Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Kurnia
Abstrak :
Salah satu bentuk pengelolaan limpasan permukaan secara off stream adalah pendekatan Low Impact Development (LID). Di daerah hulu LID umumnya diterapkan secara off stream. Penerapan LID ini dapat menimbulkan ketidakadilan. Masyarakat hulu seakan dipojokkan untuk mengeluarkan biaya (cost), agar masyarakat hilir yang mendapatkan manfaat (benefit) dalam bentuk tidak kebanjiran. Untuk menghindari hal ini, wajar bila masyarakat hulu mendapat kompensasi sedemikian rupa, dimana sumber dana kompensasi berasal dari daerah hilir, sehingga terjadi subsidi silang. Karakteristik dari pemilihan kompensasi tergantung dari skala penerapan LID. Skala ini dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu rumah tangga, komunal dan wilayah. Penentuan bentuk kompensasi selain sumur resapan untuk rumah tangga belum ada penelitiannya. Tingkat kesediaan masyarakat dan bentuk kompensasi ditinjau berdasarkan kesediaan masyarakat berpartisipasi baik individu maupun komunal, dan bentuk kompensasi yang diinginkan masyarakat. Kesediaan masyarakat secara individu dibagi dalam tiga kategori berdasarkan luas lahan yang dimiliki. Penentuan lokasi didasarkan atas dua faktor, pertama : berdasarkan konsep regional groundwater, daerah resapan untuk kota Jakarta mulai dari Kota Depok sampai Puncak dan Cianjur. Faktor kedua : UU No. 15 Tahun 1999 (Depok menjadi daerah TK II) menetapkan Depok sebagai daerah penyangga Jakarta dengan fungsi sebagai daerah resapan dan konservasi. Dengan demikian penelitian ini dilakukan di Kota Depok, Kecamatan Sukmajaya (Kelurahan Sukmajaya, Abadijaya, Mekarjaya). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat kesediaan masyarakat berpartisipasi secara individu dalam bentuk penyediaan lahan dan dana pada setiap kategori tidak sama, karena kesediaan berpatisipasi secara individu sangat tergantung kepada faktor lahan dan dana yang dimiliki. Sementara tingkat kesediaan partisipasi secara komunal cukup tinggi, karena responden menganggap pelaksanaan secara komunal efektif. Bentuk kompensasi yang diinginkan masyarakat secara individu adalah konsekuensi teknis, sementara secara komunal adalah reward. Disimpulkan bahwa masyarakat sudah menyadari bahwa pelaksanaan penanggulangan banjir tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Bentuk tanggung jawab responden dapat dilihat dari kesediaan responden berpartisipasi dalam penanggulangan banjir, walaupun manfaat utama tidak dinikmati. Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pembuat kebijakan (decision maker) dalam membuat kebijakan pelaksanaan penanggulangan banjir yang mengikutsertakan peran masyarakat.
This study aimed to determine whether The most recent concept in managing surface runoff is Low Impact Development (LID). On the upstream area of watershed LID is commonly manifestated as an off stream measure in which it?s intensely use residential land or resources. The upstream resident is forced to pay the cost, for the save of downstream resident benefit such as flood free neighborhood. To avoid this unjust situation, it seems pretty fair if the upstream resident received compensation subsidized by downstream resident. It is found that the member of study that adress this issue is still rarely limited. In this study the willingness to participate is analysed based on the individually and as a member of it is communal, classified based on the size their land. Selection of study area is based on 2 factors. The first : the regional groundwater concept, dictate that recharging zone of Jakarta, is starts from Depok City to Puncak and Cianjur Region. The second : UU No.15 1999 stipulate that Depok as recharging zone and conservation area. As such the survey is conducted on Depok City, Kecamatan Sukmajaya (Kelurahan Sukmajaya, Abadijaya, Mekarjaya) The result shows that willingness to participate individually by providing space in their yard and budget, in every category, is depend on the land size and their social welfare level. Communal participation rate is a high since the believed it is more effective. The compensations are expected by individuals in the form of technical necessities, while communal the group expects rewards. It is concluded that the society is already aware that flood prevention actions is not the government?s responsibility only but also theirs.The participant eagerness to take responsible is shown by their enthusiasm to participate even they do not get the benefit directly.This finding expected to be considered by the decision-makers in developing flooding prevention regulations.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24625
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Parino Rahardjo
Abstrak :
