Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelestarian budaya lokal dalam rangka menjaga kesetiakawanan sosial. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan telaah dokumen. sumber data lima orang terdiri dari ketua karang taruna, ketua dan anggota paguyuban karawitan, ketua tim penggerakan PKK, dan kepala urusan pembangunan. data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif model miles dan hubermann. Hasil penelitian menunjukka bahwa strategi dalam melestarikan budaya lokal antara lain dengan upaya generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan budaya peninggalan nenek moyang. generasi muda mempelajari budaya bukan hanya sekedar mengenal tetapi juga mempraktekan nilai-nilai yang ada didalam kehidupan sehari-hari. masyarakat menyelenggarakan pertunjukan budaya lokal antardusun dengan tujuan untuk melestarikan dan menanamkan nilai-nilai kesetiakawanan sosial dikalangan generasi muda. para pemuda berpatisipasi dalam berbagai pertunjukan dengan mengikuti lomba menari tarian daerah, berpartisipasi mementaskan budaya tradisional pada acara perayaan ulang tahun kemerdekaan, mengadakan pementasan ketjoprak dengan nilai perjuangan dan mengikuti kirab budaya. barbagai kegiatan tersebut bertujuan agar generasi penerus memiliki kecintaan pada budaya lokal sehingg tidak musnah dan tetap bertahan. oleh karena itu, diharapkan agar nilai kesetiakawanan sosial dan budaya lokal menjadi salah satu materin pembelajaran bagi siswa dan dimasukkan dalam kurikulum pelajaran disekolah, rekomendasi ditujukan kepada kementerian sosial melalui direktorat kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial agara meningkatkan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan da menanamnkan rasa kesetiakawanan sosial , dengan upaya melestarikan budaya lokal yang memang sudah dimiliki dan diwariskan oleh para leluhur sehingga tetap bertahan dan mejadi warisan budaya yang tinggi nilainya
Yogyakarta : Balai Besar penelitian dan Pengambangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial , 2018
360 MIPKS 42:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
In this article revaled a new policing approach to prevent an criminal potential on the basis on local society where such criminal occurs.In the new order,the military approach ased strongly by govrnment.....
JUILABI
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rocky Prasetyo Jati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi inovasi komunitas agar produksi makna yang disampaikan melalui setiap simbol seni dan budaya tetap lestari. Penelitian juga bertujuan untuk mengetahui upaya komunitas budaya dalam mengembangkan media komunitas berbasis daring. Dalam beberapa tahun terakhir, media komunitas berkembang dengan memanfaatkan media daring sebagai konsekuensi atas globalisasi dan digitalisasi. Studi ini mempelajari komunitas budaya Bali Buja di Klaten, Jawa Penelitian ini mengacu pada strategi etnografi (mengamati media komunitas, menghadiri kegiatan komunitas, wawancara dengan pengelola komunitas) untuk mengeksplorasi penggunaan media komunitas oleh Bali Buja. Hasil wawancara dan observasi penelitian dielaborasikan dengan penggunaan film dokumenter. Film dokumenter dalam penelitian ini tidak hanya menjadi data analisis, melainkan sebagai upaya proyek kolaborasi komunitas. Film dokumenter menjadi strategi baru untuk penelitian kualitatif. Penggunaan dokumenter berbasis penelitian digunakan untuk memenuhi tujuan pendekatan penelitian yang mendalam. Hasil penelitian ini adalah: pertama, komunitas mengandalkan partisipasi masyarakat yang secara kooperatif membangun inovasi teknologi media. Kedua, media hiperlokal dikembangkan untuk tujuan menjangkau warga komunitas yang berada di luar wilayah geografis mereka. Ketiga, peran aktor sosial memengaruhi usaha komunitas dalam mempertahankan aksi pelestarian budaya. Berlandaskan falsafah kehidupan Jawa seperti memayu hayuning bawana dan ngeli ning ora keli, komunitas budaya berupaya mewujudkan ketahanan budaya. ......This study aims to explore community innovation so that the production of meaning conveyed through every artistic and cultural symbol remains sustainable. The research also aims to find out the efforts of cultural communities in developing