Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iskandar Muda
Abstrak :
ABSTRAK
Baja Al killed telah digunakan untuk proses penarikan dan penarikan dalam komponen plat yang mempunyai deformasi yang ringan (kompor gas, listrik) dan penarikan dalam untuk panci dan bak cuci piring yang mempersyaratkan deformasi. Baja Al killed mempunyai keterbatasan dalam deformasi, sehingga dari waktu ke waktu terjadi kegagalan yang disebabkan retak selama penarikan dalam. Untuk memenuhi permintaan pelanggan dibuat kualitas yang baik untuk penggunaan enamel, yaitu menggabungkan kelebihan dari baja bebas larut intertisi yang mempunyai kemampuan ektra penarikan dalam dan ketahanan terhadap cacat sisik ikan dan sifat enamel yang mirip dengan baja Al killed.

Baja bebas larut intertisi, karena mempunyai nilai anisotropi normal yang tinggi, dapat menghasilkan mampu bentuk yang sangat baik, dan digunakan untuk peregangan dan penarikan dalam. Mampu bentuk dikembangkan menggunakan baja karbon sangat rendah (0,002 % Aberat kaibon j. Dengan ditambahkan unsur paduan seperti titanium yang berfungsi untuk mengikat karbon dan nitrogen terlarut. Baja enamel digunakan untuk peralatan masak, peralaian dapur dan peralatan mesin cuci. Khusus untuk cacat sisik ikan dapat terbentuk setelah proses enameling pada baja karbon rendah jika ada tekanan tinggi dari hidrogen pada permukaan dari lapisan enamel dan tidak terdapat rongga rongga halus untuk mengakomodasi hidrogen didalam baja. Jadi perlu mengontrol ukuran dan distrlbusi clari rongga rongga halus didalam baja untuk khususnya untuk baja enamel. Rongga rongga halus terbentuk pada baja enamel setelah reduksi berat di tandem cold mill, di pabrik pengerolan panas menggunakan temperatur penggulungan diatas 700°C, yang berfungsi untuk menampung hidrogen dan mencegah caoat sisik ikan. Tetapi dengan temperatur penggulungan yang tinggi terbentuk presipitat Fe3C yang besar dan pada saat dilakukan penarikan dalam pada panci akan terjadi robek pada panci.

Pada disertasi ini dipelajari tentang sifat mekanik dan struktur mikro dari tiga kelas baja AI killed (A: 0,05 % C ; B : 0,009 % C, 0,57 % Ti ; dan C 1 0,006 % C, 0,053 % Ti ) setelah dilakukan pengerolan dingin dan aniling pada 600°C - 900°C dalam waktu 6 - 12 jam pada laju pemanasan cepat dan lambat. Secara umum nilai anisotropi normal dan tekstur dari baja bebas larut intertisi lebih tinggi dari baja karbon rendah, dengan baja B (o,oo9 %C, o,s7% Ti) yang nilainya paling tinggi dengan pengecua|ian pada baja B (0,009%C, 0,57 % Ti) setelah aniling pada temperatur 900°C yang telah di aniling pada daerah dua fasa austenit dan ferit.

Hubungan yang sangat kuat dicapai antara nilai anisotropi normal dengan tingkat tekstur dan keduaraya meningkat dengan meningkatnya temperatur, dengan pengecualian pada baja B (0,009 %C, 0,57 %Ti) setelah aniling pada temperatur 9oo°c. Semua baja mempunyai kekuatan tarik yang same, tetapi, kekuatan luluh baja bebas larut intertisi lebih rendah dibandingkan dengan baja karbon rendah. Presipitat sementit yang terbentuk didalam baja karbon biasa lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan presipitat Ti(C, N) pada baja bebas larut intertisi. Rongga rongga halus yang terbentuk relatif sama besar pada ketiga baja tersebut. Tidak terdapat cacat sisik ikan pada Iapisan pada baja karbon rendah mengindikasikén bahwa rongga rongga halus yang ada dapat menampung hidrogen.
2003
D1255
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yuli Yetri
Abstrak :
Tujuan utama pelapisan elektrogalvanisasi pada baja adalah untuk meningkatkan ketahanan korosi dan ketahanan aus, akan tetapi proses pelapisan tersebut dapat menyebabkan atom-atom hidrogen berdifusi ke dalam baja yang bisa mengakibatkan hydrogen embrittlement sehingga dapat menggetaskan material. Penggetasan ini mengarah kepada terjadinya kegagalan atau kerusakan yang tertunda (delayed brittle failure). Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah untuk U-bolt pada salah satu komponen otomotif. Untuk mengurangi hidrogen yang berdifusi ke dalam material baja karbon rendah akibat proses galvanisasi, dalam penelitian ini dilakukan pemanasan (baking) pada temperatur 200 °C selama 15 jam, 48 jam dan 65 jam. Pengujian metalografi dilakukan menggunakan mikroskop optik, sedangkan pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan, tekuk, tank dan kelelahan. Hasil pengujian struktur mikro memperlihatkan bahwa material mempunyai struktur ferit dan perlit, dan temperatur baking 200 °C tidak merubah struktur mikro material namon merubah sifat mekanik material tersebut. Kekerasan semakin menurun dengan meningkatnya waktu baking, hal ini diduga disebabkan oleh menurunnya kadar hidrogen yang terkandung di dalam material karena terjadi difusi hidrogen ke permukaan akibat pemanasan. Dengan demikian, untuk temperatur yang sama dengan meningkatnya waktu baking, waktu perpatahan pengujian kelelahan (fatigue) juga semakin lama.
