Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reizka Asadelia Rafmawan
"Latar Belakang: Terjadinya regenerasi pada proses penyembuhan luka pulpa yang mengalami cedera akan menggantikan struktur dan fisiologis jaringan sama dengan aslinya. Proses ini dimulai dengan sel punca pulpa bermigrasi ke tempat cedera dan berfungsi. Ketika ada invasi bakteri, lingkungan pulpa terinflamasi melepaskan berbagai sinyal termasuk sinyal yang memicu migrasi sel punca pulpa. Pentingnya proses migrasi pada penyembuhan jaringan pulpa yang terinflamasi, maka pada penelitian ini mengamati perbedaan kemampuan migrasi pada hDPSCs normal dan terinflamasi lipopolisakarida (LPS) bakteri E. coli dengan waktu observasi 6 jam dan 24 jam. Tujuan: Mengetahui perbedaan kemampuan migrasi pada hDPSCs normal dan terinflamasi yang dilihat dari laju kecepatan migrasi dan lebar luka hDPSCs pada hDPSCs normal dibandingkan dengan hDPSCs terinflamasi dengan waktu observasi 6 jam dan 24 jam. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik in vitro dengan pengamatan migrasi menggunakan metode scratch assay. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna laju kecepatan migrasi antara hDPSCs normal dan terinflamasi pada waktu observasi 6 dan 24 jam (p<0.05). Terdapat perbedaan bermakna lebar luka hDPSCs normal dan inflamasi pada waktu observasi 6 dan 24 jam (p<0.05). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan pulpa tetap memiliki potensi alamiah dalam menginduksi migrasi pada kondisi terinflamasi LPS bakteri E. coli pada periode waktu 24 jam.

Background: Regeneration in the injured pulp wound healing process will replace its structure and tissue physiology to be the same as the original. It begins with hDPSCs migrating to the injured site and functioning. When there is a bacterial invasion, the inflamed pulp environment releases various signals stimulating hDPSCs migration. Due to the importance of the migration process in inflamed pulp tissue wound healing, this research observed the differences in migration capability of the normal and inflamed-with lipopolysaccharide (LPS) bacteria E. coli- hDPSCs. Objective: To discover the differences in migration capability between normal and inflamed hDPSCs observed from differences in migratory speed rate and wound width of normal and inflamed hDPSCs at 6 and 24 hours observation time. Methods: This research was an experimental laboratory in vitro using the scratch assay. Results: There were significant differences in migratory speed rate between normal and inflamed hDPSCs at 6 and 24 hours (p<0.05). There were significant differences in wound width in each group of normal and inflamed hDPSCs at 6 and 24 hours (p<0.05). Conclusion: These research results show that pulp remains have the natural potential to induce migration in conditions inflamed by LPS bacteria E. coli for 24 hours."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pipit Marianingsih
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menginduksi respons
pertahanan tanaman tembakau oleh lipopolisaakrida (LPS). LPS diekstraksi dari
bakteri Pseudomonas syringae pv. tabaci (Pta) dan P. syringae pv. glycinea (Pgl).
Respons pertahanan tanaman yang diamati adalah deposisi callose dan ekspresi
gen terkait pertahanan (PAL, HIN 1 dan HSR 203J). Untuk pengamatan deposisi
callose, daun tembakau diinfiltrasi dengan LPS Pta dan Pgl (400 µg/ml dan 800
µg/ml) serta diinkubasi selama 24 dan 48 jam. Selanjutnya, klorofil daun
diluruhkan menggunakan larutan laktofenol dan diwarnai dengan aniline blue.
Deposisi callose diamati dibawah mikroskop fluoresensi. Hasil pengamatan
menunjukkan LPS bakteri Pgl menginduksi deposisi callose lebih banyak
dibandingkan LPS bakteri Pta. Pengamatan ekspresi gen-gen terkait pertahanan
dilakukan pada daun tembakau yang diinfiltrasi dengan 400 µg/ml LPS bakteri
Pta and Pgl, serta diinkubasi selama 6 jam. Hasil RT-PCR terhadap daun
tembakau menunjukkan LPS bakteri Pta dan Pgl mampu menginduksi ekspsresi
gen HIN 1, tetapi tidak mampu menginduksi ekspresi gen PAL dan HSR 203J.