online-based community media. In recent years, community media has developed through online media due to globalization and digitalization. This study draws on ethnographic strategies (observing community media, attending community activities, and interviews with community managers) to explore Bali Buja's use of community media. The results of interviews and research observations were elaborated with documentary films. The documentary film in this study is not only a data analysis but also a community collaborative project effort. Documentary films are a new strategy for qualitative research. Research-based documentaries are used to fulfil the objective of an in-depth research approach. The results of this study are: first, the community relies on community participation which cooperatively builds media technology innovation. Second, hyperlocal media were developed to reach community members outside their geographic area. Third, the role of social actors influences community efforts in maintaining cultural preservation. The cultural community seeks to create cultural resilience based on Javanese life philosophies such as memayu hayuning bawana and ngeli ning ora keli.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Pendahuluan A. Latar Belakang Pelaksanaan GBPP mata pelajaran Warisan Budaya merupakan salah satu materi muatan lokal kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah. Kurikulum muatan lokal warisan budaya merupakan muatan lokal yang berdiri sendiri merupakan muatan lokal yang berdiri sendiri mempunyai dan memiliki alokasi waktu tesendiri. Muatan lokal ini diperuntukan bagi Kelas V Sekolah Dasar di Kalimantan Tengah. Untuk melaksanakan muatan lokal tersebut perlu disusun Juklak dan Juknis kurikulum muatan lokal yang berdasarkan: 1. UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) yaitu UU RI Nomor: 2 tahun 1989; 2. Peraturan Pemerintah (PP Nomor: 2 tahun 1990); 3. Acuan pengembangan kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar Provinsi Kalimantan Tengah; 4. GBPP Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar Porvinsi Kalimantan Tengah; 5. Pedoman pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar Kalimantan Tengah. B. Fungsi Petunjuk teknis pelaksanaan kurikulum muatan lokal Warisan Budaya, sebagai berikut: 1. Petunjuk dalam penyusunan analisis materi, pelajaran, program tahunan, program catur wulan, program satuan pelajaran, rencana pelajaran dan perangkat administrasi lainnya. 2. Pedoman pelaksanaan belajar mengajar di kelas bagi setiap guru mata pelajaran warisan budaya. 3. Program untuk menentukan sarana dan sumber belajar yang memungkinkan untuk diterapkan. 4. Pedoman untuk menentukan jenis penilaian proses maupun hasil belajar.
1999
LP 1999 150
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
In line with the actual issue of globalization and other foreign cultural elements entering our country, an effort is required to strengthen our self identity and national defence. A solid national identity and a national with a high sustenance candynamically overcome threts, barriers, and challenges which endanger the existence and unity of this country. Foreign culture have been intruding our country and obsessing people in all aspects of life; consequently, our local culture is belittled and marginalized. The local culture values are related to ethics, esthetics, morality, religion, society and personal viewpoint which actually have to be maintained. Considering the above mentioned problems, the writer finds it necessary to make a research on the conservation of local culture values in order to strengthen our self-identity and national existence. Literature is considered a relevant means to conserve the local culture values. Literature can be used to develop, utilize, and disseminate local culture values; to express and record local culture values, to enhance, maintain, and socialize local culture values; and to grow the sense of appreciation and pride in this nation. As a result, the sustenance and existence of this nation can be strengthened. With this research, it is expected that men of literature will be encouraged to produce literature conceived with messages and loads of local culture values. Who else can do this, except us?
