Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nova Amalia Sakina
Abstrak :
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berfungsi untuk mengurangi polutan yang terkandung dalam air limbah rumah sakit. Masalah dalam penelitian ini, operasional IPAL menggunakan energi dan material yang dapat berkontribusi pada dampak lingkungan potensial lainnya sehingga diperlukan penilaian dampak lingkungan terhadap proses pengolahan air limbah rumah sakit. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan skenario pengembangan proses pengolahan air limbah berdasarkan konsep daur hidup yang dapat diterapkan untuk mengelola kategori dampak lingkungan dari proses pengolahan air limbah di RSUP Persahabatan. Metode yang digunakan adalah Life Cycle Assessment (LCA) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan dampak lingkungan potensial yang dihasilkan dari daur hidup lingkup cradle-to-gate pengolahan air limbah rumah sakit adalah freshwater eutrophication (53,36%) dan global warming potential (25,58%) yang disebabkan dari penggunaan listrik nasional sebesar 99,7% dengan valuasi ekonomi biaya dampak yang dihasilkan Rp 270.028,15 per 1 m3 air limbah terolah. Skenario alternatif terpilih untuk pengembangan IPAL rumah sakit adalah dengan mengganti sumber energi dengan tenaga surya yang dapat mengurangi 5 dari 8 dampak lingkungan dengan valuasi ekonomi biaya dampak Rp 218.782 per 1 m3 air limbah terolah. Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan tenaga surya dapat mengurangi dampak lingkungan potensial dari IPAL eksisting berdasarkan konsep daur hidup. ......The Wastewater Treatment Plant (WWTP) serves to reduce pollutants contained in hospital wastewater. The problem in this study is that WWTP operations use energy and materials that can contribute to other potential environmental impacts, so an environmental impact assessment of the hospital's WWTP is needed. The purpose of the study is to determine the scenario of developing a wastewater treatment process based on the concept of a life cycle that can be applied to manage the environmental impact category of the wastewater treatment process at RSUP Persahabatan. The methods used are Life Cycle Assessment (LCA) and Analytical Hierarchy Process (AHP).  The results showed that the potential environmental impact resulting from the life cycle of the cradle-to-gate scope of hospital wastewater treatment is freshwater eutrophication (53.36%) and global warming potential (25.58%) caused by the use of national electricity of 99.7% with an economic valuation of the impact cost generated by Rp 270,028.15 per 1 m3 processed wastewater. The chosen alternative scenario for the development of hospital WWTP is to replace energy sources with solar power which can reduce 5 out of 8 environmental impacts with an economic valuation of impact costs of Rp 218,782 per 1 m3 of processed wastewater. The conclusion of this study is that the use of solar power can reduce the potential environmental impact of existing WWTP based on the concept of life cycle.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primaditari
Abstrak :
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat. Namun, rumah sakit juga termasuk salah satu sarana pelayanan yang merupakan sumber penghasil limbah yang cukup banyak. Kegiatan rumah sakit menghasilkan sejumlah hasil sampingan berupa limbah, baik berbentuk padat, cair, maupun gas. Dimana limbah-limbah tersebut bukan merupakan limbah biasa, melainkan limbah yang mengandung kuman, virus, bakteri, zat-zat kimia beracun, dan zat radioaktif yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Sebagai contoh dalam operasi bedah, “sampah”-nya dapat berupa jarum suntik, darah, bahkan bagian tubuh yang bukan merupakan sampah biasa. Inilah yang dinamakan limbah rumah sakit seperti yang dijelaskan di atas yang dalam pembuangannya diperlukan tempat khusus. Selama ini masalah tersebut kurang dihiraukan, maka dengan beradanya kita dalam era globalisasi, sudah saatnya kesehatan dan keselamatan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit mendapat perhatian lebih dan khusus. Jika dalam pembuangannya dilakukan dengan sembarangan, bukan hanya berdampak buruk untuk lingkungan sekitar tetapi juga akan menjadi media penyakit. Oleh sebab itu, penegakan hukum dalam hukum lingkungan sangat diperlukan. Untuk membuktikan adanya tindak pidana pencemaran limbah oleh rumah sakit, sangat diperlukan peran dari keterangan ahli yang akan memberi keterangan tentang suatu perkara sesuai dengan keahliannya untuk membantu hakim dalam memutus perkara pencemaran limbah rumah sakit. Penegakan hukum inilah yang sangat dibutuhkan untuk penanggulangan pembuangan limbah rumah sakit guna terciptanya sanitasi rumah sakit dan masyarakat serta lingkungan yang sehat.