Pengembangan kota baru berdampak pada meningkatnya luas permukaan lahan kedap air, temperatur udara mikro dan limpasan permukaan. Kondisi geomorfologi dan geohidrologi yang tidak dipertimbangkan pada pengembangan kota baru mengakibatkan terjadinya longsor dan menurunnya cadangan air bawah tanah. Tujuan penelitian adalah mengkaji lingkungan alami dan buatan, menentukan parameter ekosistem kota baru dan mengkaji model pengembangan kota yang mengintegrasikan faktor lingkungan, ekonomi dan sosial. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Perubahan tata guna lahan dianalisis menggunakan metode spasial temporal, sedangkan menghitung potensi limpasan menggunakan metode Soil Conservation Sevices dan untuk menghitung kenyamanan menggunakan persamaan Niuwolt. untuk mengetahui perubahan tata guna lahan dan pengaruhnya terhadap limpasan permukaan menggunakan simulasi System dynamics. Penelitian ini menghasilkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Melindungi kemiringan lahan > 25%, (2) Parameter ekosistem kota baru, yaitu (a) Badan air dengan bentuk danau, sungai, (b) Ruang terbuka hijau berupa taman/hutan kota, taman lingkungan, koridor hijau sepanjang bahu jalan, (3) Ruang terbuka hijau, danau, drainase alami memberikan jasa mengurangi limpasan permukaan dan mempertahan kan air bawah tanah. (4) Pengembangan kota baru mengintegrasikan faktor lingkungan, ekonomi dan sosial. ......New town development resulted in increased impervious surface area, micro air temperature and surface runoff. Geomorphological conditions and geohydrology that were not considered in the development of the new towns resulted in landslides and declining reserves of underground water. The research objective was to study the natural and built environment, define the parameters of new urban ecosystem and assess the city development model that integrates environmental factors, economic and social. The study uses a quantitative approach. Changes in land use were analyzed using spatial temporal metode, while calculating the potential runoff with Sevices Soil Conservation method and convenience of using equations to calculate Niuwolt. Land use change and its effect on surface runoff using system dynamics simulation. This research resulted in some of the following: (1) Protect the slope> 25%, (2) Parameter ecosystem new cities, namely (a) Bodies of water with a form of lakes, rivers, (b) Green open space of the park / forest city, neighborhood parks, green corridors along the shoulder of the road, (3) green open space, lakes, natural drainage patterns provide services reduce surface runoff and retain the underground water. (4) Development of new town integrating environmental factors, economic and social.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Hanan
Abstrak :
Kawasan Jabodetabek sebagai Kawasan megacity terbesar di Indonesia memiliki laju urbanisas yang besar. Meningkatnya laju urbanisasi mengakibatkan peningkatan kepadatan penduduk yang berujung pada alih fungsi lahan dari hutan menjadi pemukiman. Secara umum terdapat dua jenis tutupan lahan yang diidentifikasi pada suatu DAS, yaitu impervious cover dan pervious cover. Impervious cover diidentifikasikan sebagai indikator penilaian dampak urbanisasi pada siklus hidrologi suatu DAS. Selama ini perhitungan impervious cover dengan Total Impervious Area (TIA) menjadi indikator yang paling sering diguakan oleh para peneliti. Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa indikator yang lebih baik dalam memprediksi limpasan permukaan adalah Effective Impervious Area (EIA). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap perbandingan debit limpasan metode TIA dan metode EIA pada skala luas yang berbeda di Sub-DAS Sugutamu dan DTA Sugutamu. Identifikasi land cover untuk metode TIA menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia milik pemerintah tahun 2017, sedangkan untuk metode EIA menggunakan peta petak bangunan hasil interpretasi visual dari citra satelit resolusi tinggi tahun 2017 dengan aplikasi ArcMap 10.1. Data hujan dari Stasiun FTUI dan Stasiun Cibinong digunakan sebagai input simulasi dengan menggunakan software HEC-HMS 4.0. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penerapan metode Effective Impervious Area (EIA) pada skala luas DTA berdampak lebih signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode EIA perlu dipertimbangkan dalam melakukan permodelan debit banjir pada suatu DAS skala mikro. ......The region of Jabodetabek, as the largest megacity region in Indonesia has a tremendous rate of urbanization. The increasing rate of urbanization has led to an increase of population, and thus averting the region’s overall function from a forest into a residential. Generally, two different land usage can be identified in a watershed: impervious and pervious covers. Impervious covers are used as an indicator of the impact of urbanization on a watershed’s hydrological cycle. Up until today, the calculation of impervious covers using Total Impervious Area (TIA) as its indicator has been used the most. That is until recently, when a research