Gen HIN 1 terekspresi lebih kuat pada daun tembakau yang diinduksi oleh LPS
bakteri Pgl daripada LPS Pta. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa LPS
bakteri Pgl menginduksi respons pertahanan daun tembakau lebih baik daripada
LPS bakteri Pta.

Abstract
The aim of this study is to know the induction of tobacco defense
responses by using lipopolysaccharides (LPS) which extracted from two
phytopathogen, Pseudomonas syringae pv. tabaci (Pta) and P. syringae pv.
glycinea (Pgl). The plant defense responses that observed are callose deposition
and expression of defense-related genes (PAL, HIN 1 and HSR 203J). To detect
callose deposition, tobacco leaves were infiltrated with 400 µg/ml and 800 µg/ml
LPS Pta and Pgl, then incubated for 24 or 48 hr. Tobacco leaves were cleared in
lactophenol solution, stained with aniline blue, then visualized by fluorescence
microscopy. The result showed that LPS from Pgl induced more callose
deposition than that from Pta in tobacco leaves. To investigate defense-related
genes expression, tobacco leaves were infiltrated with 400 µg/ml LPS extracted
from Pta and Pgl, then incubated for 6 hr. Analysis of defense-related genes
expression were conducted by RT-PCR and visualized by electrophoresis on a
1.8% agarose gel. The result showed LPS Pta and Pgl can induce expression of
HIN 1 gene in tobacco leaves, but can not induce the PAL and HSR 203J genes.
The HIN 1 gene was highly expressed in tobacco leaves induced by LPS Pgl. The
result indicates that tobacco could effectively recognize LPS of nonhost pathogen
Pgl but not in host pathogen Pta."
Lengkap +
2012
T30906
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rakanda Rizki Ramadhani Duddyarto
"ABSTRAK
Latar belakang: Belum adanya model kerusakan tulang alveolar yang terstandar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Tujuan: Membuat standarisasi model penelitian kerusakan tulang alveolar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Metode: Penelitian in vivo pada 8 ekor Rattus norvegicus. injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg dalam 200ml saline. Pengamatan berupa pemeriksaan menggunakan stereomikroskop dengan mengobservasi area kerusakan tulang. Hasil: Pada kelompok perlakuan terjadi periodontitis dengan rata-rata kerusakan tulang sebesar 3,4mm2. Kesimpulan: Injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, dan 500mg dalam 200ml saline dapat menyebabkan kerusakan tulang pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Latar belakang: Belum adanya model kerusakan tulang alveolar yang terstandar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Tujuan: Membuat standarisasi model penelitian kerusakan tulang alveolar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Metode: Penelitian in vivo pada 8 ekor Rattus norvegicus. injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg dalam 200ml saline. Pengamatan berupa pemeriksaan menggunakan stereomikroskop dengan mengobservasi area kerusakan tulang. Hasil: Pada kelompok perlakuan terjadi periodontitis dengan rata-rata kerusakan tulang sebesar 3,4mm2. Kesimpulan: Injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, dan 500mg dalam 200ml saline dapat menyebabkan kerusakan tulang pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar.

ABSTRACT
Background There has not been a standardized model of alveolar bone destruction in maxillary posterior of Rattus norvegicus Wistar. Objective To standardize research model of alveolar bone destruction in maxillary posterior of Rattus novergicus Wistar Method In vivo study on 8 Rattus norvegicus. Injections of lipopolysaccharides with various concentrations which are 200mg, 300mg, 500mg and 750mg in 200ml saline water. Observation was done by examining the bone damage area using stereomicroscope. Result Periodontitis was observed in the treatment group with an average bone loss of 3.4mm2. Conclusion Injections of lipopolysaccharides with concentrations of 200mg, 300mg, and 500mg in 200ml saline water may cause bone damage to maxillary posterior region of Rattus norvegicus."