Depok: [Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ], 2007
S22315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fajrina
Abstrak :
Pengelolaan limbah merupakan kegiatan manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit. Manajemen kesehatan lingkungan membutuhkan evaluasi agar setiap kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam melakukan pengolahan limbah cair, RS “X” mengalami peningkatan kadar indikator pengukuran kualitas limbah cair. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proses pengelolaan limbah cair di unit K3KL RS “X” tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif – analitik dengan pendekatan penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah staf unit K3KL RS “X”. Penelitian ini dimulai dari bulan April – Juni 2019 di unit K3KL RS “X”. Sumber data berasal dari data sekunder dan data primer. Data tersebut kemudian di analisa sehingga mendapatkan hasil perencanaan kegiatan pengolahan limbah cair dilihat dari segi sumber daya manusia, pembiayaan, metode, sarana dan prasarana, serta material, proses pengolahan limbah cair, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut yang dilakukan di unit K3KL RS “X” dalam pengolahan limbah cair. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu aspek SDM unit K3KL masih membutuhkan peningkatan pelatihan dan pengembangan terkait IPAL dan kesehatan lingkungan, perbaikan SOP, melakukan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana pengolahan limbah cair rumah sakit serta masih ada beberapa indikator yang tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.


Kata Kunci : Evaluasi Proses, Pengelolaan Limbah Cair, Rumah Sakit ......Waste management is a health management activity in a hospital. Environmental Health Management requires evaluation so that each activity runs in accordance with the intended purpose. In conducting wastewater treatment, "X" Hospital increase the level of indicators for measuring the quality of liquid waste. The purpose of this study was to research the process of managing wastewater in the K3KL unit of the "X" Hospital in 2019. The research method used was a descriptive-analytic study with qualitative research. The informants in this study were staff of the K3KL unit of the "X" Hospital. This research began from April - June 2019 in the K3KL unit "X" Hospital. Data sources are taken from secondary data and primary data. The data is then analyzed so that the results of waste management planning are seen in terms of human resources, financing, methods, facilities and infrastructure and materials, wastewater treatment processes, evaluation activities and follow-up carried out in the K3KL unit of the "X" Hospital in processing liquid waste. The conclusion of this study is that the human resources aspect of the K3KL unit still requires an increase in training and development related to WWTP and environmental health, improvement of SPOs, maintenance and repair of facilities and infrastructure for hospital wastewater treatment and there are still several indicators that are in accordance with the supplies provided.


