Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 432 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carlson, Richard, 1961-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
613.2 CAR d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Dewi Nurdiana Moedigdo
"Grief atau duka umum dialami oleh manusia, baik yang disebabkan oleh death-related loss (kehilangan akibat kematian) maupun non-death-related loss (kehilangan bukan akibat kematian). Meskipun kedua bentuk loss memiliki kondisinya masing-masing, gejala dan dampak dari kedua bentuk loss serupa. Death-related loss merupakan salah satu pemicu stres berat, sedangkan non-death related loss cenderung lebih sulit dalam memproses grief akibat dari stigma, ketidakpastian kondisi, dan lebih sedikitnya sarana untuk mengekspresikan grief. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat keparahan gejala grief dari aspek kognitif, perilaku, emosi, dan somatik dari kedua bentuk loss tersebut. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya pemahaman mengenai gejala grief pada death-related loss dan non-death-related loss. Terdapat 131 partisipan yang mengikuti penelitian ini, dengan 67 partisipan merupakan individu yang mengalami death-related loss dan 64 partisipan merupakan individu yang mengalami non-death related loss. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur gejala kognitif, perilaku, dan emosi adalah alat ukur TGI-SR+ (Traumatic Grief Inventory-Self Report Plus) yang disusun oleh Lenferink et al., sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur gejala somatik adalah SSS-8 (Somatic Symptom Scale) yang disusun oleh Gierk et al.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat keparahan gejala yang signifikan antara partisipan yang mengalami death-related loss dan non-death related loss.

Grief is a common experience, caused by death-related loss or non-death-related loss. Each form of loss has its own circumstances, although the symptoms and impacts of both forms of loss are the same. Death-related loss is one of the triggers of severe stress and non-death-related loss tends to have more difficulty in processing the grief experienced due to stigma, uncertainty of conditions, and fewer means to express grief. This study aims to compare the severity of grief symptoms from cognitive, behavioral, emotional and somatic aspects in these two forms of loss. The results of this study will be used to enrich understanding of grief symptoms in the two contexts of loss. There were 131 participants who took part in this research, with 67 participants experiencing death-related loss and 64 participants experiencing non-death related loss. The instrument used to measure cognitive, behavioral and emotional symptoms is the TGI-SR+ (Traumatic Grief Inventory-Self Report Plus), established by Lenferink et al., while the instrument used to measure somatic symptoms is the SSS-8 (Somatic Symptom Scale), established by Gierk et al. The results showed that there was a significant difference in the severity of symptoms between participants who experienced death-related loss and non-death related loss."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharno
"Bahan yang memiliki sifat ferroelektrik dan ferromagnetik berpotensi sebagai absorber gelombang mikro dan memiliki peranan penting pada dunia militer. BiFeO3 merupakan salah satu bahan multiferroik yang memiliki sifat ferroelektrik dan ferromagnetik. Pada penelitian ini dilakukan rekayasa sintesa BiFeO3 dengan doping Yttrium dan Seng dengan variasi konsentrasi (%wt) 6, 12, dan 18%. Sintesa BiFeO3 telah berhasil disintesis dengan metode sol-gel autocombustion. Melalui uji XRD, fasa BiFeO3 diperoleh pada temperatur 750°C selama 5 jam. Hasil refinement menunjukkan bahwa BiFeO3 memiliki struktur kristal rhombohedral space grup R3c. BiFeO3 doping Yttrium dan Seng di atas 12% (%wt) terjadi perubahan struktur kristal dari rhombohedral ke orthorombic. Kurva hysterisis menunjukkan bahwa BiFeO3 memiliki saturasi magnetik 3.04 emu/g, remanen magnetik 0.26 emu/g, dan medan koersivitas 0.0013 T. BiFeO3 doping Yttrium dengan konsentrasi (%wt) 12% terjadi peningkatan nilai saturasi magnetik, remanen magnetik, dan medan koersivitas namun BiFeO3 doping Seng dengan konsentrasi (%wt) 12% terjadi penurunan nilai saturasi magnetik, remanen magnetik, dan medan koersivitas. BiFeO3 doping Yttrium 12% (%wt) dan Seng 12% (%wt) memiliki nilai saturasi magnetik 8.18 emu/g, remanen magnetik 2.92 emu/g, medan koersivitas 0.0036 T. Pada frekuensi 1 kHz BiFeO3 memiliki konstanta dielektrik sebesar 239.12 dan adanya doping Yttrium dan Seng terjadi penurunan nilai konstanta dielektrik. Hasil pengujian sifat penyerapan gelombang mikro pada frekuensi X band (8.2 ? 12.4 GHz) diperoleh bahwa bahan Bi0.88Y0.12FeO3/C memiliki refleksi loss -39.42 dB pada frekuensi resonansi 11.47 GHz. Dengan demikian bahan Bi0.88Y0.12FeO3/C dapat dijadikan bahan penyerap gelombang mikro pada frekuensi X band.