has shown that Effective Impervious Area (EIA) is the better indicator for identifying surface runoff discharge. Determination of the method will affect the difference in runoff coefficient values used in the design. This research aims to analyze the difference of surface runoff discharge using both TIA and EIA methods, specifically in the Sugutamu sub-watershed and Sugutamu catchment area. Land cover identification with the TIA method uses the Rupa Bumi Indonesia map of 2017, while for the EIA method, land cover identification uses the 2017 visual interpretation of high-resolution satellite imagery using GIS. FTUI and Cibinong stations have been selected as the daily rainfall data for the surface runoff simulation of the watershed and the catchment area using the software HEC-HMS. The result of the simulation shows that the EIA method in the catchment area has a more significant impact. In conclusion, the use of EIA has to be more considered in micro-scaled modelling of a watershed’s surface runoff.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafi Zhafran Wisnuwardana
Abstrak :
Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, dimana urbanisasi menjadi masalah di Jakarta yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 0,86% menurut Badan Pusat Statistik. Dengan pertumbuhan penduduk yang masih terus bertambah, pengelolaan sumber air menjadi aspek yang krusial dalam tata kota dan urban planning. Salah satu aspek utama dalam pengelolaan tersebut adalah mengelola hubungan curah hujan-limpasan permukaan pada daerah tersebut. Salah satu cara dalam pengelolaan tersebut adalah melalui metode pemodelan dimana metode ini dapat memberikan analisis secara mendalam serta kemampuannya dalam memprediksi yang berguna untuk pengelolaan sumber air. Terdapat berbagai cara dalam memodelkan hubungan curah hujan-limpasan permukaan dimana salah satunya adalah pemodelan berbasis data. Salah satu metode pemodelan tersebut adalah melalui deep learning dimana pada penelitian ini penulis mengunakan metode Long Short-term Memory (LSTM). Penelitian ini akan menggunakan LSTM sebagai alat untuk memodelkan data curah hujan dari tiga stasiun pengukuran dan data debit sungai dari tiga stasiun pengukuran dengan rentang waktu sepanjang 12 tahun (2009-2020). Hasil dari prediksi menunjukkan bahwa model LSTM memiliki performa yang buruk dalam dataset curah hujan dimana nilai R² tertinggi yang mencapai 0.09 dengan nilai MAE dan RMSE yang masing-masing berada pada 9,7 mm dan 18,14 mm. Performa pada dataset limpasan permukaan menunjukkan bahwa LSTM memiliki performa yang cukup baik dimana masing-masing rata-rata nilai R², MAE dan RMSE tertinggi berada pada 0,58, 4,15 m³/s dan 8 m³/s. Berdasarkan dari hasil evaluasi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa meskipun dengan nilai akurasi yang rendah, model LSTM masih memiliki potensi untuk dikembangkan secara lebih lanjut apabila melihat nilai MAE dan RMSE yang berada pada kisaran yang cenderung lumayan sehingga LSTM dapat dikembangkan dengan penambahan data masukan. ......Jakarta is a capital city which functioned as both a governmental and economic centre in Indonesia, which makes urbanization a problem in Jakarta, on which Jakarta itself has a population growth rate of 0.86% according to Statistic Indonesia. As Jakarta is still growing in terms of its population, managing water resources in the city is such a critical aspect of its urban planning. ­One of the key aspects of water resources management is managing the rainfall-runoff relationship in the area. One of the ways of managing it is through modelling the relationship itself which can give an in-depth analysis and its capability for forecasting which can be valuable in water resources management. Various approaches to modelling rainfall-runoff have been developed over the years, which data-driven modelling is one of them. One of the methods is through deep learning, which in this study we will use long short-term memory (LSTM) neural network. This study will use LSTM neural network as a tool to model 9 years (2009-2020) of rainfall data from three rain gauge stations and three discharge gauge stations to train the model. Results from the prediction shows that the LSTM model performed terribly on rainfall datasets, which the highest from the R² values are 0.09 with MAE and RMSE are on 9.7 mm and 18.4 respectively. Performance on runoff datasets shows that LSTM performed on a decent level, which mean from the R², MAE and RMSE are on 0.58, 4.15 m³/s and 8 m³/s respectively. Based on the evaluation results, author suggests that despite of its low level of accuracy, models based on LSTM still have some room for improvement based on their MAE and RMSE value that at least are on a respectable level shown that they could benefit from adding more data as an input for better performance of the model.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library