Keyword : Process Evaluation, Wastewater Management, Hospital

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ailsa Ulfa Indrianing Hapsari
Abstrak :
IPAL Rumah Sakit Universitas Indonesia sudah lama mengalami tantangan dalam menyisihkan kandungan fenol yang sering melebihi baku mutu. Anomali nilai COD pada penelitian sebelumnya dan kecenderungan efluen yang lebih tinggi dibandingkan influen mengharuskan COD sebagai parameter yang juga membutuhkan perhatian. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis teknologi pengolahan air limbah potensial berdasarkan kajian literatur dan kondisi eksisting IPAL; (2) Menganalisis konsentrasi fenol dan COD di sump pit, netralisasi, sterilisasi, grease trap, inlet, dan outlet IPAL; dan (3) mengevaluasi efektivitas penyisihan fenol dan COD teknologi terpilih dengan simulasi laboratorium. Penelitian ini menggunakan decision matrix untuk memilih lima teknologi potensial (adsorpsi, fotokatalisis, fitoremediasi, ion exchange, dan chemical precipitation). Hasil menunjukkan teknologi yang terpilih adalah adsorpsi dan chemical precipitation. Kemudian, hasil sampling menyatakan bahwa sumber konsentrasi fenol tertinggi adalah toilet (sump pit) sebesar 0.258 mg/L. Eksperimen jar test dilakukan dengan dosis yang berbeda, baik untuk FeCl3 (40, 80, 120, 160, dan 200 mg/L), maupun PAC (0.09, 0.18, 0.45, 0.90, dan 1.80 g/L). Pengadukan cepat (40 rpm) dan lambat (120 rpm) masing - masing dilakukan selama 1 menit dan 20 menit untuk chemical precipitation, sedangkan pengadukan sebesar 150 rpm selama 3 jam untuk adsorpsi. Sampel dianalisis, ketika waktu pengendapan mencapai 15 menit (chemical precipitation) dan 30 menit (adsorpsi). Simulasi menunjukkan dosis optimum (160 mg/L) FeCl3 mampu menyisihkan 68% fenol dan 43.6% COD. Sedangkan adsorpsi mengungkapkan bahwa PAC pada dosis optimum 1.8 g/L mengeradikasi fenol (92%) dan COD (70%). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa adsorpsi merupakan teknologi potensial terbaik untuk IPAL Rumah Sakit Universitas Indonesia. ......Universitas Indonesia Hospital WWTP has long experienced challenges in removing phenol content which often exceeds quality standards. The anomaly in the COD value in previous studies, as well as the tendency for the effluent to be higher than the influent which requires COD to be a parameter that also needed attention. For this reason, research was carried out on optimizing phenol and COD levels in WWTP RSUI. This study aims to (1) analyze the potential wastewater treatment technology based on a review of the literature and the existing WWTP conditions; (2) Analyze the concentration of phenol and COD in the sump pit, neutralization, sterilization, grease trap, inlet and outlet of WWTP; and (3) evaluating the phenol and COD removal effectiveness of the selected technology with laboratory simulations. This study uses a decision matrix to select five potential technologies (adsorption, photocatalysis, phytoremediation, ion exchange, and chemical precipitation). The results show that the technology that has been selected through a decision matrix are adsorption and chemical precipitation. Jar test experiments were carried out with different doses, both for FeCl3 (40, 80, 120, 160, and 200 mg/L), and PAC (0.09, 0.18, 0.45, 0.90, and 1.80 g/L). Rapid (40 rpm) and slow (120 rpm) mixing were carried out for 1 minute and 20 minutes respectively for chemical precipitation, while mixing at 150 rpm for 3 hours for adsorption. Samples were analyzed, when the settling time reached 15 minutes (chemical precipitation) and 30 minutes (adsorption). Simulation of the optimum dose (160 mg/L) of FeCl3 was able to remove 68% phenol and 43.6% COD. While adsorption revealed that PAC at the optimum dose of 1.8 g/L eradicated phenol (92%) and COD (70%). Overall, it can be said that adsorption is the best potential technology for Universitas Indonesia Hospital WWTP.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Amanda Andika Putri
Abstrak :