Materials with both ferroelectric and ferromagnetic properties are potential candidate for microwave absorbers and play important role in military world. One of them is BiFeO3, a multiferroic material with both ferroelectric and ferromagnetic properties. In this research, BiFeO3 has been synthesized successfully via auto-combustion sol-gel method. To improve its properties, yttrium- and zinc-doped BiFeO3 has been synthesized with various doping concentrations, i.e. 6, 12, and 18 wt.%. X-ray diffraction patterns showed that BiFeO3 phase was obtained after heating at 750ᵒC for 5 hours with rhombohedral crystal structure and space group of R3c. The hysteresis curve of BiFeO3 showed a magnetic saturation of 3.04 emu/g, magnetic remnant 0.26 emu/g and coercive field 0.0013 T. Yttrium- and zinc-doped BiFeO3 over 12wt.% showed a structural change from rhombohedral to orthorhombic with magnetic saturation of 8.18 emu/g, the magnetic remnant of 2.92 emu/g and coercive field of 0.0036 T. Yttrium-doped BiFeO3 showed an increase in the magnetic saturation, the magnetic remnant and the coercive field; however zinc-doped BiFeO3 showed a decrease in the magnetic saturation, the magnetic remnant and coercive field. At a frequency of 1 kHz, the dielectric constant of BiFeO3 was 239.12, and this value will decrease when it was doped by yttrium and zinc. Further investigation on the application of this material, composites Bi0.88Y0.12FeO3/C has also been synthesized. The composites showed a reflection loss of -39.32 dB within the frequency range of 8.2-12.4 GHz (X-band) particularly at the frequency of 11.47 GHz with the absorptivity of 98.60%. Based on this results, composite Bi0.88Y0.12FeO3/C material could be used as a potential microwave absorber in the X-band frequency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
D2061
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Dany Pratiwi Bagiada
"Industri asuransi saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi. Hal ini didukung pula dengan adanya potensi pasar di Indonesia yang cukup besar, dimana jumlah penduduk. yang besar memberikan peluang yang juga besar bagi perkembangan industri ini di masa datang. Perkembangan industri asuransi di Indonesia dapat dilihat dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini, dimana perkembangan premi bruto mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 26,08 % dan total kekayaan Industri asuransi mengalami pertumbuhan rata-rata 16,9 %.
Untuk mendukung kelangsungan usahanya, perusahaan asuransi memperhatikan eksposure dari perkembangan usaha terhadap tingkat kesehatan keuangannya. Salah satu indikator kesehatan keuangan perusahaan asuransi adalah dengan melihat loss ratio perusahaan. Loss ratio yang cukup stabil akan mendorong perusahaan asuransi untuk dapat mengelola risiko dan mengembangkan usahanya. Salah satu upaya untuk menstabilkan loss ratiovadalah dengan cara melakukan pemindahan risiko kepada perusahaan reasuransi melalui mekanisme reasuransi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa laju kenaikan beban klaim cenderung lebih tinggi daripada laju kenaikan pendapatan premi. Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan asuransi tidak dapat dengan leluasa menetapkan preminya. Untuk itu perlu kiranya dilakukan analisa trend terhadap laju pertumbuhan loss ratio dan menentukan proyeksinya. Analisa trend deret berkala terbadap loss ratio dilakukan dengan model peramalan kuantitatif linier, kuadrat dan eksponensial. Dari ketiga model tersebut dilakukan penghitungan Mean Absolute Deviation (MAD) untuk menentukan model peramalan yang terbaik. Dengan menambahkan beberapa asumsi yang diperlukan, maka basil proyeksi loss ratio dapat dipergunakan untuk menghitung proyeksi basil underwriting bersih pada berbagai metoda reasuransi.