Lengkap +
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Badai Buana
"Sepsis memiliki angka kematian yang cukup tinggi di seluruh dunia. Hal ini disebabkan sebagian besar oleh karena penegakan diagnostik, pemantauan, dan tatalaksana yang tidak adekuat. Mortalitas dan morbiditas sepsis masih dalam banyak penelitian di seluruh dunia. Penyebab terbanyak adalah keadaan imunoparalisis pada sepsis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kejadian, gambaran klinis imunoparalisis pada sepsis klinis anak.Penelitian ini dengan desain deskriptif, dimana subjek di IGD, PICU, dan ruang rawat anak RSCM usia 1 bulan ndash; 18 tahun dengan diagnosis sepsis klinis yang memilki 2/lebih dari 4 kriteria: 1 takikardia; 2 takipnu; 3 hipo/hipertermia; 4 leukositosis/leukopenia, dengan bukti infeksi berupa prokalstionin 0,5 ng/mL dan/atau dijumpai pertumbuhan kuman pada kultur. Setelah orangtua subjek mengisi informed consent, pasien dilakukan pemeriksaan darah rutin, analisa gas darah, prokalsitonin, kultur darah, dan darah diambil untuk pemeriksaan TNF alfa ex vivo. Pemeriksaan TNF alfa ex vivo dilakukan dengan menstimulasi darah segar dengan lipopolisakarida salmonella serotipe abortus equii 500 pg/mL yang kemudian akan dilakukan inkubasi pada suhu 370C selama 4 jam dan disentrifugasi 1000XG selama 5 menit, dilakukan pemeriksaan TNF alfa dengan metode ELISA. Subjek dikatakan imunoparalisis jika didapati hasil TNF alfa ex vivo < 200 pg/mL.Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian imunoparalisis 12 17,1 dari 70 subjek terdiagnosa sepsis klinis. Proporsi laki:perempuan 1,4:1. Status gizi kurang n=8/66,7 lebih banyak didapati pada imunoparalisis sepsis klinis. Fokus infeksi tersering adalah infeksi pada sistem hematologi, nefrologi dan respirasi. Subjek demam 5 41,7 , takikardia 3 25 , takipnu 3 25 dari 12 subjek imunoparalisis pada sepsis klinis anak Untuk pemeriksaan laboratorium, prokalsitonin >2,0 ng/mL dan jumlah leukosit > 11.000/mm3 lebih sering dijumpai.Simpulan: angka kejadian imunoparalisis pada sepsis klinis anak di RSCM 17,1 . Gambaran pasien imnoparalisis pada sepsis klinis yang memiliki persentase besar adalah gizi kurang; pasien dengan fokus infeksi hematologi, nefrologi, dan respirasi; prokalsitonin ge; 2 ng/mL; dan leukosit ge; 11.000/mm3

Mortality in sepsis is high worldwide. It is caused by the diagnostic, monitoring, and inadequate therapeutic. Mortality and morbidity in sepsis is still in research. Immunoparalysis is a leading cause of mortality and morbidity of sepsis. The objectives of this study were investigating incidence, clinical characteristics immunoparalysis in clinically sepsis.Design of study was descriptive. The subjets were children age 1 month-18 years from emergency room, PICU, and pediatric ward with clinically sepsis following ge; 2 of 4 criterias: 1 tachycardia; 2 tachypnea; 3 hypo/hyperthermia; 4 leucocytosis/leucopenia, with proven infection such as procalcitonin 0.5 ng/mL with/without positive culture. After informed consent was filled, subjects were examined blood sample, procalcitonin, blood culture, and TNF alpha ex vivo. Whole blood was stimulated with lipopolysaccharides salmonella serotype abotrtus equii, incubated in 37 0C for 4 hours, centrifugated 1000XG for 5 minutes, and examined for TNF alpha with ELISA. Subjects was defined imunoparalysis with TNF alpha ex vivo < 200 pg/mL.We found the incidence of immunoparalysis was 12 17.1 of 70 clinically sepsis subjects. Malnourished status n=8/66.7 was higher frequency. The large numbers for focus of infection were hematologic, nephrologic, and respiratory system. Subjects had fever 5 41,7 , tachycardia 3 25 , and tachypnea 3 25 from 12 imunoparalysis clinically sepsis subject. Laboratorium findings showed procalcitonin > 2.0 pg/mL 8 66,7 subjects and leucocyte > 11.000/mm3 6 50 subjects.Conclusion: The incidence of imunnoparalysed sepsis was 17.1 . Profile of pediatric clinically sepsis had a big number in malnourished status, focus infectious on hematology, nephrology, and respitarory with laboratorium findings showed procalcitonin > 2.0 ng/mL and leococyte > 11.000/mm3 had a high numbers in immunoparalysed clinically sepsis."