Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teti Hermiati
Abstrak :
Abu terbang merupakan llmbah yang dihasilkan darl pembakaran batubara yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik di Indonesia. Abu terbang mempunyai susunan utama yang terdiri dari aluminasilikat, mullite (Si2Al60i3) dan kuarsa (Si02) yang merupakan sumber alumina dan silika yang penting dalam pembuatan zeolit. Selain itu, abu terbang juga mengandung unsur runutan (trace elements) atau unsur yang ikut terbawa bersama abu terbang pada saat pembakaran batubara, dimana umumnya unsur runutan tersebut berupa logam-logam berat yang dapat menyebabkan keracunan pada makhluk hidup. Pada penelitian dilakukan pembuatan zeolit dari abu terbang dengan menggunakan larutan NaOH secara hidrotermal. Modifikasi pada proses hidrotermal dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi basa NaOH, waktu dan temperatur pemanasan. Zeolit yang diperoleh pada proses zeolitisasi abu terbang mengalami perubahan dibandingkan abu terbang asalnya. Perubahan tersebut dapat dilihat pada basil pengukuran dengan menggunakan FT-IR dan XRD. Selanjutnya kadar logam Ni, Pb, Cr, Cd pada zeolit diukur dengan AAS, diperoleh basil yang lebih kecil dibandingkan pada abu terbang asalnya. Kadar logam yang tinggi menyebabkan abu terbang digolongkan sebagai limbah B3. Kemampuan zeolit dan abu terbang dalam menyerap ion ammonium f terlihat pada nilai KTK-nya. Nilai ini semakin meningkat seiring dengan perubahan abu terbang menjadi zeolit. Nilai KTK untuk abu terbang adalah 13,5459 meq/100 gr sedangkan nilai maksimum KTK diperoleh pada Zeolit 4 yaitu 198,6763 meq/100 gr. Pengaliran air (leaching) dilakukan untuk melihat kemampuan logam berat Ni, Pb, Cr, Cd terlepas dari zeolit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa logam berat tersebut sulit terlepas dari zeolit terutama akibat ailran air
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Aprilia Setiyaningrum
Abstrak :
Bahan baku poliolefin dalam industri harus mengandung <5% alkuna atau diena. Konsentrasi pengotor ini harus dikurangi hingga <10 ppm untuk mencegah keracunan katalis pada proses polimerisasi dalam produksi plastik. Pengotor ini umumnya dihilangkan melalui hidrogenasi selektif alkuna menjadi alkena yang diinginkan. Pada penelitian ini dilakukan hidrogenasi selektif alkuna menggunakan katalis bimetalik NiCo yang didukung oleh karbon mesopori (KM). Penelitian ini dimulai dengan mensintesis katalis bimetalik NiCo menggunakan Ni(NO3)2.6H2O dan Co(NO3)2.6H2O sebagai prekursor yang kemudian diimpregnasikan pada karbon mesopori (NiCo/KM). Katalis NiCO/KM kemudian di karakterisasi menggunakan FTIR, XRD, TEM-EDX dan SAA. Katalis bimetalik NiCo/KM selanjutnya digunakan untuk aplikasi studi kinetik dan reaksi hidrogenasi dengan variasi substrat. Untuk aplikasi reaksi hidrogenasi alkuna, produk yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan GC-MS. Katalis NiCo/KM memiliki luas permukaan sebesar 104,928 m2/g dengan diameter pori sebesar 13,36 nm dan diameter partikel sebesar 13,74 nm. Hasil analisis menunjukkan reaksi hidrogenasi difenilasetilena memiliki orde reaksi satu semu dengan konstanta laju reaksi sebesar 0,0014 s-1 pada suhu 30°C dan 0,0042 s-1 pada suhu 50°C, sehingga didapatkan energi aktivasi sebesar 44,696 kJ/mol. Variasi substrat dilakukan menggunakan tiga jenis alkuna yaitu alkuna internal (difenilasetilena), alkuna terminal aromatik (fenilasetilena), dan alkuna terminal alifatik (1-oktuna). Didapatkan bahwa NiCo/KM dapat mengkatalisis reaksi hidrogenasi difenilasetilena dan fenilasetilena secara selektif, namun tidak dapat mengkatalisis secara selektif reaksi hidrogenasi 1-oktuna. ......Polyolefin raw materials in industry must contain <5% alkyne or diene. The concentration of this impurity must be reduced to <10 ppm to prevent poisoning of the catalyst in the polymerization process. These impurities are generally removed by selective hydrogenation of the alkyne to the desired alkene. In this study, selective hydrogenation of alkynes was carried out using a bimetallic catalyst NiCo supported on mesoporous carbon (KM). This research was started by synthesizing the catalyst using Ni(NO3)2.6H2O and Co(NO3)2.6H2O as precursors which were then impregnated on mesoporous carbon (NiCo/KM). The NiCO/KM catalyst was then characterized using FTIR, XRD, TEM-EDX and SAA. The NiCo/KM bimetallic catalyst was then used for the application of kinetic studies and hydrogenation reactions with a variety of substrates. For the application of alkyne hydrogenation, the resulting products were characterized using GC-MS. NiCo/KM catalyst has a surface area of 104.928 m2/g with a pore diameter of 13.36 nm and a particle diameter of 13.74 nm. The results of the analysis showed that the hydrogenation reaction of diphenylacetylene had a pseudo-first order reaction with a reaction rate constant 0.0014 s-1 at 30°C and 0.0042 s-1 at 50°C, with activation energy was 44,696 kJ/mol. Substrate scope was carried out using three types of alkynes, internal alkynes (diphenylacetylene), aromatic terminal alkynes (phenylacetylene), and aliphatic terminal alkynes (1-octune). It was found that NiCo/KM can catalyze the hydrogenation reaction of diphenylacetylene and phenylacetylene selectively, but cannot selectively catalyze the hydrogenation of 1-octyne.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Mujiantono