MAILMAR
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Wijayani
Abstrak :
Penelitian mengenai Budaya Kinerja yang dilaksanakan pada Inspektorat Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dengan populasi seluruh pegawai sebagai responden sejumlah 173 orang, yang mengembalikan kuesioner berjumlah 132 (76, 3%), dijadikan sebagai sampel penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan budaya antar unit yang terdiri dari 5 (lima) unit yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal, Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat III dan Inspektorat IV. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analisis Faktor Dengan Pendekatan Komponen Utama, Analisis Faktor Kembali dan Analisis Median, dari hasil analisis tersebut didapatkan hasil berupa 7 (tujuh) Budaya (Budaya Etos Kerja,Budaya Setempat, Budaya Komitmen Terhadap Pekerjaan, Budaya Keunggulan Bersaing, Budaya Pemenuhan Kebutuhan, Budaya Pelimpahan Kewenangan dan Budaya Taat Norma), sehubungan dengan permasalahan penelitian maka dengan analisis median dapat ditentukan budaya kuat, budaya lemah dan budaya di ambang pintu. Ada 1 (satu) Budaya kuat yaitu Budaya Etos Kerja, dan 7 (tujuh) Sub Budaya (Budaya Lingkungan Kerja, Kesejukan Lingkungan Kerja, Rasional, Penguasaan Diri, Proaktif di Lingkungan Pekerjaan, Kewenangan di Lingkungan Pekerjaan dan Perhatian pada Perkerjaan). Sedangkan Budaya lemah terdiri dari 6 (enam) Budaya yaitu Budaya Setempat, Budaya Komitmen Terhadap Pekerjaan, Budaya Keunggulan Bersaing, Budaya Pemenuhan Kebutuhan, Budaya Pelimpahan Kewenangan dan Budaya Taat Norma, sedangkan Sub Budaya Lemah terdiri dari 8 (delapan) yaitu Budaya Kepemimpinan Diri, Optimisme Diri, Pengawasan di Lingkungan Pekerjaan, Menciptakan Peluang di Lingkungan Pekerjaan, Kerja Kelompok di Lingkungan Pekerjaan, Keberanian, Kehormatan serta Kepedulian terhadap Tradisi. Budaya di ambang pintu hanya ada 1 (satu) yaitu Sub Budaya Kepedulian terhadap kebiasaan yang sudah ada. Berdasarkan unit kerja terdapat perbedaan budaya dan pola budaya pada tiap masing-masing unit, unit Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai pola budaya yang lebih berimbang antara budaya kuat, budaya lemah dan budaya di ambang pintu, sedangkan unit lain lebih banyak budaya lemahnya bahkan untuk Inspektorat III semua adalah budaya lemah. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, adanya perbedaan pola budaya yang tergambar dan terlihat dalam setiap unit dapat disebabkan karena jumlah responden yang kurang berimbang.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isdaryono
Abstrak :
Pengembangan pariwisata di Hawaii, Amerika Serikat, merupakan sebuah fenamena menarik, karena Hawaii merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Amerika Serikat yang berhasil mendatangkan banyak wisatawan dan devisa bagi negara bagian tersebut. Pengembangan tersebut telah berhasil membukukan kunjungan wisatawan 3 juta orang pada tahun 1970 sementara devisa yang diperoleh mencapai lebih dari 3.000 juta dolar Amerika pada tahun 1980 (Farrel, 1982 :24). Hawaii, sebagai negara bagian Amerika Serikat di kawasan Pasifik memiliki peran sangat strategis baik secara geografis, ekonomis, maupun politis. Dari aspek geografis, Hawaii menjadi jalur lalu lintas gerak manusia dari kawasan Amerika ke Asia Timur dan Pasifik maupun sebaliknya. Dari aspek ekonomi, Hawaii lama menjadi lintasan dari berbagai macam kegiatan perdagangan termasuk kepariwisataan, sementara dari aspek politisnya, Hawaii digunakan sebagai pangkalan Amerika Serikat di kawasan Pasifik. Dewasa ini, pendapatan Hawaii dari sektor pariwisata dan militer, disamping dari gula dan nanas, menjadi andalan pendapatan negara bagian tersebut. Walaupun berbagai macam aspek yang melingkupi Hawaii sangat menarik untuk dibahas, namun hal itu tidak dilakukan karena fokus tesis ini mengarah pada terjadinya pergeseran budaya sebagai dampak dari pengembangan kepariwisataan di daerah tersebut. Keunikan Hawaii sebagai salah satu negara bagian di Amerika Serikat antara lain adalah Hawaii merupakan satu-satunya negara bagian yang berbentuk kepulauan, dengan luas