Sebagai penghasil limbah padat B3, rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkannya. Ketidakpatuhan rumah sakit dalam mengelola limbah padat B3 dapat berdampak buruk terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat, terlebih dalam kondisi pandemi COVID-19 dimana jumlah produksi limbah padat B3 yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat. Dalam rangka melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat dari dampak timbulan limbah padat B3, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan pengelolaan limbah padat B3 pada rumah sakit di Indonesia pada saat sebelum dan selama pandemi COVID-19. Penelitian ini dilakukan terhadap 343 rumah sakit di Indonesia dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Sikelim (Sistem Informasi Kelola Limbah Medis) milik Kemenkes RI. Data akan dianalisis menggunakan uji chi-square, mann whitney, dan regresi logistik model determinan. Berdasarkan hasil analisis, terjadi peningkatan tingkat kepatuhan pengelolaan limbah padat B3 oleh rumah sakit di Indonesia, yaitu dari 82% menjadi 86% selama pandemi. Meskipun capaian tingkat kepatuhan sudah cukup baik, perlu adanya upaya dalam meningkatkan kegiatan pengolahan limbah padat B3 secara mandiri oleh rumah sakit dimana ditemukan hanya 6% rumah sakit yang melakukan pengolahan limbah padat B3 secara mandiri menggunakan insinerator yang memenuhi izin selama pandemi COVID-19 tahun 2020. ......Hospitals generate many types of medical wastes. Therefore, they have the responsibility to manage the waste they produce. Improper management of medical waste can have a negative impact on the environment and public health, especially during the COVID-19 pandemic where the amount of medical waste generated by health care facilities is increasing. To protect the environment and public health from the negative impact of medical waste, this study was conducted to determine the level of compliance of medical waste management in hospitals before and during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Cross-sectional study was conducted among 343 hospitals in Indonesia. The data used in the research is secondary data from the medical waste management information system owned by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The data will be processed using chi-square, mann whitney, and logistic regression test. The research found that there was an increase in the hospital’s compliance level of medical waste management in Indonesia, from 82% to 86% during the pandemic. Although the level of compliance was adequate, there should be an effort to improve independent treatment of medical waste by hospitals where only 6% of hospitals doing treatment for medical waste independently using incinerators that meet the standards during the COVID-19 pandemic in 2020.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Djunaidi
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi Aulia Susilowati Adjie
Abstrak :
Rumah Sakit sebagai pemberi layanan Kesehatan untuk mesyarakat memiliki dampak terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatannya yaitu limbah. Pengelolaan limbah rumah sakit menjadi sangat penting karena dapat menyebabkan berbagai gangguan baik  kepada para tenaga kesehatan, pasien dan keluarga namun juga kepada lingkungan dan masyarakat sekitar. Gangguan yang disebabkan antara lain penyakit HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C. Manajemen pengelolaan limbah rumah sakit diatur oleh berbagai regulasi Pemerintah Pusat maupun daerah yang kemudian oleh rumah sakit diadaptasi menjadi regulasi internal. Penelitian ini berfokus pada evaluasi pelaksanaan pengelolaan limbah yang dilakukan RS dengan regulasi yang berlaku terkait pengelolaan limbah dari sisi SDM, Sarana Prasarana, Anggaran, Regulasi Internal dan Proses pengelolaan limbah. Penelitian dimulai dengan observasi langsung menggunakan formular checklist yangbersumber dari regulasi dilanjutkan dengan telusur dokumen dan diakhiri dengan wawancara mendalam kepada informan yang terlibat langsung dalam pengelolaan limbah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat ketidaksesuaian pelaksanaan pengelolaan limbah pada SDM yaitu latar belakang Pendidikan dan jumlah tenaga, Sarana Prasarana terkait tidak adanya dashboard monitoring limbah, Anggaran terkait biaya pengelolaan, Regulasi Internal terkait penggunaan acuan regulasi yang sudah tidak berlaku dan Proses pengelolaan limbah khususnya