Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Fadilla
"ABSTRAK
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain membawa dampak positif bagi masyarakat yaitu sebagai tempat dilakukannya tindakan medis kepada pasien, rumah sakit juga membawa dampak negatif berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah medis dan limbah non medis yang dihasilkan tidak dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Skripsi ini akan membahas mengenai bagaimana pengaturan dan tanggung jawab hukum rumah sakit dalam pengelolaan limbah medisnya. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah yuridis-normatif dengan menggunakan bahan pustaka sebagai bahan utama dan melakukan wawancara dengan beberapa narasumber. Dalam Putusan No. 163/Pid-B/2013/PN-Lgs., terdapat suatu permasalahan mengenai pengelolaan limbah medis oleh Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Langsa yang tidak sesuai ketentuan perundangan-undangan sehingga membahayakan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan ketentuan pengelolaan limbah medis sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

ABSTRACT
Hospital is health care institution that provides full scale personal health services that provide inpatient, outpatient, and emergency care services. In addition to bringing a positive impact for the community as a place of medical action to the patient, the hospital also has a negative impact of pollution from a process of activity, that is, if medical waste and non medical waste generated are not managed in accordance with legislation. This thesis will discuss about how the arrangements and responsibilities of hospital law in the management of medical waste. The research method used by the author is juridical normative by using the literature as the main ingredients and conducting interviews with several speakers. In 163 Pid B 2013 PN Lgs., there is a problem of medical waste management by RSUD Langsa which is not in accordance with the provisions of legislation that endangers the health of the environment and the community. Therefore, every hospital must manage the provision of medical waste management in accordance with the laws and regulations."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Almira Khalsum
"Rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan yang dalam kegiatan pelayanannya, menghasilkan sejumlah limbah yang diantaranya adalah limbah medis. Penelitian ini membahas pengelolaan limbah medis rumah sakit pada kondisi darurat pandemi viruskorona (COVID-19). Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui aspek yang akan diteliti meliputi karakteristik limbah medis (jenis, sumber, dan jumlah timbulan), aspek regulasi, aspek sumber daya (petugas pengelola, sarana dan prasarana, serta keuangan), dan aspek teknis (pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, penguburan, penimbunan). Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif observatif. Data dan informasi yang digunakan berasal dari wawancara tiga institusi, observasi melalui data webinar, peraturan dan pedoman pengelolaan limbah, serta dokumen tahun 2019 hingga 2020 dari Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kondisi darurat pandemi COVID-19 jumlah timbulan limbah nasional diperkirakan naik 30%, namun di RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto terjadi penurunan. Jenis dan sumber limbah yang dihasilkan paling banyak limbah infeksius seperti APD dan berasal dari unit perawatan rawat inap. Regulasi yang digunakan mengacu pada PermenLHK No. 56 Tahun 2015. Kapasitas pengolahan limbah di Indonesia masih kurang. Sarana dan prasarana yang digunakan sama dengan keadaan normal hanya ditambah desinfektan. Dana yang dibutuhkan untuk mengelola limbah ditanggung oleh setiap rumah sakit. Teknis pengelolaan limbah medis COVID-19 rumah sakit secara prinsip sama dengan pengelolaan limbah pada kondisi normal. Perbedaan pengelolaan limbah medis sebelum dan saat pandemi COVID-19 terdapat pada karakteristik limbah dan aspek sumber daya.