The main purpose of electrogalvanizing in steel is to improve corrosion resistance and wear resistance. Unfortunately, electrogalvanizing can cause hydrogen atoms to diffuse into the steel core which results in hydrogen embrittlement. The embrittlement of materials tends to cause failure or delayed brittle failure. Materials used in this research are low carbon steel for U-bolt used as an automotive component. To reduce hydrogen diffusion into the low carbon steel after electrogalvanizing the materials were baked at temperature 200 °C at various time, i.e. 15, 48 and 65 hours. Metallographic examination was carried out using optical microscope and mechanical properties measurements included hardness, bending, tensile and fatigue test. The micro structural examination shows that the samples have ferrite and pearlite structure. The baking temperature at 200 °C does not change the microstructure but changed the mechanical properties of the materials. The lengthening of baking time decreases the hardness due to the decreasing of hydrogen content in the materials as a result of diffusion process during the baking.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Rasyid
Abstrak :
Butt Flash Welding banyak digunakan untuk penyambungan plat-plat baja dipabrik baja. Tujuannya adalah untuk mendapatkan plat baja dengan panjang yang kontinu dan dapat di gulung, sehingga memudahkan untuk penanganan dan pengiriman. Pelat-pelat baja terlebih dahulu disambung dengan las ini, supaya proses pembersihan kotoran dan korosi di Continuous Pickling line ( CPL ) dapat berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Setelah pelat dibersihkan di CPL, selanjutnya direduksi di Tandem dengan digiling dingin (cold rolling). Putusnya sambungan las di CPL maupun di Tandem akan sangat merugikan.Oleh karena itu kualiatas sambungan las sangatmenentukan untuk proses produksi di Cold Rolling Mill (CRM). Pada proses pengelasan ini, terdapat beberapa parameter-parameter yang akan mempengaruhi kualitas sambungan las. Parameter-parameter yang mempengaruhi, diantaranya adalah kecepatan gerakan maju plat yang dilas, percepatan yang diberikan untuk mempercepat waktu proses pengelasan, tegangan listrik yang terjadi antara dua plat yang akan disambung dan sensitivitas yang tergantung pada komposisi logam yang disambung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi parameter kecepatan dan percepatan yang optimal, sehingga dapat diperoleh sambungan las yang terbaik. Untuk mengetahui kualitas sambungan las, maka dilakukan pengujian mekanis seperti Bulged Test,Tensile Test,Mikro Hardness test,Bending Test dan test struktur mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menaikkan kecepatan dan percepatan dari Standard Operating Procedure Pengelasan yang dilakukan selama ini,sambungan pengelasan menunjukan hasil yang lebih baik. Pada kecepatan V4 ■16/24mm/det dan percepatan ۸3 ■ 6/24 mm/det2 didapat basil Bulged Test ■ 2BB9 Psi, Tensile Test ■ 374, 39 N/mm2, lebar HAZ ■ 1, 71 mm, kekerasan VHN■ 142, 6, sedangkan menurut SOP pada kecepatan V2 ■14/24mm/det, percepatan۸2.5/24 mm/det2 didapat hasil Bulged Test■ 209OPsi, Tensile Test ■361, 81 N/mm2 , lebar HAZ■1, 75mm, kekerasan VHN■150, 8.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margono Sugeng
Abstrak :
Dalam membuat suatu konstruksi, baja merupakan salah satu komponen utama yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para pengambil keputusan dan para ahli teknik perlu mengetahui secara pasti jenis baja mana yang akan dipakai bagi suatu konstruksi, sehingga nilai konstruksi dalam artian luas menjadi lebih meningkat. Bertitik tolak dari diagram kesetimbangan besi karbon baja dibedakan dalam baja karbon rendah (<0,3%C), baja karbon menengah (0,3-0,85 %C) dan baja karbon tinggi (0,85-1,3%C). Dari ketiga jenis ini makin tinggi kadar karbonnya akan semakin baik sifat mekaniknya. Persoalan yang timbul adalah, untuk membuat baja karbon tinggi akan membutuhkan biaya yang relatif mahal. