Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 395 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carlson, Richard, 1961-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
613.2 CAR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Made Dany Pratiwi Bagiada
Abstrak :
Industri asuransi saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi. Hal ini didukung pula dengan adanya potensi pasar di Indonesia yang cukup besar, dimana jumlah penduduk. yang besar memberikan peluang yang juga besar bagi perkembangan industri ini di masa datang. Perkembangan industri asuransi di Indonesia dapat dilihat dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini, dimana perkembangan premi bruto mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 26,08 % dan total kekayaan Industri asuransi mengalami pertumbuhan rata-rata 16,9 %.

Untuk mendukung kelangsungan usahanya, perusahaan asuransi memperhatikan eksposure dari perkembangan usaha terhadap tingkat kesehatan keuangannya. Salah satu indikator kesehatan keuangan perusahaan asuransi adalah dengan melihat loss ratio perusahaan. Loss ratio yang cukup stabil akan mendorong perusahaan asuransi untuk dapat mengelola risiko dan mengembangkan usahanya. Salah satu upaya untuk menstabilkan loss ratiovadalah dengan cara melakukan pemindahan risiko kepada perusahaan reasuransi melalui mekanisme reasuransi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa laju kenaikan beban klaim cenderung lebih tinggi daripada laju kenaikan pendapatan premi. Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan asuransi tidak dapat dengan leluasa menetapkan preminya. Untuk itu perlu kiranya dilakukan analisa trend terhadap laju pertumbuhan loss ratio dan menentukan proyeksinya. Analisa trend deret berkala terbadap loss ratio dilakukan dengan model peramalan kuantitatif linier, kuadrat dan eksponensial. Dari ketiga model tersebut dilakukan penghitungan Mean Absolute Deviation (MAD) untuk menentukan model peramalan yang terbaik. Dengan menambahkan beberapa asumsi yang diperlukan, maka basil proyeksi loss ratio dapat dipergunakan untuk menghitung proyeksi basil underwriting bersih pada berbagai metoda reasuransi.

Pada perusabaan asuransi kerugian PT. ABC mekanisme reasuransi dengan metoda quota share digunakan pada asuransi kendaraan bermotor. Berdasarkan data tahun 1997 sampai dengan 2002 dan ditambahkan beberapa asumsi, maka dapat dilakukan perhitungan basil underwriting bersih-nya untuk membandingkan ke-empat metoda reasuransi yaitu : quota share, surplus, excess of loss dan stop loss. Dari basil perhitungan yang dilakukan dan basil analisa dari berbagai tolok ukur maka metoda excess of loss dianggap metoda reasuransi yang paling baik dan cocok untuk asuransi kendaraan bermotor PT. ABC.

Berdasarkan basil perhitungan proyeksi underwriting bersih dengan proyeksi loss ratio pada asuransi kendaraan bermotor PT. ABC diketahui bahwa pilihan terhadap metoda excess of loss sebagai metoda reasuransi tetap lebih baik dan cocok untuk asuransi kendaraan bermotor PT. ABC daripada metoda quota share.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T10417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharno
Abstrak :
Bahan yang memiliki sifat ferroelektrik dan ferromagnetik berpotensi sebagai absorber gelombang mikro dan memiliki peranan penting pada dunia militer. BiFeO3 merupakan salah satu bahan multiferroik yang memiliki sifat ferroelektrik dan ferromagnetik. Pada penelitian ini dilakukan rekayasa sintesa BiFeO3 dengan doping Yttrium dan Seng dengan variasi konsentrasi (%wt) 6, 12, dan 18%. Sintesa BiFeO3 telah berhasil disintesis dengan metode sol-gel autocombustion. Melalui uji XRD, fasa BiFeO3 diperoleh pada temperatur 750°C selama 5 jam. Hasil refinement menunjukkan bahwa BiFeO3 memiliki struktur kristal rhombohedral space grup R3c. BiFeO3 doping Yttrium dan Seng di atas 12% (%wt) terjadi perubahan struktur kristal dari rhombohedral ke orthorombic. Kurva hysterisis menunjukkan bahwa BiFeO3 memiliki saturasi magnetik 3.04 emu/g, remanen magnetik 0.26 emu/g, dan medan koersivitas 0.0013 T. BiFeO3 doping Yttrium dengan konsentrasi (%wt) 12% terjadi peningkatan nilai saturasi magnetik, remanen magnetik, dan medan koersivitas namun BiFeO3 doping Seng dengan konsentrasi (%wt) 12% terjadi penurunan nilai saturasi magnetik, remanen magnetik, dan medan koersivitas. BiFeO3 doping Yttrium 12% (%wt) dan Seng 12% (%wt) memiliki nilai saturasi magnetik 8.18 emu/g, remanen magnetik 2.92 emu/g, medan koersivitas 0.0036 T. Pada frekuensi 1 kHz BiFeO3 memiliki konstanta dielektrik sebesar 239.12 dan adanya doping Yttrium dan Seng terjadi penurunan nilai konstanta dielektrik. Hasil pengujian sifat penyerapan gelombang mikro pada frekuensi X band (8.2 ? 