wilayah paling kecil, dan diantara penduduk yang multi-etnis, bangsa kulit putih menjadi kelompok minoritas (Luedtke, 1986:226). Dilihat dari komposisi etnis demografisnya pada tahun 1977 masyarakat Hawaii terdiri dari warga keturunan Jepang sebanyak 36,9 persen, Campuran (Hawaii dengan Caucasia atau Hawaii dengan suku lain) sebanyak 17,1 persen, Caucasia 21,2 persen, Filipina 12,3 persen, Cina 6,4 persen, Polynesia 2,1 persen dan Puerto Rico 1,9 persen, Korea 1,3 persen dan bangsa lain 0,8 persen (Nordyke, 1967:67). Persentase yang relatif besar dari warga Hawaii keturunan Jepang menjadi salah satu pertimbangan mengapa pembahasan tesis ini mengarah kepada kelompk etnis ini untuk digunakan sebagai sampel, mewakili penduduk setempat. Disamping itu kenyataan bahwa warga Hawaii asli tidak pernah mencurigai orang Jepang dan menyebutnya sebagai saudara orang Hawaii (akin to the Hawaiians), sebagai imigran yang diinginkan (desirable immigrant), dan sebagai bangsa yang diyakini tidak akan banyak mempengaruhi identitas Hawaii (will not much affect the identity of the Hawaiian) (Hillbrand dikutip oleh Nordyke, 1967:37) menguatkan alasan mengapa masyarakat Hawaii keturunan Jepang menjadi fokus bahasan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Oktaviarini
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan karena melihat perkembangan TV lokal di Indonesia. Penelitian ini berawal dari Teori Normative media, khususnya teori tanggung jawab sosial. Dimana inti pemikirannya adalah: Siapa saja yang menikmati kebebasan juga memiliki tanggung jawab tertentu kepada masyarakat. Di mana dalam teori normatif media, dikemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : Kebebasan media, berarti bahwa media harus babas dari tekanan pemerintah atau kepentingan-kepentingan kekuasaan lainnya. Pluralitas kepemilikan, berarti menentang konsentrasi kepemilikan dan monopoli kontrol apakah pada negara atau industri media swasta. Dengan kata lain, prinsipnya bahwa sistem media tidak harus didominasi oleh sejumlah kepentingan pengontrol dan masyarakat mempunyai akses sebagai pengirim dan penerima media yang merefleksikan gagasan-gagasan mereka dan memenuhi kepentingan-kepentingan dan keperluannya. Keragaman Informasi, pendapat dan Kandungan Budaya. Hal ini berarti bahwa, media harus menggambarkan rangkaian hasil yang merefleksikan keragaman masyarakat, khususnya dalam dimensi-dimensi wilayah, pokitik, agama, etnis, budaya, dan lain sebagainya. Media harus terbuka untuk gagasan-gagasan dan gerakan baru serta memberikan akses yang kayak untuk kaum minoritas. Pangkal keruwetan lahirnya tayangan televisi yang tidak sesuai dengan tradisi dan budaya lokal, sesungguhnya berawal dari konsep siaran televisi nasional. Pada era otonomi daerah, peran media massa makin urgen. Salah satu upaya yang harus dilakukan demi suksesnya otonomi daerah adalah mengoptimalkan peran institusi lokal nonpemerintah, seperti media massa. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionisme, pendekatan ini mengasumsikan bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui konstruksi yang dalam kaca mata BMS TV dibentuk secara sosial. Konstruksi pengetahuan ini termasuk didalamnya pengetahuan terhadap realitas. Proses memahami yang dilakukan tidak secara otomatis dipandu oleh kekuatan-kekuatan alamiah manusia, tetapi dari kerjasama dan upaya aktif melalui hubungan antar manusia. Dari sini, penelitian yang dilakukan tidak bisa mengabaikan faktor dasar historikal dan kultural dari berbagai bentuk konstruksi dunia. Penelitian ini mengambil kasus di BMS TV, televisi lokal yang ada di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, di mana jangkauannya meliputi se-eks Karsidenan Banyumas (Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Banjarnegara) bahkan menjangkau Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Tegal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang digunakan sebagai pertimbangan dalam memproduksi program acara di BMS TV dan untuk mengetahui apakah program yang diproduksi BMS TV telah mencerminkan/menggambarkan usaha pelestarian budaya lokal Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, pertama, pertimbangan