberapa komplikasi jangka panjang. Salah satu
komplikasinya adalah luka diabetes yang pada tahap lanjut dapat dilakukan amputasi.
Perawatan luka merupakan intervensi keperawatan yang dapat menghindarkan pasien
dari amputasi. Prinsip perawatan luka yang baik adalah memberikan lingkungan yang
lembab dan hangat untuk dapat meningkatkan proses perkembangan luka. Selain itu
perawatan luka juga harus efektif dalam pembiayaan, efektif dalam pembiayaan tidak
harus selalu murah tapi dilihat dari banyaknya manfaat yang didapat pasien.. Penelitain
ini merupakan penelitian kuasieksperimen pretest-postest with control group design.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan dipilih secara acak.
Instrument pengkajian luka yang digunakan adalah instrument pengkjian luka Bates-
Jansen dan lembar pencatatan biaya material perawatan luka. Perbedaan proses
perkembangan luka dan efektifitas pembiayaan antara balutan modern dibandingkan
baluatan konvensional diuji dengan uji t independen dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Hasil uji t independen menunjukkan ada perbedaan proses perkembangan luka antara
kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,031) dan terdapat perbedaan efektifitas
pembiayaan antara kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,002). Dengan demikian
institusi pelayanan perlu mengembangkan metode perawatan luka diabetes menggunakan
balutan modern.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a chronic carbohydrate metabolism disturbance which has many long term complications. One of its complications is diabetic wound which has risk for amputation. Wound care is nursing intervention that prevents patient form being amputated. A good principle of wound care is giving a moist and warm environment in order to improve wound healing process. Wound care should be cost effective which does not mean to be cheap but can give benefits for patient. This research used quasi-experiment with pretest and post test with control group design. Sample was chosen randomly with purposive sampling. Instrument for wound assessment are Bates-Jansen wound assessment and the documentation of wound care material cost. The difference of wound healing process and cost effectivity between modern and conventional dressing was tested with independent t test with 95% confidence interval. The result of independent t test showed a difference in healing process between treated and controlled groups (p=0,031), and a difference in cost effectivity between treated and controlled groups (p=0,002). It is concluded that health services need to improve diabetic wound care method with modern dressing."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-24790
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library