12.4 GHz) diperoleh bahwa bahan Bi0.88Y0.12FeO3/C memiliki refleksi loss -39.42 dB pada frekuensi resonansi 11.47 GHz. Dengan demikian bahan Bi0.88Y0.12FeO3/C dapat dijadikan bahan penyerap gelombang mikro pada frekuensi X band. ...... Materials with both ferroelectric and ferromagnetic properties are potential candidate for microwave absorbers and play important role in military world. One of them is BiFeO3, a multiferroic material with both ferroelectric and ferromagnetic properties. In this research, BiFeO3 has been synthesized successfully via auto-combustion sol-gel method. To improve its properties, yttrium- and zinc-doped BiFeO3 has been synthesized with various doping concentrations, i.e. 6, 12, and 18 wt.%. X-ray diffraction patterns showed that BiFeO3 phase was obtained after heating at 750ᵒC for 5 hours with rhombohedral crystal structure and space group of R3c. The hysteresis curve of BiFeO3 showed a magnetic saturation of 3.04 emu/g, magnetic remnant 0.26 emu/g and coercive field 0.0013 T. Yttrium- and zinc-doped BiFeO3 over 12wt.% showed a structural change from rhombohedral to orthorhombic with magnetic saturation of 8.18 emu/g, the magnetic remnant of 2.92 emu/g and coercive field of 0.0036 T. Yttrium-doped BiFeO3 showed an increase in the magnetic saturation, the magnetic remnant and the coercive field; however zinc-doped BiFeO3 showed a decrease in the magnetic saturation, the magnetic remnant and coercive field. At a frequency of 1 kHz, the dielectric constant of BiFeO3 was 239.12, and this value will decrease when it was doped by yttrium and zinc. Further investigation on the application of this material, composites Bi0.88Y0.12FeO3/C has also been synthesized. The composites showed a reflection loss of -39.32 dB within the frequency range of 8.2-12.4 GHz (X-band) particularly at the frequency of 11.47 GHz with the absorptivity of 98.60%. Based on this results, composite Bi0.88Y0.12FeO3/C material could be used as a potential microwave absorber in the X-band frequency.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
D2061
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Alfera
Abstrak :
Latar Belakang. Pengendalian sumber kebisingan sudah dilakukan perusahaan, dari data pengukuran industrial hygiene sebagian besar berada dibawah nilai ambang batas (< 85 dB), tetapi hasil pemeriksaan kesehatan tahunan didapatkan penderita gangguan pendengaran setiap tahun menunjukkan peningkatan, termasuk peningkatan kasus rujukan karyawan dengan gangguan pendengaran. Dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012 didapatkan hasil 42,76 % karyawan mengalami hiperlipidemia. 26,78% memiliki masalah dengan telinga dan 8,52% memiliki gangguan pendengaran sensorineural. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh hiperlipidemia terhadap risiko gangguan pendengaran pada karyawan perusahaan kontraktor pertambangan batubara yang bekerja pada lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan lebih dari 60 desibel. Metode Penelitian. Disain penelitian potong lintang perbandingan ( comparative cross sectional ) Pengumpulan data menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan medical check up tahun 2013 dan hasil pengukuran industrial hygiene tahun 2013. Kriteria inklusi adalah seluruh karyawan permanen PT X yang masih aktif bekerja saat penelitian, laki-laki, bekerja pada lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan lebih dari 60 dB , memiliki data audiogram dari medical check up tahun 2013 memiliki data Kholesterol, HDL, LDL dan Trigliserida, kriteria eksklusinya adalah memiliki riwayat tuli paska trauma, riwayat keluar cairan dari telinga, menggunakan obat ototoksik, tidak memiliki data yang lengkap untuk di analisa. Hasil. Faktor penentu utama yang berpengaruh secara bermakna terhadap kejadian gangguan pendengaran adalah umur (OR = 2,72; CI 95% = 1,92 - 3,87 ; p = 0.000) dan penggunaan alat pelindung diri telinga (OR = 3,15; CI 95% = 2,22 – 4,48 ; p = 0.000). Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan ( OR = 0,64 ; CI 95% = 0,45 – 0,84 ; p = 0,002 ), lama bekerja ( OR = 1,12 ; CI 95% = 1,17 – 1,23 ; p = 0,000 ), kadar gula darah puasa (OR = 3,92 ; CI 95% = 2,14 – 7,18 ; p = 0,000). Kesimpulan. Pengaruh hiperlipidemia terhadap risiko gangguan pendengaran sensorineural pada karyawan laki-laki perusahaan kontraktor pertambangan batubara yang bekerja pada lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan lebih dari 60 dB tidak ditemukan pada penelitian ini. ...... Background. Control of noise sources has been done the company, from industrial hygiene measurement data are mostly located below the threshold value (<85 dB), but the results obtained annual medical check up every year people with hearing loss showed improvement, including increased employee referral cases with hearing loss. From the results of medical check up in 2012 showed 42.76% of employees experienced hyperlipidemia. 26.78% had problems with ears and 8.52% had sensorineural hearing loss. This study aims to determine the effect of hyperlipidemia on the risk of hearing loss in coal mining contractor company employees who work in a work environment with noise levels over 60 decibels. Method. Design A cross-sectional comparative study (comparative cross sectional) data was collected using secondary data from the results of medical check-up in 2013 and the results of industrial hygiene measurements in 2013. Inclusion criteria were permanent employees of PT X is still actively working time of the study, male, working in a work environment with noise levels over 60 dB, has data audiogram of medical check-up in 2013 has data cholesterol, HDL, LDL and triglycerides, Exclusion criteria were a history of post-traumatic deafness, a history of ear discharge, use of ototoxic drugs, do not have complete data for analysis. Results. The main determining factors that significantly affect the incidence of hearing loss is age (OR = 2.72; 95% CI = 1.92 to 3.87, p = 0.000) and the use of personal protective equipment ear (OR = 3.15; CI 95% = 2.22 to 4.48, p = 0.000). There is a significant association between the type of work (OR = 0.64; 95% CI = 0.45 to 0.84, p = 0.002), duration of work (OR = 1.12; 95% CI = 1.17 to 1, 23, p = 0.000), fasting blood sugar levels (OR = 3.92; 95% CI = 2.14 to 7.18, p = 0.000). Conclusion. Effect of hyperlipidemia on the risk of sensorineural hearing loss in male employees of coal mining contractor company working in a work environment with noise levels over 60 dB can not be found in this study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anny Oedjianti
Abstrak :
Pekelja di kilang minyak tcrutama di lokasi bising mempunyai risiko tinggi menderita gangguan pcndcngaran sebagai penyakit akibat kelja. Pajanan kombinasi (bising, penyakit DM, hipcrtensi, DM dan hipertensi) dapat terjadi secara bersamaan pada seorang pekerja. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungau dan kontribusi pajanan kombinasi terhadap teljadinya gangguan pendengaran. Dengan metode historikal kohor, data pekelja dari tahun 2002-2007, pcfnetapan kriteria gangguan pendengaran berdasarkan hasil audiogram pada frekuensi 4000 Hz > 25 dBA, status DM berdasarkan kriteria diagnostik PERKENI 2006 GDP 2126 mg/dL, status hipertensi herdasarkan JNC7 S 2140 mmHg dan D 290 mm!