The hospital is one of the health service providers which in its service activities generates a number of wastes, including medical waste. This study discusses the management of hospital medical waste in a pandemic virus corona emergency (COVID-19). The purpose of this study is to find out aspects that will be examined include the characteristics of medical waste (type, source, and amount of generation), regulatory aspects, aspects of resources (management officers, facilities and infrastructure, and finance), and technical aspects (sorting, storage, transportation, processing, burial, landfill). This research method is a qualitative research with descriptive observational analysis. The data and information used came from interviews of three institutions, observations through webinar data, regulations and waste management guidelines, as well as documents from 2019 to 2020 from the Environmental Health Installation of the Presidential Hospital of Gatot Soebroto Hospital. The results of this study indicate that in an emergency condition the COVID-19 pandemic the number of national waste generation is estimated to increase by 30%, but in the Presidential Hospital of Gatot Soebroto Army Hospital there is a decrease. The types and sources of waste produced are most infectious waste such as PPE and are from inpatient care units. The regulation used refers to PermenLHK No. 56 of 2015. Waste treatment capacity in Indonesia is still lacking. The facilities and infrastructure used are the same as in normal conditions only with disinfectant added. The funds needed to manage waste are borne by each hospital. Technical management of hospital medical waste of COVID-19 is in principle the same as waste management under normal conditions. Differences in management of medical waste before and during the COVID-19 pandemic are in the characteristics of waste and resource aspects."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Nurfaiza Anasih
"Limbah medis masih menjadi ancaman bagi manusia dan lingkungan, salah satunya adalah zat antibiotik tetrasiklin. Saat ini, penelitian terkait produksi hidrogen mulai meningkat di seluruh dunia. Namun, hidrogen yang ada di dunia diperoleh dari bahan baku gas alam yang menghasilkan emisi karbon yang tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan kombinasi teknologi fotokatalisis dan elektrokoagulasi. Fotokatalis yang digunakan pada penelitian ini adalah g-C3N4/WO3 dengan variasi pengujian berupa metode sintesis fotokatalis, rasio komposisi massa fotokatalis, dan jenis proses untuk memperoleh persentase degradasi tetrasiklin dan akumulasi hidrogen. Pengujian performa fotokatalis dilakukan dalam sebuah reaktor terintegrasi untuk elektrokoagulasi-fotokatalisis dengan sumber foton berupa lampu merkuri 250 W dan anoda aluminium (Al) dan katoda stainless steel (SS-316) dengan tegangan 5 V digunakan pada proses elektrokoagulasi. Metode sintesis yang optimal adalah kalsinasi langsung (DC), yang menghasilkan persentase degradasi sebesar 49,57% dan produksi hidrogen sebesar 2,54  mmol/g, dibandingkan dengan sonikasi langsung (UA) dan sonikasi prekursor (UB). Rasio massa fotokatalis optimal ditemukan pada g-C3N4/WO3 dengan perbandingan 3:1, yang mampu mendegradasi tetrasiklin sebesar 57% dan menghasilkan hidrogen sebesar 2,64  mmol/g, dibandingkan dengan rasio 1:1 dan 1:3. Hasil karakterisasi SEM/EDX menunjukkan bahwa morfologi g-C3N4 berupa lembaran dan WO3 berbentuk agregat. Fasa kristal g-C3N4 adalah heksagonal, sedangkan fasa kristal WO3 didominasi oleh monoklinik dengan ukuran kristal fotokatalis berkisar antara 0,3 - 36 nm. Karakterisasi UV-Vis DRS menunjukkan nilai energi band gap setiap katalis dalam rentang 2,64 - 2,86 eV, yang memungkinkan absorbansi sinar tampak. Fotokatalis g-C3N4/WO3 dengan rasio 3:1 yang disintesis terbukti memiliki laju rekombinasi yang lebih rendah dibandingkan dengan g-C3N4, dengan dugaan mekanisme transfer muatan berupa Z-scheme heterojunction berdasarkan karakterisasi photoluminescence. Selain itu, proses kombinasi elektrokoagulasi-fotokatalisis memberikan persentase degradasi tetrasiklin sebesar 62,02% dan akumulasi hidrogen sebanyak 49.982,20  mmol/g.

Medical waste continues to pose a threat to humans and the environment, with one of the concerns being the antibiotic tetracycline. Currently, research on hydrogen production is increasing worldwide. However, existing hydrogen is predominantly derived from natural gas, which results in high carbon emissions. To address this issue, a combination of photocatalysis and electrocoagulation technologies is utilized. The photocatalyst used in this study is g-C3N4/WO3, with variations in the synthesis methods of the photocatalyst, the mass composition ratio of the photocatalyst, and the types of processes employed to achieve the degradation percentage of tetracycline and hydrogen accumulation. The photocatalyst performance tests were conducted in an integrated reactor for electrocoagulation-photocatalysis, with a 250 W mercury lamp as the photon source, an aluminum (Al) anode, and a stainless steel (SS-316) cathode used at a voltage of 5 V during the electrocoagulation process. The optimal synthesis method was direct calcination (DC), yielding a degradation percentage of 49.57% and hydrogen production of 2.54 mmol/g, compared to direct sonication (UA) and precursor sonication (UB). The optimal photocatalyst mass ratio was found to be g g-C3N4/WO3 at 3:1, which degraded tetracycline by 57% and produced 2.64 mmol/g of hydrogen, compared to the ratios of 1:1 and 1:3. SEM/EDX characterization showed that the morphology of g-C3N4 was nanosheets, while WO3 formed aggregates. The crystal phase of g-C3N4 was hexagonal, whereas the crystal phase of WO3 was predominantly monoclinic, with photocatalyst crystal sizes ranging from 0.3 to 36 nm. UV-Vis DRS characterization indicated that the band gap energy of each synthesized catalyst ranged from 2.64 to 2.86 eV, enabling visible light absorption. The synthesized g-C3N4/WO3 photocatalyst with a 3:1 ratio demonstrated a lower recombination rate compared to g-C3N4, with a proposed charge transfer mechanism involving a Z-scheme heterojunction based on photoluminescence characterization. Additionally, the electrocoagulation-photocatalysis combination process resulted in a tetracycline degradation percentage of 62.02% and hydrogen accumulation of 49,982.20 mmol/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Purwohandoyo
"Penelitian ini membahas mengenai perbandingan biaya pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” antara sistem swakelola dengan sistem outsourcing. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan dilakukan dengan cara pengamatan, telaah dokumen langsung, dan perhitungan biaya menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). Dari hasil penelitian diketahui bahwa alur proses pengelolaan limbah medis sudah berjalan baik dan pengelolaan limbah medis padat secara outsourcing lebih murah dibanding swakelola. Untuk mengurangi limbah medis padat, masih dapat dilakukan upaya minimisasi limbah.