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Awandra Evandi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit kronik pada jaringan periodonsium yang masih menjadi masalah besar, sehingga dibutuhkan suatu model periodontitis sebagai pendekatan pencegahan dan terapi yang, terstandar, terkendali, dan sederhana untuk menangani masalah tersebut. Lipopolisakarida LPS merupakan suatu metode terstandar yang terbukti dapat menginduksi terjadinya periodontitis. Tujuan: Membuat sebuah model periodontitis regio posterior mandibula pada Rattus norvegicus Wistar yang terstandar, terkendali, dan sederhana. Metode: Periodontitis diinduksi menggunakan injeksi LPS Bakteri E.Coli dengan konsetrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg dalam 200ml larutan saline, pada gingiva daerah interdental molar 1 dan molar 2 tulang mandibula tikus. Tikus dikorbankan pada hari ketujuh setelah injeksi, kemudian tulang mandibula didiseksi dan dipisahkan dari jaringan lunak untuk dilakukan pengamatan menggunakan stereomikroskop. Hasil: Injeksi LPS pada regio posterior mandibula Rattus norvegicus Wistar dengan konsentrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg yang dilarutkan dalam 200ml larutan saline, menunjukkan kerusakan tulang alveolar dengan hasil kerusakan yang meningkat seiring meningkatnya konsentrasi. Kesimpulan: Injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg yang dilarutkan dalam 200ml larutan saline pada jaringan periodontal regio posterior mandibula Rattus norvegicus Wistar , sudah dapat dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar, sehingga dapat menjadi model periodontitis regio mandibula posterior yang terstandar, terkendali, dan sederhana.

ABSTRACT
Introduction Periodontitis is a chronic disease of the periodontium tissue that remains a major problem, therefore a standardized, controlled, and simple model of periodontitis is needed as a prevention and treatment approach to deal with the problem. Lipopolysaccharide LPS has been proven as the inducible of periodontitis. Objective To establish a standardized, controlled, and simple periodontitis model of Rattus norvegicus Wistar mandibula posterior region. Methods Periodontitis was induced by injection of 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg LPS in 200ml saline into mandibula posterior region of Rattus norvegicus Wistar at the interdental area between molar 1 and molar 2. Rats were sacrificed at 7 days after injection, and mandibula bone was dissected and separated from soft tissue, and observed by stereomicroscope. Result LPS injection of 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg LPS in 200ml saline into Mandibula Posterior of Rattus norvegicus Wistar shows alveolar bone destruction with increased damage as the concentration increase. Conclusion Injection of LPS with concentration of 200mg in 200ml of saline water, in the mandibula posterior region of Rattus norvegicus Wistar already can cause alveolar bone destruction, therefore it can be use as a standardized, controlled, and simple model of periodontitis in mandibular posteior."
Lengkap +
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library