Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Betty Sri Laksmi Jenie
Yogyakarta: Kanisius, 1993
658.587 BET p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Betawati Prihantini
Abstrak :
Penelitian tentang pertumbuhan mikroalga Chlamydomonas spp yang ditumbuhkan pada tiga macam medium dengan variasi derajat keasaman (pH) telah dilakukan di laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jumsan Biologi, FM1PA Universitas Indonesia Depok. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan dalam rangka pencarian sumber daya mikroalga alternatif untuk penanggulangan air buangan (limbah). Kultur mikroalga Chlamydomonas spp yang diisolasi dari kolam alga di sekitar air buangan pabrik karet, Subang, Jawa Barat diteliti pada 3 macam medium dengan 9 variasi derajat keasaman (pH). Sebagai media kultur digunakan 2 macam medium perlakuan yaitu Medium alamiah sederhana Ekstrak Taoge (MET) dan medium Air Sumur. Sedangkan medium kontrol yang digunakan adalah medium yang biasa digunakan untuk pemeliharaan awal kultur mikroalga tersebut yaitu medium sintetik Beneck. Sembilan variasi derajat keasaman (pH) tersebut adalah pH 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, II, dan 12. Parameter pertumbuhan mikroalga yang digunakan adalah jumlah set mikroalga. Kurva pertumbuhan dilukiskan pada grafik milimeter block dengan data log semi. Sedangkan fase-fase pertumbuhan dihitung dengan laju pertumbuhan (K) spesifik mikroalga yang terjadi. Pada masing-masing pH perlakuan dilakukan uji statistik Anova sate arah dari ketiga variabel (media) pada a = 0,1. Hasil uji statistik Anova satu arah dari ketiga variabel (media) pada masing-masing pH perlakuan memperlihaikan pertumbuhan sel berbeda nyata pada a = 0,1 pada seluruh hari pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultur mikroalga Chiamydomonas hasil isolasi dari kolam alga di sekitar air buangan pabrik karet, Subang, Jawa Barat dapat tumbuh di dalam MET (pH 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12), medium Air Sumur (pH 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12), dan medium Beneck (pH 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12) dengan toleransi yang berbeda. Pertumbuhan terbaik dalam MET adalah pada pH 6 (K = 0,91), dan terburuk pada pH 12 (K = 0,52). Pertumbuhan terbaik dalam medium Air Sumur adalah pada pH 9 (K = 0,93), dan terburuk pada pH 4 (K = - 0,61). Sedangkan pertumbuhan terbaik dalam medium Beneck adalah pada pH 5 (K = 0,79), dan terburuk pada pH 4 (K T 0,29).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Edhy Purnomo
Abstrak :
ABSTRAK
Industri tekstil merupakan industri yang banyak menghasilkan limbah cair berwarna yang sukar dihilangkan, yang terutama berasal dari proses pencelupan. Pembuangan limbah cair benvarna ini tidak hanya merusak estetika badan air, tetapi juga meracuni biota di dalara badan air tersebut Untuk itu limbah cair berwama dari pabrik tekstil ini hams diolah terlebih dahulu sebelum dibuang.

Metode penghilangan warna yang telah banyak digunakan dewasa ini belum begitu efektif untuk menghilangkan warna dari limbah tekstil. Metode tersebut di antaranya adalah koagulasi-flokulasi, adsorbsi dengan karbon aktif, dan perlakuan biologis dengan lumpur aktif. Oleh karena itu perlu dicari metode alternatif untuk menghilangkan warna limbah tekstil tersebut.

Pada penelitian ini dipelajari kemungkinan penggunaan metode oksidasi Fenton untuk menghilangkan wama limbah tekstil. Metode ini didasarkan pada reaksi antara ion ferro dan hidrogen peroksida pada suasana asam, yang akan menghasilkan radikal hidroksil dan ion ferri. Radikal hidroksil ini akan mengoksidasi/mendegradasi zat warna sehingga dihasilkan molekul-molekul yang lebih kecil yang tidak berwarna, sedang ion ferri dapat digunakan sebagai koagulan. Dengan demikian metode oksidasi Fenton ini memiliki dua keuntungan yaitu sebagai oksidator maupun sebagai koagulan.