B3 yang belum sesuai. Usulan perbaikan dengan membuat unit Kesehatan lingkungan secara mandiri, penambahan jumlah tenaga, upgrading Pendidikan dari SDM pengelola limbah, pembuatan dashboard monitoring yang user friendly serta memperbaiki pengelolaan limbah di rumah sakit yang belum sesuai. ......Hospitals as providers of health services to the community have an impact on the environment as a result of their activities, namely waste. Hospital waste management is very important because it can cause various disorders both to health workers, patients and families but also to the environment and the surrounding community. Disorders caused include HIV, Hepatitis B and Hepatitis C diseases. Hospital waste management is regulated by various central and regional government regulations which are then adapted by hospitals into internal regulations. This research focuses on evaluating the implementation of waste management carried out by hospitals with applicable regulations related to waste management in terms of human resources, infrastructure, budget, internal regulations and waste management processes. The research began with direct observation using a formular checklist sourced from regulations followed by a document search and ended with in-depth interviews with informants directly involved in waste management. The results showed that there were still discrepancies in the implementation of waste management in human resources, namely educational background and number of personnel, infrastructure facilities related to the absence of a waste monitoring dashboard, budget related to management costs, internal regulations related to the use of regulatory references that were no longer valid and the process of waste management, especially hazardous waste, which was not yet appropriate. Proposed improvements by creating an independent Environmental Health unit, increasing the number of personnel, upgrading the education of waste management human resources, creating a user friendly monitoring dashboard and improving waste management in hospitals that are not yet appropriate.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Ratu Azzahra
Abstrak :
Dalam perkembangannya, ARB, bersama dengan resistansi patogen lainnya, ditetapkan WHO menjadi salah satu ancaman kesehatan global terbesar. Extended-spectrum β- lactamase (ESBL) adalah suatu enzim yang diproduksi oleh bakteri Gram-negatif yang dapat mengembangkan kemampuan resistansi bakteri terhadap kelompok antibiotik betalaktam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi ESBL-Kp dan rasionya terhadap total K. pneumoniae serta menganalisis efisiensi penyisihan K. pneumoniae dan ESBL-Kp pada IPAL di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan di Jakarta. Sampel diambil secara grab sampling dari inlet dan outlet IPAL RS X, RS Y, Pustu A, dan Pustu B. Konsentrasi rata-rata bakteri K. pneumoniae total dari sampel tiap inlet yang tertinggi pada RS Y, yakni sebesar 9,72 log CFU/100 mL. Sampel outlet RS X dan Pustu A memiliki jumlah bakteri K. pneumoniae yang sama, yakni sebesar 1,53 log CFU/100 mL. Rasio positif ESBL-Kp terhadap bakteri K. pneumoniae pada objek studi, secara berturutturut: inlet RS X sebesar 13,66%; inlet RS Y sebesar 23,74%; inlet Pustu B sebesar 6,39%; dan inlet Pustu A sebesar 19,04%. Efisiensi penyisihan total bakteri K. pneumoniae pada inlet setiap objek penelitian secara berturut-turut: RS X sebesar 6,69 log; RS Y sebesar 7,56 log CFU/100 mL; Pustu A sebesar 6,81 log; dan Pustu B sebesar sebesar 7,136 log. Efisiensi penyisihan ESBL-Kp untuk RSUP Pustu A dan Pustu B sebesar 100%. Ditemukannya konsentrasi bakteri K. pneumoniae dan ESBL-Kp pada air limbah fasilitas kesehatan menunjukkan adanya urgensi untuk mengurangi risiko penyebarannya. ......Over time, ARB, along with other resistant pathogens, has been identified by WHO as one of the greatest global health threats. Extended-spectrum β -lactamase (ESBL) is an enzyme produced by Gram-negative bacteria that enables these bacteria to develop resistance to the beta-lactam group of antibiotics. This study aims to analyze the concentration of ESBL-Kp and its ratio to total K. pneumoniae, as well as the efficiency of K. pneumoniae and ESBL-Kp