Abstrak :
Konversi karbon dioksida CO2 menjadi senyawa lain menjadi sangat menguntungkan karena jumlahnya di atmosfer yang melimpah, namun karbon dioksida CO2 memiliki termodinamik dan kinetik yang stabil sehingga diperlukan bantuan logam bervalensi rendah contohnya Ni 0 untuk dapat bereaksi. Pada penelitian ini digunakan ZSM-5 terimpregnasi logam nikel sebagai katalis reaksi karboksilasi asetilena dengan karbon dioksida menjadi asam akrilat. Hasil karakterisasi XRD menunjukan bahwa material ZSM-5 memiliki kristalinitas yang tinggi berhasil disintesis. Analisa menggunakan SEM menunjukan bahwa ZSM-5 memiliki morfologi bentuk coffin-like dan setelah diimpregnasi tidak mempengaruhi struktur morfologi kristal. Karakterisasi menggunakan BET ZSM-5 hirarki yang disintesis memiliki pori berukuran meso karena terbentuk hystheresis loop. Analisa menggunakan AAS menghasilkan loading logam nikel pada ZSM-5 mikropori sebesar 1,9 sedangkan ZSM-5 hirarki sebesar 2,1. Karakterisasi XPS menunjukan logam nikel pada ZSM-5 memiliki biloks nol 0. Pada reaksi karboksilasi asetilena dengan karbon dioksida dengan target produk asam akrilat, analisis HPLC tidak menunjukan adanya asam akrilat dalam reaksi. Namun, terdapat puncak lain pada waktu retensi 3,625 dimana pada material ZSM-5 hirarki didapatkan kondisi optimum pada suhu 80oC dengan suhu 12 jam dan menggunakan katalis Ni 0 /ZSM-5 mikropori didapatkan kondisi optimum pada suhu 40oC dan waktu 12 jam. ...... Conversion of carbon dioxide CO2 into other compounds become very advantageous because of the abundance in the atmosphere, but carbon dioxide CO2 has thermodynamic and kinetic stable so it need low valent metal for example Ni 0 to react. In this studym ZSM 5 impregnated with nickel metal as catalyst of carboxylation reaction of acetylene with carbon dioxide to acrylic acid. XRD characterization results ZSM 5 material has high crytalinity successfully synthesized. Analysis using SEM obtain ZSM 5 has coffin like morphology and after impregnation doesnt affect the crystal morphology structure. Characterization using BET proves that ZSM 5 hierarchy has meso sized pore because of the hysthereses loop. Analyzing using AAS obtained that load of nickel metal on ZSM 5 micropore equal to 1,9 meanwhile ZSM 5 hierarchy equal to 2,1. The characterization of XPS show nickel metal on ZSM 5 has zero 0 oxidation. Carboxylation reaction of acetylene with carbon dioxide targeted acrylic acid product, HPLC analysis doesnt show the presence of acrylic acid in the reaction. However, there was another peak at retention time of 3,625 where in herarchical ZSM 5 material the optimum condition was obtained at temperature 80oC with 12 hours while using Ni 0 ZSM 5 micropore catalyst obtained 80oC with 12 hours.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Shafira Salsabila
Abstrak :
Isu lingkungan tentang bahan B3 pada limbah industri menjadi konsiderasi paling penting untuk diperhatikan pada saat ini. Perkembangan industri yang pesat menjadikan katalis sebagai jawaban atas kecepatan reaksi pada suatu proses. Salah satu proses yang menggunakan katalis adalah proses Hydrotreating, dimana pada proses ini menghasilkan limbah katalis yang mengandung nikel sebesar 72438,59 mg/kg. Hal ini menyebabkan perlunya tindakan perolehan kembali logam nikel dari limbah katalis. Leaching dan Membran Cair Emulsi MCE dikenal sebagai metode yang efektif dalam me-recovery logam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses leaching mencapai nilai optimum dengan menggunakan asam sitrat 0,3 M dan suhu 75 C selama 4 jam dengan persentase leaching sebesar 59,45. Sedangkan kondisi optimum yang diperoleh dari proses ekstraksi MCE menggunakan 0,06 M Cyanex 272, 0,2 M H2SO4, surfaktan ganda 4 w/w span 80 dan 4 w/w tween 20, rasio fasa ekstraktan/fasa internal: 1/1, dan kecepatan pengadukan 1150 rpm selama 60 menit mampu menghasilkan membran emulsi yang stabil dengan persentase ekstraksi sebesar 91,70. ......Environmental issue about Hazardous and Toxic waste in industrial is the most important thing to consider nowadays. The rapid development of industries makes catalyst to be the best answer to make the reaction of a process becomes more fast. Hydrotreating process is one of the example that use catalyst as its requirement. The process produces spent catalyst as its waste containing nickel within 72438,59 mg kg which led us to the need of recovery. Leaching and Emulsion Liquid Membrane ELM is known as an affective way to recover metal from a spent catalyst. The results showed that the leaching process could be optimum using 0,3 M citric acid with a temperature 75 C for 4 hours with a percentage of 59,45 nickel leaching. While the optimum point for the ELM extraction using 0,06 M Cyanex 272, 0,2 M H2SO4, mixed surfactant 4 w w span 80 and 4 w w tween 20, extractant phase internal phase volume ratio 1 1, and stirring speed 1150 rpm for 60 minutes could produce a stabil emulsion with a percentage of 91,70 nickel extracted.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library