Dari percobaan yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu kontak, pH, konsentrasi hidrogen peroksida, konsentrasi ferro sulfat, dan suhu terhadap penurunan kadar warna dan COD, maka didapat kondisi optimum berikut: lama waktu pengadukan 40 menit, pH=3, konsentrasi hidrogen peroksida 1500 ppm, konsentrasi ferrosulfat 300 ppm, serta suhu 50 °C. Hasil penurunan kadar warna yang dihasilkan adalah di atas 95 %, sedang untuk COD adalah di atas 85 %.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
MSL-M is a MSL-system modification which was developed by T Masunaga and T Wakatsuki at Shimane University Japan....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ramanti Hantiyana Aqilah
Abstrak :
Teknologi pemanfaatan limbah pabrik kertas sangat dibutuhkan dengan meningkatnya produksi limbah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Serat selulosa dari limbah pabrik kertas berpotensi sebagai sumber nanofiller nanokristal selulosa (CNC) pada bahan sorben minyak yang dapat digunakan kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah pabrik kertas sebagai nanofiller pada aerogel PVA/CNC/CNT dengan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk mengetahui gugus fungsi limbah kertas, CNC dan aerogel, UV-Vis Spectroscopy untuk mengetahui solubilitas CNT, Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui morfologi aerogel, perhitungan densitas dan porositas aerogel, uji kebasahan untuk mengetahui sifat permukaan aerogel, uji penyerapan minyak untuk mengetahui kapasitas penyerapan, dan uji reusability untuk mengetahui kemampuan penggunaan kembali aerogel. Aerogel yang dihasilkan memiliki struktur jaringan berpori dengan densitas 0,0475 g/cm3, porositas 96,64% pada rasio CNC:CNT (20:1), sudut kontak 111,22°. Kapasitas penyerapan minyak aerogel didapatkan sebesar 12,11 g/g dan hanya bisa digunakan sekali pakai. Aerogel PVA/CNC/CNT yang dihasilkan menunjukkan potensi pengolahan limbah pabrik kertas sebagai nanofiller dalam aerogel untuk meningkatkan kapasitas penyerapan minyak. ......The technology of utilizing paper mill sludge is needed due to the rise of waste sludge production which can cause environmental problem. Cellulose fibers from paper mill sludge can be used as a source of nanocrystal cellulose (CNC) nanofillers in reusable oil sorbents. This study aims to determine the potential of paper mill sludge as a nanofiller in PVA/CNC/CNT aerogels using Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) to determine the functional groups of paper mill sludge, CNC and aerogels, UV-Vis Spectroscopy to determine the solubility of CNTs, Scanning Electron Microscope (SEM) to determine the morphology of the aerogel, the density and porosity calculation, wettability test to determine the surface properties, oil absorption test to determine the absorption capacity, and reusability test to determine the ability to reuse the aerogel. The resulting aerogel has a porous network structure with a density of 0.0475 g/cm3, 96.64% porosity at a ratio of CNC:CNT (20:1), contact angle of 111.22°. The aerogel’s oil absorption capacity was obtained at 12.11 g/g and could only be used once. The resulting PVA/CNC/CNT aerogels show the potential for paper mill sludge to act as nanofillers in aerogel to increase oil absorption capacity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Surya Kusuma
Abstrak :
Limbah Backwash IER merupakan hasil sampingan utama dari pabrik gula rafinasi. Limbah cair ini perlu diolah agar mencapai baku mutu sebelum dilepas ke lingkungan. Metode yang biasa digunakan untuk mengolahnya adalah dengan menggunakan bakteri aerobic (metode aerasi) tetapi metode ini memilki residence time yang lama serta tidak dapat membuat air menjadi jernih. Penelitian ini mencoba untuk membantu kerja unit pengolahan limbah yang ada dengan metode elektrokoagulasi, yaitu proses elektrolisis untuk menimbulkan reaksi koagulasi dari senyawa limbah yang terlarut. Penelitian ini mempelajari pengaruh kuat arus, jarak antar elektroda dan jumlah elektroda terhadap laju reaksi elektrokoagulasi serta mempelajari potensi penggabungan sistem aerasi dengan elektrokoagulasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses elektrokoagulasi berhasil menjernihkan air limbah (menurunkan warna) tetapi tidak berhasil menurunkan nilai COD dari air limbah. Adapun penurunan COD dapat diperoleh dengan baik bila rangkaian proses digabung dengan proses aerasi. Nilai penurunan warna paling efisien diperoleh dengan mengatur jarak antar elektroda sedekat mungkin dan jumlah elektroda sebanyak mungkin, dimana pada penelitian ini adalah berjarak 5 cm antar elektroda dan elektroda berjumlah 3 pasang. Adapun penurunan warna paling efisien relatif terhadap konsumsi energi adalah dengan menggunakan kuat arus paling kecil, dalam penelitian ini adalah 5 ampere. Metode penggabungan terbaik adalah jika dilakukan aerasi sebelum elektrokoagulasi.