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kekuatan mekanik dari baja karbon rendah. Dalam penelitian ini dilakukan perlakuan panas pada baja karbon rendah (KS 1018) pada temperatur interkritis (alpha+Gamma) dan austenite yang diikuti dengan quenching kedalam air. Dari perlakuan ini diperoleh baja fasa ganda dengan variasi kandungan martensite - ferrite berkisar antara 34,4% hingga 68,6 % martensite. Dari variasi kombinasi fasa ini, paduan antara ferrite yang ulet dengan martensite yang keras tetapi brittle diperoleh variasi perubahan sifat mekanik akibat perubahan volume fraksi martensite. Secara umum baja ini menarik karena memberikan kekuatan tarik yang tinggi, kekerasan yang tinggi dan mampu bentuk yang relatif baik dibandingkan baja jenis lainnya. Sifat-sifat mekanik baja fasa ganda ini diamati dengan pengujian kekerasan, pengujian tarik, pengujian impact dan pengujian fatique. Dari pengujian kekerasan diperoleh hasil kekerasan mikro maupun makro, naik secara linier mengikuti kenaikan kandungan volume martensite, demikian juga pada kekuatan yield dan kekuatan tarik, sementara keuletannya menurun. Dari hasil uji impact diperoleh bahwa harga impact selain dipengaruhi oleh kandungan volume martensite juga dipengaruhi oleh temperatur kerja. Dari hasil uji fatique, peningkatan umur terjadi dengan naiknya kandungan martensite sampai 40%, tetapi kemudian umur fatique menurun dengan naiknya kandungan martensite. Pengaruh temper yang dilakukan pada baja fasa ganda ini, selain menurunkan kandungan martensite, juga mempengaruhi kekuatan tarik, kekuatan yield, keuletan dan sifat mekanik lainnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sairin Haning
Abstrak :
Perubahan struktur mikro daerah las baja karbon rendah menyebabkan terjadinya perubahan dan perbedaan sifat ketahanan korosi. Tingkat ketahanan korosi secara tidak langsung dipengaruhi oleh bentuk dan jenis pertakuan atau pengerjaan yang telah dialami sebelumnya. Untuk meningkatkan pengawasan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh korosi pada daerah sambungan las maka dilakukan penelitian tingkat ketahanan korosi pada daerah logam las (WM), daerah logam induk (BM) dan daerah terpengaruh panas (BM-HAZ, HAZ, WM-HAZ) dengan menggunakan bahan dari baja karbon rendah hasil canai panas yang telah mengalami proses pengelasan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat ketahanan korosi antara masing-masing daerah disekitar sambungan las. Tingkat ketahanan tertinggi terjadi pada daerah logam las (WM) spesimen WM.2 dan tingkat ketahanan korosi terendah terjadi pada daerah berbutir halus (HAZ) spesimen WM.3.
The change of microstructure in the welding joint region of low carbon steel more often to cause difference in corrosion resistance- Corrosion resistance indirectly is influenced by the heat treatment or fabrication procedure. Improving fabrication procedure is necessary to prevent deleterious effect of corrosion in the welding joint area. Therefore in this investigation corrosion resistance in the weld metal area (WM), heat affected zone area (HAZ) as well as base metal (BM) become prime concern. The materials used in this investigation come from hot rolled process. The result indicated the different corrosion resistance between WM, BM and HAZ in the weld joint area. Highest corrosion resistance was found in the WM area while low corrosion resistance is the HAZ area.
1999
JIRM-1-3-Des1999-70
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
S. Divakara Shetty
Abstrak :
Inhibition is one of the mechanisms used for mitigating the metallic corrosion, particularly in an acid environment. The present work aims to investigate the inhibiting effect of N-benzyl-N/-phenyl thiourea (BPTU) on the corrosion of low carbon steel in a 0.1 M hydrochloric acid (HCl) solution using a Tafel extrapolation and linear polarization techniques. The study reveals that BPTU acts as an excellent anodic inhibitor for low carbon steel in a HCl solution. The protective efficiency of the compound was found to be more than 97% even at higher temperatures. The study demonstrated that BPTU gets adsorbed on the steel surface, following Temkin?s adsorption isotherm and the inhibition is controlled by a chemisorption mechanism. The investigation shows that the results obtained from the Tafel extrapolation and linear polarization techniques for the corrosion of mild steel in HCl medium were in good agreement. The influence of temperatures and concentrations of BPTU on the corrosion of low carbon steel are also examined in the present work.