removal in WWTPs at several healthcare facilities in Jakarta. Samples were taken from the inlet and effluent of WWTPs at RS X, RS Y, Pustu A, and Pustu B using grab sampling. The highest average concentration of total K. pneumoniae bacteria from inlet samples was found at RS Y, at 9.72 log CFU/100 mL. In outlet samples, RS X and Pustu A had the same concentration of K. pneumoniae, at 1.53 log CFU/100 mL. The positive ESBL-Kp ratio to K. pneumoniae in the study subjects was as follows: RS X inlet at 13.66%; RS Y inlet at 23.74%; Pustu B inlet at 6.39%; and Pustu A inlet at 19.04%. The removal efficiency of total K. pneumoniae bacteria at each study site was as follows: RS X at 6.69 log; RS Y at 7.56 log CFU/100 mL; Pustu A at 6.81 log; and Pustu B at 7.136 log. The removal efficiency of ESBL-Kp for Pustu A and Pustu B is 100%. The presence of K. pneumoniae and ESBL-Kp concentrations in the wastewater of healthcare facilities underscores the urgency to reduce the risk of their spread.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Nur Rosana
Abstrak :
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan obat-obatan, antibiotik, dan bahan kimia. Hal tersebut menyebabkan air limbah yang dihasilkan cenderung bersifat infeksius sehingga diperlukan pengolahan terlebih dahulu agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam Pergub DKI Jakarta No. 69 Tahun 2013. Namun, IPAL juga dapat menjadi sumber pencemaran lain, berupa pencemaran udara mikrobiologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi bakteri dan fungi akibat keberadaan IPAL serta menganalisis jeni bakteri yang ada melalui pewarnaan Gram. Pengambilan sampel udara menggunakan alat EMS E6 sesuai pedoman AIHA. Hasil pengukuran menunjukan konsentrasi rata-rata bioaerosol pada IPAL rumah sakit sekitar 1.100-3.200 CFU/m3 untuk bakteri dan 1.500-2.700 CFU/m3 untuk fungi dengan konsentrasi bakteri dan fungi tertinggi pada bak ekualisasi, sekitar 3.200 CFU/m3, dan pada bak aerasi, sekitar 2.680 CFU/m3. Hasil tersebut telah melebihi nilai background, yaitu 80 CFU/m3 untuk bakteri dan 440 CFU/m3 untuk fungi. Tingginya konsentrasi bioaerosol dapat dipengaruhi oleh faktor teknis IPAL maupun lingkungan disekitarnya. Selain itu, hasil pewarnaan Gram menunjukan 94% merupakan bakteri Gram negatif yang cenderung bersifat patogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya pencegahan paparan bioaerosol bagi kesehatan maupun lingkungan, seperti mengisolasi IPAL dengan membangun dinding beton dan ventilasi, pemilihan teknologi unit pengolahan yang digunakan, dan penggunaan APD untuk pekerja di IPAL.
Hospital is one of health facilities associated to drugs, antibiotics, and chemicals. Those cause wastewater tends to be infectious so that must be processed to comply with the quality standard based on DKI Jakarta Governor Regulation No. 65 of 2013. However, WWTP can also be other sources of pollution, such as microbiology air pollution. The objective of this research are to determine bacteria and fungi concentration due to the presence of the WWTP and to analyze the types of bacteria that exist through Gram staining. Microbial air samples were taken by using EMS E6 according to AIHA guideline. The measurements showed that the average of bioaerosol concentration at hospital WWTP about 1.100-3.200 CFU/m3 for bacteria and 1.500-2.700 CFU/m3 for fungi, with the highest concentration of bacteria and fungi is found in equalization tank, about 3.200 CFU/m3, and aeration tank, about 2.680 CFU/m3. These results exceed the background value, about 80 CFU/m3 for bacteria and 440 CFU/m3 for fungi. The high concentration of bioaerosol can be affected by technical factors of WWTP and the surrounding area. Identification of Gram staining showed that 94% of bacteria found are Gram-negative that tend to be pathogenic. Therefore, it is necessary to prevent bioaerosol exposure to health and the surrounding environment, such as to build concrete walls and ventilation which surround WWTP, to specify technology of treatment plant used, and the use of PPE for workers at WWTP.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara
Abstrak :