Pada perusabaan asuransi kerugian PT. ABC mekanisme reasuransi dengan metoda quota share digunakan pada asuransi kendaraan bermotor. Berdasarkan data tahun 1997 sampai dengan 2002 dan ditambahkan beberapa asumsi, maka dapat dilakukan perhitungan basil underwriting bersih-nya untuk membandingkan ke-empat metoda reasuransi yaitu : quota share, surplus, excess of loss dan stop loss. Dari basil perhitungan yang dilakukan dan basil analisa dari berbagai tolok ukur maka metoda excess of loss dianggap metoda reasuransi yang paling baik dan cocok untuk asuransi kendaraan bermotor PT. ABC.
Berdasarkan basil perhitungan proyeksi underwriting bersih dengan proyeksi loss ratio pada asuransi kendaraan bermotor PT. ABC diketahui bahwa pilihan terhadap metoda excess of loss sebagai metoda reasuransi tetap lebih baik dan cocok untuk asuransi kendaraan bermotor PT. ABC daripada metoda quota share. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T10417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machin, Linda
Harlow : Longman Information and Reference, 1993
362.7 MAC w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"In order to asseses the risks associated with worker's hearing loss, due toRisk assess exposure to noise pollution, at the Boroujerd textile factory a cross sectional study was conducted. 60 workers from the spinning and weaving workshops and official staff were randomly selected as case and control groups to the noise pollution in the spinning and weaving workshops there is a distinct increase in the number of cases of hearing loss at hight frequences."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
New York : McGraw-Hill, 1998
616.849 COM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Malik Mubim
1991
S27072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Riyadi
"Tuli kongenital merupakan ketulian yang terjadi pada seorang bayi saat kehamilan maupun pada saat lahir. Bengkala ada terdapat 2%, indikator tuli bisu bawaan sebesar 1 kasus dari 1000 kelahiran atau sekitar 0,1%, tingginya angka tersebut menjadikan masalah yang cukup serius.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi genetik penderita tuli bisu pada masyarakat kolok di Desa Bengkala tahun 2012.. Desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan dari bulan September sampai dengan bulan November 2012. Populasi penelitian ini adalah semua masyarakat Desa Bengkala tahun 2012 dan sampel yang diambil adalah penderita tuli bisu di Desa Bengkala tahun 2012.
Hasil penelitian diperoleh angka prevalensi kejadian tuli di Desa Bengkala sebesar 43 (1,9%). Berdasarkan tempat kasus tuli bisu genetik terbesar pada Dusun Tihing (5,1%). Angka proporsi laki-laki (0,7%) dan perempuan (0,8%). Berdasarkan usia, angka prevalensi kasus tuli bisu genetik di Desa Bengkala tertinggi pada rentang umur dewasa awal (26-35 tahun) dengan prevalensi 2,3%. Hasil nilai uji X2 pada pasangan tipe perkawinan di Desa Bengkala adalah sebesar 7,1 dengan degree of freedom bernilai 1, dan nilai p value (p<0,05). Peluang untuk terjadinya perkawinan seperti di atas adalah 0,01 atau 1%.
Sebaiknya dilakukan program konseling pranikah dan genetik di desa Bengkala, skrining sejak lahir pada bayi yang baru lahir, dikembangkannya fasilitas pendidikan yang tepat, dan tes DNA squence dan tidak mengisolasi individu.

Congenital hearing loss is deafnees hat occurs in an infant due to factors Congenital hearing loss is deafnees . The prevalence of congenital hearing loss in Indonesia is estimated to 0.1%. Bengkala have population of 2280 person, there are 2% or about 47 person had deaf mute, deaf mute while the indicator should be the default for 1 case of 1000 births, or about 0.1%, the high number, it makes a serious problem.
This study aims to reveal the genetic epidemiology deaf mute in Kolok society at Bengkala village, North Bali in 2012.. The design study is a descriptive study using cross-sectional study design. The research was conducted in the village of Bengkala,. Occurred during the study period of three months starting from September until November 2012. The population in this study were all villagers at Bengkala in2012 and samples taken in this study is a deaf mute Bengkala village in 2012.