2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
S. Divakara Shetty
Abstrak :
Inhibition is one of the mechanisms used for mitigating the metallic corrosion, particularly in an acid environment. The present work aims to investigate the inhibiting effect of N-benzyl-N/-phenyl thiourea (BPTU) on the corrosion of low carbon steel in a 0.1 M hydrochloric acid (HCl) solution using a Tafel extrapolation and linear polarization techniques. The study reveals that BPTU acts as an excellent anodic inhibitor for low carbon steel in a HCl solution. The protective efficiency of the compound was found to be more than 97% even at higher temperatures. The study demonstrated that BPTU gets adsorbed on the steel surface, following Temkin’s adsorption isotherm and the inhibition is controlled by a chemisorption mechanism. The investigation shows that the results obtained from the Tafel extrapolation and linear polarization techniques for the corrosion of mild steel in HCl medium were in good agreement. The influence of temperatures and concentrations of BPTU on the corrosion of low carbon steel are also examined in the present work.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:5 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Richard A.M.
Abstrak :
Pengembangan model matematika telah dilakukan untuk memprediksi temperatur selama proses canai panas jenis satu tingkat dari suatu pelat baja karbon rendah, dengan menggunakan model thermal yang ada dan data-data eksperimen di laboratorium. Perhatian utama ditujukan untuk memprediksi model temperatur masuk dan keluar rol dengan mengasumsikan temperatur keluar. Hal-hal yang mempengaruhinya adalah perpindahan panas secara radiasi dan konveksi dari permukaan ketika material dibawa dari dapur ke rol, dan perpindahan panas secara konduksi dari material ke rol, serta kenaikan temperatur akibat kerja mekanis ketika material sedang dicanai.

Hasil dari model tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi temperatur material yang akan dicanai di Iaborastorium tersebut dan dasar untuk pemodelan beban pengerolan dan mikrostruktur. Langkah-langkah untuk memprediksi model temperatur masuk tersebut dapat digunakan sebagai dasar atau pembanding bagi pabrik canai panas untuk mengevaluasi temperatur material.
A mathematical model has been developed to predict the thermal during a single pass hot rolling of a low carbon steel plate, by using thermal model and data from laboratory experiments. Particular attention was paid to prediction the entry and exit temperature model by assuming the exit temperature. The effects taken into account are radiation and convection from the surface when the material has been reheated until rolled, and conduction to the rolls and the temperature increase due to mechanical work when the material is in the roll gap.

The result of the temperature model can be used for the material temperature evaluation at the laboratory and a basis to predict the rolling force and microstructure evaluation.. The steps of the prediction can be used as a comparison for plants mills to predict their material temperature.
2000
T5114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Wahyu Pratama
Abstrak :
Baja karbon rendah merupakan salah satu baja yang digunakan di industri, terutama karena kemampuan sifat mampu bentuknya yang baik. Sifat mampu bentuk ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah ketebalan baja lembaran yang digunakan. Ketebalan ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap sifat mampu bentuk baja yang dapat digambarkan melalui kurva batas pembentukan (FLC). Formation limit curve dapat menjadi dasar dalam pembentukan bajan karbon rendah, sehingga sangat penting untuk mengetahui pengaruh ketebalan baja terhadap kurva batas pembentukan (FLC) yang terbentuk. Pada pengujian ini material yang digunakan adalah baja karbon rendah steel plate cold coil (SPCC) dengan ketebalan 0.7, 0.8, dan 1 mm yang telah dibuat pola lingkaran dengan diameter 2 mm pada area permukaannya. Pengujian stretching dilakukan menurut metode Nakazima menggunakan punch setengah lingkaran atau hemispherical dengan kondisi pengujian tanpa pelumasan. Hasil pengujian berupa data regangan mayor dan minor, yang digunakan untuk membuat model Formation Limit Curve (FLC) untuk setiap ketebalan pada setiap kondisi pengujian. Hasil penelitian menunjukkan baja karbon rendah SPCC dengan ketebalan 1.0 mm memiliki Formation Limit Curve (FLC) lebih tinggi dibandingkan ketebalan 0.7 mm dan 0.8 mm. ......Low carbon steel is one of the steels used in industry, mainly because of its good shaping ability. This formability can be influenced by many factors, one of which is the thickness of the steel sheet used. This thickness has a significant effect on the formability of steel which can be described by the forming limit curve (FLC). The formation curve can be the basis for the formation form of low carbon steel, it is very important to know the effect of steel thickness on the forming limit curve (FLC). In this research material used is low carbon steel (SPCC) with a thickness of 0.7, 0.8, and 1 mm which has been made a circle pattern with a diameter of 2 mm on the surface area. The stretching test was carried out according to the Nakazima method using a semicircular or hemispherical punch with no lubrication. The test results are in the form of major and minor strain data, which are used to create a Formation Limit Curve (FLC) model for each thickness under each test condition. From this research showed SPCC with thickness 1.0 mm has higher Formation Limit Curve (FLC) compared to thickness 0.7 mm dan 0.8 mm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>