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang berfungsi untuk menghilangkan kontaminan pada air limbah memiliki potensi sebagai sumber pengemisi bioaerosol ke udara. Undang-Undang RI No.44/2009 mengharuskan tiap rumah sakit untuk memiliki IPAL yang dapat berfungsi dengan baik, sehingga rumah sakit yang memiliki IPAL juga memiliki risiko pencemaran bioaerosol. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kualitas udara mikrobiologis, menganalisis pengaruh faktor teknis IPAL dan parameter fisik lingkungan terhadap konsentrasi bioaerosol, dan menganalisa hubungan konsentrasi bakteri mesofilik di air limbah yang diolah dengan konsentrasi bioaerosol pada udara IPAL RSUD Budhi Asih Jakarta. Pengambilan sampel udara mikrobiologis dilakukan berpedoman pada standar AIHA menggunakan alat EMS Single Stage Bioaerosol Sampler dengan menggunakan media TSA (Oxoid, 2011) untuk bakteri mesofilik dan MEA (Oxoid, 2011) untuk jamur. Pengambilan sampel udara dilakukan di lima titik secara triplo sementara sampel air limbah diambil dari bak ekualisasi dan bak aerasi. Hasil pengukuran sampel udara menunjukkan bahwa udara di dalam ruang IPAL telah tercemar oleh bioaerosol dengan nilai rerata angka kuman sebesar 17.405 ± 5.116 CFU/m3 yang melebihi baku mutu yang tertera pada Kepmenkes RI No.1045/2002 yaitu 700 CFU/m3. Faktor teknis yang dapat mempengaruhi diantara lain adalah jenis mesin aerator yang digunakan, penggunaan exhaust fan pada sistem ventilasi ruangan, dan variasi debit air limbah yang diolah. Sementara parameter fisik lingkungan seperti temperatur dan kelembaban relatif dapat mempengaruhi kondisi optimum pertumbuhan mikroorgnisme di udara. Hasil pengukuran konsentrasi bakteri mesofilik di udara dan air limbah diuji secara statistik dengan perhitungan statistik parametris korelasi pearson product moment. Uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan berbanding lurus yang kuat diantara keduanya dengan nilai korelasi pada bak ekualisasi dan aerasi berturut-turut sebesar +0,808 dan +0,659. Pencegahan pencemaran bioaerosol di IPAL dapat dilakukan dengan menggunakan aerator yang menghasilkan gelembung udara yang lebih kecil dan menutup area bukaan unit yang terbuka sehingga luas paparan air limbah dapat dikurangi. ......Waste water treatment plant (WWTP) that is made to eliminate contaminants in wastewater has the potential as a source of bioaerosol emission. Undang-Undang RI No.44/2009 states that every hospital must have a functional WWTP, so any hospital that has a WWTP also has a risk of bioaerosol pollution. The purposes of this research is to identifiy the microbiological air quality, analize the effect of technical factors as well as environmental parametres, and analyze the correlation between mesophilic bacteria found in wastewater and the air of WWTP in RSUD Budhi Asih Jakarta. The collection of air samples performed by using AIHA Standard with EMS Single Stage Bioaerosol Sampler and TSA and MEA medium (Oxoid, 2011) as a growth media for mesophilic bacteria and fungi, respectively. Air samples are taken from five points while wastewater samples come from equalization and aeration basin. Air samples measurement show that air quality in WWTP room has been polluted by bioaerosol with bacterial value average worth 17.405 ± 5.116 CFU/m3 that exceeds the standard stated in Kepmenkes RI No.1045/2002 which is 700 CFU/m3. Technical factors that can affect bioaerosol are the type of aerator utilized, the use of room ventilation system, and wastewater flow variations. Meanwhile environmental parameters such as room temperature and relative humidity can affect the optimum condition for microbiological growth in air. Mesophilic bacteria concentrations in the air and wastewater is tested statistically by using parametric statistical method which is a pearson product moment correlation. The correlation test shows there is a strong correlation between the two parameters tested, with correlation value in equalization and aeration basin respectively are +0,808 and +0,659. The prevention of bioaerosol pollution in WWTP can be done by using an aerator that produces smaller air bubble and covering the open spaces of WWTP?s units so that the exposure area of wastewater can be minimized.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>