yang digunakan oleh BMS TV sehingga suatu acara/tayangan dianggap layak untuk disampaikan kepada khalayak adalah mengandung unsur berita, sesuai dengan kode etik, tidak mengandung SARA. Dalam proses produksi ini baik komisaris maupun direksi tidak mempengaruhi terhadap diambilnya keputusan bahwa acara/tayangan tersebut akan ditayangkan atau tidak. Komisaris maupun direksi hanya memberi pengarahan namun tidak mengintervensi. Kedua, berkaitan dengan pelaksanaan tanggung jawab BMS TV dalam melestarikan budaya lokal, menurut pengamatan peneliti BMS TV sudah memproduksi acara-acara lokal, walaupun belum bisa dikatakan banyak, karena baru 30 persen tayangan lokal yang dimiliki BMS TV. Walaupun sudah memiliki tayangan lokal, namun penggunaan bahasa ibu (bahasa panginyongan) belum digunakan secara optimal. Hal ini sangat bertolak belakang dengan citra yang ingin diangkat oleh BMS TV adalah mengangkat bahasa panginyongan yang sudah hampir hilang. Hal ini terjadi karena, bahasa panginyongan yang ingin diangkat belum disiarkan dengan porsi yang lebih banyak. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pengetahuan dari SDM yang ada tentang bahasa panginyongan itu sendiri. Implikasi Teoritis dari penelitian ini, yaitu bahwa televisi sebagai salah satu media massa yang memiliki penetrasi yang besar dalam rangka penyeragaman budaya.
2006
T22443
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaisiri, Elisabeth Yohana Tiene
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang perempuan pedagang dan budaya lokal menghadapi persaingan pasar. Penelitian ini akan menjelaskan situasi pasar dan kondisi perempuan pedagang lokal yang merefleksikan himpitan kapitalisme dan budaya lokal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola berdagang dan strategi perjuangan perempuan pedagang lokal menghadapi himpitan kapitalisme dan budaya lokal. Penelitian ini adalah penelitian berprespektif perempuan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menemukan bahwa persaingan pasar mempengaruhi keberadaan perempuan pedagang lokal serta peran LSM dan pemerintah dalam melindungi kepentingan kelompok perempuan telah dilakukan namun hanya sebatas pelaksanaan program. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mama-mama pedagang lokal menghadapi persaingan pasar melalui pola berdagang dan strategi perjuangan secara sederhana atau tradisional. Perempuan pedagang lokal juga mengalami ketidakadilan gender yakni marjinilisasi, subordinasi, stereotipe dan beban ganda yang terlihat pada situasi pasar, pekerjaan perempuan pedagang lokal di pasar maupun pekerjaan domestik. Oleh karena itu penelitian ini merekomendasikan untuk mendukung perempuan pedagang lokal melalui advokasi kebijakan yang diatur dalam peraturan daerah (PERDA) terkait proteksi terhadap barang komoditi lokal serta fungsi pemasaran dan juga memastikan perempuan terlindungi dalam implementasi kebijakan UU Otonomi khusus (OTSUS) di Papua. Sehingga perempuan pedagang lokal mampu bersaing dengan pedagang pendatang. ...... This thesis discusses of Local Trader-women in facing the crush of capitalism and local culture. This study will clarify the picture and the situation of the market and how the influence of capitalism and local culture affected the condition of Local Trader-women. The purpose of this study is to describe the factual data on the form and the strategies of Local Trader-women's struggle in facing the pressure of capitalism and local culture. This research is a female perspective that uses qualitative approaches. The study uses in-depth interviews and participant observation. The results of the research found that capitalism and local culture affect the existence of Local Trader-women and the role of NGOs and local government in protecting the interests of women's groups have been carried out yet it was just the implementation of certain program. The conclusion of this research is Local Trader Moms ( Mama-Mama Pedagang Lokal) at Temporary Market of Mama ? Mama Papua are facing capitalism and local culture by using simple struggle strategy or traditionally. Local