The results obtained by the prevalence of deafness in the Bengkala village, incidence by 43 (1.9%). Based on the information that cases where deaf mute was the largest genetic Dusun Tihing (5.1%). The numbers the proportion of males (0.7%) and women (0.8%). Based on age, the study provides information that the prevalence of cases of genetic deafness in the village mute highest Bengkala early adult age range (26-35 years) with a prevalence of 2.3% with a prevalence of 1.6%. The results of the X2 test value pair Bengkala type of marriage in the village is at 7.1 with a degree of freedom is 1 and p value (p <0.05). Opportunities for the marriage as above is 0.01 or 1%.
Should be done premarital counseling and genetic program in the village Bengkala. screening from birth to newborns, the development of appropriate educational facilities for children with special educational and DNA testing squence and not isolated individuals.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anny Oedjianti
"Pekelja di kilang minyak tcrutama di lokasi bising mempunyai risiko tinggi menderita gangguan pcndcngaran sebagai penyakit akibat kelja. Pajanan kombinasi (bising, penyakit DM, hipcrtensi, DM dan hipertensi) dapat terjadi secara bersamaan pada seorang pekerja. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungau dan kontribusi pajanan kombinasi terhadap teljadinya gangguan pendengaran. Dengan metode historikal kohor, data pekelja dari tahun 2002-2007, pcfnetapan kriteria gangguan pendengaran berdasarkan hasil audiogram pada frekuensi 4000 Hz > 25 dBA, status DM berdasarkan kriteria diagnostik PERKENI 2006 GDP 2126 mg/dL, status hipertensi herdasarkan JNC7 S 2140 mmHg dan D 290 mm!-Ig. Analisis statistik dengan univariat dan bivariat.
Diperoleh hasil, insiden gangguan pendengaran berkisar antara 25.0% - 50.0% pada pekelja yang terpzgan bising, dengan distribusi responden menurut masing- masing pajanan kombinasi dan karakteristik responden (variabcl pcrancu: Lunur; rnasa kerja; merokok; dan pemakaian APT). Kesimpulan yang diperoleh dari uji statistik, baik variabel independen maupun vadabel perancu mempunyai p value > on, perbedaan tidak bermal-ma. Sehingga gambaran dan kontribusi faktor risiko penyakit DM dan hipcrtcnsi bclum dapat diketahui dengan jelas. Hal ini disebabkan beberapa keterbatasan penelitian diantaranya sampel yang mcmenuhi kriteria inklusi (140 responden) tidak memenuhi besar sampel minimal (287 responden}, informasi data yang diperoleh dari perusahaan tidak lengkap.
Oleh karenanya saran bagi pemsahaan agar lebih memperhatikan sistem pencatatan, pelaporan, dan penyimpanan data., pemeriksaan audiometri, kesehatan berkala, pengukuran dosis pajanan, secara rutin dan berkcsinarnbungan sesuai kebutuhan, terulama bagi pekerja yang terpajan bising > 85 dBA, penertiban sertifikasi operator, kalibrasi alat oleh institusi yang bezwenang.

Workers of refinery in noisy area have high risk to get hearing loss as occupation disease. Combined exposure (noise, DM, hypertension) can happen simultaneously on a worker. The purpose of this study is to find the relation and contribution of combined exposure on hearing loss. The study was using historical cohort, worker’s data from 2002 to 2007, hearing loss criteria definition based on audiograrn result with frequency 4000 Hz >25 dBA; DM status based on PERKENPS diagnosis in 2006 GDP 2 126 mg/dL, hypertension status based on JNC7 S 2 |20 mml-lg and D 2 90 mml-Ig. Statistical analysis was using univariat and bivariat.
The result is hearing loss incident on workers exposed by noise around 25.0% - 50.0%, with respondent’s distribution based on each combined exposure and respondent's characteristic (confounding variable : age, working period, smokind and the using of APT) We conclude by statiscal test, both independent variable and cofounding variable with P value > ot that there is insignificant dillerencetherefore, the illustration and contribution of DM and hypertension risk factor cannot be found clearly. It was caused by some limitations in the study such as inclusive criteria sample (140 respondents) didn't iillfil the quota of sample (287 respondents), incompleted company's clatas.
Therefore, we suggest that the company should pay more attention to data entry, data report and data saving, audiometric check-up, periodic medical check-up, exposure dosage measurement, regularly and continually based on needs, especially for workers exposed by noise > 85 dBA, regulation of operator certification, calibrated equipment by authorized institution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34379
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>