Ion Exchange Resin Backwash waste water is the main component of waste liquid of any sugar refinery plant. The waste water need to be treated into acceptable quality before being released into environment in accordance to laws. The most common method used locally is aerobic bacterial treatment or aeration however this method requires plenty of time thus energy. This study attempts to remedy some of the problem through added method or substitution with electrocoagulation which is an electrolysis process to coagulate dissolved matter in the waste water. This study attempts to understand the causal relation that may arise from variating the electric current, distance between electrodes and the number of electrodes used while also study the potential of combining the electrocoagulation and aeration method. The experiment showed no sign of change in the amount of COD (chemical oxygen demand) but showed remarkable result in decolorisation. COD however is successfully reduced when combining with aeration method. The best result of decolorisation is by placing the electrodes as close as possible, which in this study 5 cm, and by using as many electrodes as possible, which is 3 pairs. For the most efficient use of energy during decolorisation process, the best result is achieved when using the lowest possible electric current which is 5 ampere in this experiment. When electrocoagulation is combined with aeration, the best result is achieved when aeration is done first not vice versa.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Kristin
Abstrak :
Kebutuhan energi listrik di Indonesia yang terus meningkat telah memicu dilakukannya berbagai riset ke arah teknologi inovatif yang lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan untuk memproduksi energi listrik. Salah satu teknologi alternatif yang bisa dikembangkan adalah Microbial Fuel Cell (MFC) yang berbasis prinsip bioelektrokimia dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk memecah substrat sehingga menghasilkan energi listrik. Pada penelitian kali ini dikaji pengaruh variasi volume limbah yang digunakan dan variasi luas permukaan. Reaktor MFC yang memiliki volume limbah 2000 mL menghasilkan listrik yang lebih tinggi dibandingkan MFC dengan volume limbah 500 mL yaitu sebesar 3,03 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang lebih rendah, yaitu 0,14%. Reaktor MFC dengan nilai luas permukaan elektroda tertinggi, yaitu sebesar 92 cm2 menghasilkan densitas daya yang paling tinggi yaitu 0,02 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang paling rendah, yaitu 0,07 %, dan pada perhitungan efisiensi Coulombic, konfigurasi paralel pada reaktor MFC mendapatkan nilai yang paling tinggi, yaitu 0,06%. Penggunaan limbah cair industri tempe dapat menghasilkan listrik dalam sistem MFC sekaligus dapat mengurangi kadar COD dalam limbah. Riset lebih lanjut dalam sistem MFC dan pemanfaatan limbah cair industri tempe sebagai substrat dalam sistem MFC dapat mereduksi biaya operasi sistem MFC, sekaligus menjadikan MFC sebagai teknologi penghasil listrik yang ekonomis, ramah lingkungan dan berkelanjutan. ......Electrical energy demand in Indonesia has sparked a growing range of research done in the direction of innovative technologies that are more effective, efficient and environmentally friendly to produce electrical energy. One of the alternative technologies that could be developed is a Microbial Fuel Cell (MFC) based on the principle of bioelectrochemical by utilizing microorganisms to break down the substrate to produce electrical energy. In the present study examined the influence of variations in the volume of waste that is used and variation of the surface area of the electrode. MFC reactor with a volume of 2000 mL has generated higher electricity than the MFC with 500 mL volume, which is 3.03 mW/m2, but with a lower efficiency Columbic, 0.14%. MFC reactors with the highest value of the electrode surface area, which is equal to 92 cm2 produces the highest power density is 0.020 mW/m2, but with the lowest efficiency Coulumbic, namely 0.07%, and in the Coulombic efficiency calculations, a parallel configuration in MFC reactors get the highest value, which is 0.06%. The use of tempe industrial wastewater can produce electricity in the MFC system can simultaneously reduce COD levels in the effluent. Further research in the MFC system and utilization of tempe industrial wastewater as a substrate in MFC system can reduce operating costs of MFC system, as well as making electricity-producing technology that is economical, environmentally friendly and sustainable.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Natasja Haque
Abstrak :
Pabrik tektil PT. Cotexi Inas melakukan proses pemutihan (bleacing) dan pencelupan atau pewarnaan (dyeing). Dan pabrik ini belum mempunyai pengolahan limbah yang dapat dikatakan memenuhi syarat apabila ditinjau dari karakteristik limbah yang dihasikan. Karekteristik limbah cair yang dihasilkan secara kualitas ditandai dengan tingginya BOD (245 mg/l), COD (549 mg/l), TSS (306 mg/l) dan Alkalinitas. Kosentrasi dari konstituen pencemar umumnya diatas Baku Mutu yang telah ditetapkan dengan SK. Gubemur Kepala DKI Jakarta No. 582/1995. Alternatif pengolahan limbah cair yang mungkin dilakukan adalah dengan sisten Activated Sludge karena mampu menurunkan kadar BOD antara 85%-95%. Untuk unit pendahuluan dipakai penyaring kawat, untuk unit primer dipakai bak pengendap bentuk lingkaran, untuk unit skunder dipakai bak aerasi bentuk lingkaran dengan pengendapan akhir berbentuk lingkaran juga dan terakhir unit tersier untuk pengolahan warna digunakan metode carbon adsorption. Metode ini digunakan untuk menghilangkan warna pada air buangan yang timbul akibat proses yang terjadi dalam pabrik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library