-Ig. Analisis statistik dengan univariat dan bivariat. Diperoleh hasil, insiden gangguan pendengaran berkisar antara 25.0% - 50.0% pada pekelja yang terpzgan bising, dengan distribusi responden menurut masing- masing pajanan kombinasi dan karakteristik responden (variabcl pcrancu: Lunur; rnasa kerja; merokok; dan pemakaian APT). Kesimpulan yang diperoleh dari uji statistik, baik variabel independen maupun vadabel perancu mempunyai p value > on, perbedaan tidak bermal-ma. Sehingga gambaran dan kontribusi faktor risiko penyakit DM dan hipcrtcnsi bclum dapat diketahui dengan jelas. Hal ini disebabkan beberapa keterbatasan penelitian diantaranya sampel yang mcmenuhi kriteria inklusi (140 responden) tidak memenuhi besar sampel minimal (287 responden}, informasi data yang diperoleh dari perusahaan tidak lengkap. Oleh karenanya saran bagi pemsahaan agar lebih memperhatikan sistem pencatatan, pelaporan, dan penyimpanan data., pemeriksaan audiometri, kesehatan berkala, pengukuran dosis pajanan, secara rutin dan berkcsinarnbungan sesuai kebutuhan, terulama bagi pekerja yang terpajan bising > 85 dBA, penertiban sertifikasi operator, kalibrasi alat oleh institusi yang bezwenang. ......Workers of refinery in noisy area have high risk to get hearing loss as occupation disease. Combined exposure (noise, DM, hypertension) can happen simultaneously on a worker. The purpose of this study is to find the relation and contribution of combined exposure on hearing loss. The study was using historical cohort, worker’s data from 2002 to 2007, hearing loss criteria definition based on audiograrn result with frequency 4000 Hz >25 dBA; DM status based on PERKENPS diagnosis in 2006 GDP 2 126 mg/dL, hypertension status based on JNC7 S 2 |20 mml-lg and D 2 90 mml-Ig. Statistical analysis was using univariat and bivariat. The result is hearing loss incident on workers exposed by noise around 25.0% - 50.0%, with respondent’s distribution based on each combined exposure and respondent's characteristic (confounding variable : age, working period, smokind and the using of APT) We conclude by statiscal test, both independent variable and cofounding variable with P value > ot that there is insignificant dillerencetherefore, the illustration and contribution of DM and hypertension risk factor cannot be found clearly. It was caused by some limitations in the study such as inclusive criteria sample (140 respondents) didn't iillfil the quota of sample (287 respondents), incompleted company's clatas. Therefore, we suggest that the company should pay more attention to data entry, data report and data saving, audiometric check-up, periodic medical check-up, exposure dosage measurement, regularly and continually based on needs, especially for workers exposed by noise > 85 dBA, regulation of operator certification, calibrated equipment by authorized institution.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34379
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silaen, Seskonita S.I.
Abstrak :
Latar belakang dan lingkup penelitian : Adanya pergeseran ekonomi dari basis manufaktur ke industri jasa telah menumbuhkan perhatian bahwa Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB) ditempat kerja dapat juga terjadi pada pekerja di stasiun televisi, yang mendapat pajanan bising terutama dari alat-alat pengeras suara dan alat-alat komunikasi (headphone/headset). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peningkatan Ambang Dengar Sementara (PADS) yang merupakan prediktor teijadinya GPAB di masa mendatang, pada pekerja di stasiun TV dan faktor-faktor yang berhubungan serta untuk mengetahui rerata intensitas bising di lingkungan kerja stasiun TV. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 sampai Februari 2010 dengan metode potong lintang, non komparatif, melibatkan 78 pekeija dari 882 populasi (50 pekelja administrasi yang beketja statis, tidak memakai headphone dan mendapat pajanan bising dari alat-alat kantor dengan intensitas < 85 dB, serta 28 pekeija produksi yang bekezja mobile, sebagian besar menggunakan headphone/headset dan mendapat pajanan bising 2 85 dB. Subyek dipilih secara acak sederhana, data didapat dari wawancara, pemeriksaan telinga, dan audiometri yang dilakukan sebelum dan segera sesudah bel-cezja serta 16 jam kemudian sesudah bebas pajanan bising. Data Lingkungan diukur dengan sound level meter, intensitas bising personal dibagian produksi diukur dengan noise dosimeter. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 17. Hasil : Didapatkan prevalensi PADS sebesar 423% (33 orang) dimana 23 orang (82,1%) adalah pekerja bagian produksi dan 10 orang (20,0%) adalah pekeija administrasi. Urutan keterlibatan PADS terbanyak terdapat pada iiekuensi 4000 (93,9%), 8000(36,4%) dan 2000(27,3%) Hz. Median peningkatan pada nlasing-masing trekuensi adalah 10 dB. Rerata intensitas bising di bagian produksi 92,61 dB(ruang studio), 84,1dB(ruang audiovideo) dan 85,4 dB(ruang kontrol operator). Rerata intensitas di ruang administrasi sebesar 63,75 dB. Faktor-faktor yang berpengaruh seeara bermakna terhadap terjadinya PADS adalah dosis pajanan (0R=8,8; IK95%= 0,9-83,1), umur peke1ja(OR=7,5; IK95%=1,9-29,7) dan durasi pajanan (OR=-1,827; IK95% = 0,03-0,9). Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa dosis pajanan, umur pekerja dan durasi pajanan bising berhubungan secara bermakna dengan risiko teijadinya PADS pada pekeija stasiun TV. Pencegahan merupakan hal terpenting untuk meneegah PADS menjadi GPAB.
Background : With the economy shift from a manufacturing base to service industry in recent years, there has been growing concern that noiced-induced hearing loss (NIHL) may also effect workers employed at the television station who got noise exposure from amplifiers and communication devices (headphones/headsets). The aim of this study is to determine the temporary threshold shifts (TTS) which is regarded as the predictor of fixture development of NIHL, among the TV Station worker and its related factors. And also to identify the mean of noise intensity level in TV Station working environment. The data was analyzed using the l7"? version of SPSS. Methods : This study was carried out in Jakarta on November 2009 until February 2010. This was a non comparative cross - sectional study involving 78 workers of 882 population(50 of them were administrative worker, working static, not using headphone and had noise exposure from office equipment below 85 dB, and 28 were production worker who worked mobile, used headphone and had noise exposure above 85 dB from amplifiers and communication devices. Subjects were selected randomly. The data were obtained from interview using a special questionnaire, otoscopy, and an audiometric test for pre-work, post-work hearing threshold and 16 hours later, after free of noise exposure. Ambient noise levels were measured using sound level meter, personal noise intensity were measured using noise dosimeter. Results : The prevalence of TTS was 42,3%, consist of 23 subject (82,l%) from production worker and 10 subjects (20,0%) from an administrative worker. The most involved lrequence were 4000 Hz (3lsubject), 8000 Hz (12 subjects) and 2000 Hz (9 subjects), respectively. The median increase of the threshod at all iiequencies was 10 dB. The mean of noise intensity at the production room was 92,61 dBA (studio room), 84,1 dBA (audiovideo room) and 85,4 dBA (operator control room). The mean of noise intensity at the administrative room was 63,75 dB. Factors which were statistically significant were dose of exposure (OR = 8,8; IK95% = 0,9-83,l), age of worker (OR = 7,5; lK9S% = 1,9-29,7) and duration of exposure (OR=0,2; lK95%=0,03-0,9). Conclution : This study showed that dose of exposure, age of worker and duration of exposure were significantly correlated to Temporary Threshold Shift among the Television Station worker. The primary prevention is the most important thing to prevent 'ITS develops to Noise Induced Hearing Loss.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T33068
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Malik Mubim
1991
S27072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Riyadi
Abstrak :
Tuli kongenital merupakan ketulian yang terjadi pada seorang bayi saat kehamilan maupun pada saat lahir. Bengkala ada terdapat 2%, indikator tuli bisu bawaan sebesar 1 kasus dari 1000 kelahiran atau sekitar 0,1%, tingginya angka tersebut menjadikan masalah yang cukup serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi genetik penderita tuli bisu pada masyarakat kolok di Desa Bengkala tahun 2012.. Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan dari bulan September sampai dengan bulan November 2012. Populasi penelitian ini adalah semua masyarakat Desa Bengkala tahun 2012 dan sampel yang diambil adalah penderita tuli bisu di Desa Bengkala tahun 2012. Hasil penelitian diperoleh angka prevalensi kejadian tuli di Desa Bengkala sebesar 43 (1,9%). Berdasarkan tempat kasus tuli bisu genetik terbesar pada Dusun Tihing (5,1%). Angka proporsi laki-laki (0,7%) dan perempuan (0,8%). Berdasarkan usia, angka prevalensi kasus tuli bisu genetik di Desa Bengkala tertinggi pada rentang umur dewasa awal (26-35 tahun) dengan prevalensi 2,3%. Hasil nilai uji X2 pada pasangan tipe perkawinan di Desa Bengkala adalah sebesar 7,1 dengan degree of freedom bernilai 1, dan nilai p value (p<0,05). Peluang untuk terjadinya perkawinan seperti di atas adalah 0,01 atau 1%. Sebaiknya dilakukan program konseling pranikah dan genetik di desa Bengkala, skrining sejak lahir pada bayi yang baru lahir, dikembangkannya fasilitas pendidikan yang tepat, dan tes DNA squence dan tidak mengisolasi individu. ...... Congenital hearing loss is deafnees hat occurs in an infant due to factors Congenital hearing loss is deafnees . The prevalence of congenital hearing loss in Indonesia is estimated to 0.1%. Bengkala have population of 2280 person, there are 2% or about 47 person had deaf mute, deaf mute while the indicator should be the default for 1 case of 1000 births, or about 0.1%, the high number, it makes a serious problem. This study aims to reveal the genetic epidemiology deaf mute in Kolok society at Bengkala village, North Bali in 2012.. The design study is a descriptive study using cross-sectional study design. The research was conducted in the village of Bengkala,. Occurred during the study period of three months starting from September until November 2012. The population in this study were all villagers at Bengkala in2012 and samples taken in this study is a deaf mute Bengkala village in 2012. The results obtained by the prevalence of deafness in the Bengkala village, incidence by 43 (1.9%). Based on the information that cases where deaf mute was the largest genetic Dusun Tihing (5.1%). The numbers the proportion of males (0.7%) and women (0.8%). Based on age, the study provides information that the prevalence of cases of genetic deafness in the village mute highest Bengkala early adult age range (26-35 years) with a prevalence of 2.3% with a prevalence of 1.6%. The results of the X2 test value pair Bengkala type of marriage in the village is at 7.1 with a degree of freedom is 1 and p value (p <0.05). Opportunities for the marriage as above is 0.01 or 1%. Should be done premarital counseling and genetic program in the village Bengkala. screening from birth to newborns, the development of appropriate educational facilities for children with special educational and DNA testing squence and not isolated individuals.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Ika Putri
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai kerugian immateril yang ditimbulkan akibat perbuatan melawan hukum. Penelitian ini adalah penelitisan yuridis normatif dengan menggunakan beberapa contoh putusan yang mana ganti kerugian immaterilnya ditolak dan diterima oleh pengadilan, penelitian ini akan memberikan gambaran terkait kerugian immateril yang bagaimana yang diterima atau ditolak. Setiap putusan dianalisis berdasarkan hukum positif, khususnya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgelijk Wetboek . Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai kerugian immateril itu sendiri dan bagaimana seharusnya tuntutan ganti rugi immateril dapat diterima atau ditolak.Kata Kunci: Perbuatan melawan hukum, ganti rugi, kerugian immateril. ...... This thesis is about immaterial loss as the impact of tort. The reasearch is a normative juridical research that uses qualitiative approach. The author uses few cases to represent the claim of immaterial loss that are accepted and rejected by the court. From this research, we will know how a claim of immaterial loss can be accepted or rejected. Each cases is analyzed based on Indonesian law especially Indonesian Civil Code Burgelijk Wetboek . The purpose of this research is to give a deep explanation about the immaterial loss itself and how a case with immaterial loss should be accepted or rejected.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machin, Linda
Harlow : Longman Information and Reference, 1993
362.7 MAC w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>