Trader-women are also experiencing gender inequity which is marginalization, subordination, stereotyping and double burden that is seen in the situation of the market, the work of Local Trader-women at the market as well as domestic work. Therefore, this study recommends to support Local Trader-women through advocacy of policy in Local Legislation (PERDA) related to the protection of local commodity goods as well as the marketing function and to ensure that women are protected in the in the implementation of the Law on Special Autonomy policy (OTSUS) in Papua. So that Local Trader-women are able to compete with immigrant traders.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harfidyah Rahmi
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang kasus pernikahan anak yang terjadi dalam budaya lokal di Indonesia yang ditinjau berdasarkan konsep perlindungan anak dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Konsep perlindungan anak yang dimaksud meliputi kerangka asesmen untuk child safeguarding and promoting welfare serta mengulas tentang kebijakan yang berhubungan dengan pernikahan anak. Penelitian dilakukan dengan metode penulisan context review dan tahapan tinjauan pustaka. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya kasus pernikahan anak di Indonesia dari tahun ke tahun. Beberapa wilayah di Indonesia dengan kasus pernikahan anak yang tinggi memiliki unsur budaya yang melanggengkan praktik pernikahan anak. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa terdapat budaya lokal di Indonesia yang mendukung terjadinya pernikahan anak, seperti ketentuan pernikahan adat Kaharingan, nilai Urang Banjar, tradisi uang panai, kebiasaan kawin paksa, dan budaya merariq. Penelitian menyimpulkan bahwa budaya yang dianut oleh suatu komunitas atau kelompok masyarakat seolah ‘mengatur’ cara berpikir seseorang dan bagaimana mereka mengambil keputusan, terutama dalam kasus pernikahan anak. Demi menjaga tradisi budaya dan nama baik keluarga, anak dapat terjebak dalam praktik pernikahan anak yang dapat membahayakan kesejahteraan dan perlindungan kehidupan mereka sebagai anak. Urgensi dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana budaya pernikahan anak menempatkan anak pada posisi yang rentan dan berbahaya serta memberikan penjelasan bagaimana unsur kebudayaan tertentu dapat menimbulkan masalah yang berpotensi membahayakan kehidupan anak. ...... This study discusses cases of child marriage that occur in local culture in Indonesia which are reviewed based on the concept of child protection from the discipline of Social Welfare Studies. The concept of child protection in question includes an assessment framework for child safeguarding and promoting welfare as well as reviewing policies related to child marriage. The research was conducted using a context review writing method and the literature review stage. This research is motivated by the high number of cases of child marriage in Indonesia from year to year. Some areas in Indonesia with high cases of child marriage have cultural elements that perpetuate the practice of child marriage. This is evidenced by the results of research which reveals that there is a local culture in Indonesia that supports child marriage, such as the provisions of the Kaharingan traditional marriage, the Urang Banjar value, the tradition of uang panai, the habit of forced marriage, and the merariq culture. The research concludes that the culture adopted by a community or group of people seems to 'regulate' a person's way of thinking and how they make decisions, especially in the case of child marriage. To maintain cultural traditions and the good name of the family, children can be trapped in child marriage practices that can endanger their welfare and the protection of their lives as children. The urgency of carrying out this research is to reveal how the culture of child marriage places children in a vulnerable and dangerous position and provide an explanation of how certain cultural elements can cause problems that have the potential to endanger children's lives.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library