This study discusses The comparative cost analyse of solid medical waste management in the "Dharmais" Cancer Hospital between self-managed system with outsourcing system. This research is a quantitative and descriptive study was done by observation, document review, and the calculation of the cost of using Activity Based Costing (ABC). The survey results revealed that the flow of medical waste management process has been running good and solid medical waste management outsourcing system is cheaper than self-managed. To reduce solid medical waste, they can do waste minimization efforts."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Supriadi
"Pelayanan rumah sakit menghasilkan limbah medis padat yang harusdikelola dengan baik dan komprehensif sejak limbah dihasilkan hingga dikelola ditempat pembuangan akhir. Berdasarkan pengamatan, masih ada petugaskebersihan di Rumah Sakit Haji Jakarta yang tertusuk jarum saat melakukanpengolahan limbah medis yang berarti pengelolaan limbah masih belum optimaldilakukan dan berpotensi menimbulkan dampak kesehatan bagi petugas danlingkungan sekitar.Penelitian ini bertujuan menganalisis sistem pengelolaan limbah medispadat sesuai dengan Keputusan Kemenkes 1204 tahun 2004. Metode penelitianmenggunakan pendekatan kualitatif dengan disain studi kasus. Pendekatankualitatif dilakukan untuk menganalisis sistem pengelolaan limbah medis diRumah Sakit Haji Jakarta yang terdiri dari input, proses, output dan rekomendasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada faktor input poduksi limbah medistergolong besar sebesar 128 kg/hari. Pada faktor proses mulai dari pewadahan,tercampur antara limbah medis dan non medis serta benda tajam jarum suntik ,pengangkutan belum menggunakan trolly khusus dan penyimpanan limbah medisbelum memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2014. Oleh karenaitu pemilahan pewadahan limbah medis yang dimulai dari sumbernya, perilakupetugas dan penyediaan sarana limbah medis menjadi faktor penentu didalampengelolaan limbah medis sehingga diharapkan dampak resiko kecelakaan kerjadan lingkungan sekitar dapat dikurangi dan bahkan dihindari zero accident.

Hospital services produce solid medical waste that must be managed properly andcomprehensively since the waste is produced until it is managed in a landfill.Based on the observation, there is still a janitor at Haji Hospital Jakarta whopunctured needle while doing medical waste treatment which mean wastemanagement still not optimal done and have potential to cause health impact forofficer and environment.This research discusses solid waste medical management system based onregulation of Ministry of Health No. 1204 2004. The research method usedqualitative approach with case study design. A qualitative approach wasundertaken to analyze the medical waste management system at Haji JakartaHospital consisting of inputs, processes, outputs and recommendations.The resultsshowed that in the input factor of medical waste production is large amounted to128 kg day. In process factors starting from containers, mixed between medicaland non medical waste and sharp objects syringes , transportation has not beenusing special trolly and medical waste storage has not been eligible according toregulation of Ministry of Health No. 1204 2004. Therefore, the sorting ofmedical waste starting from the source, the behavior of the officer and theprovision of medical waste becomes the determining factor in the management ofmedical waste, so that it is expected that the impact of occupational accident riskand the surrounding environment can be reduced and avoided zero accident."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Riantika
"Munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia dan ditetapkannya pandemi Covid-19 menjadi bencana non-alam oleh pemerintah, sebagai bagian dari rangkaian upaya pencegahan dan pengendalian komprehensif untuk mengurangi jumlah infeksi virus Covid-19 dari penyebaran beberapa infeksi. Pemerintah dalam hal ini telah mengambil satu kebijakan yaitu dengan kewajiban penggunaan protokol kesehatan khususnya masker. Akibatnya, Penggunaan masker medis terus menerus digunakan oleh masyarakat berimbas semakin menumpuknya limbah masker medis sekali pakai di tempat pembuangan akhir sampah. Limbah masker medis yang tidak dilakukan pengelolaan khusus akan berakibat menjadi media penularan penyakit sebab masker medis sekali pakai memiliki stabilitas ketahanan virus 5-7 hari. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah yuridis-normatif dengan menggunakan bahan pustaka sebagai bahan utama dan melakukan wawancara dengan berbagai narasumber. Pengelolaan limbah masker medis sekali pakai harus dilakukan secara komprehensif, dari hulu hingga hilir, menggunakan paradigma baru melalui kegiatan pengelolaan limbah medis pada masyarakat yang konsisten dengan pedoman dan peraturan yang ada. Untuk memastikan bahwa pengelolaan limbah masker medis sekali pakai yang merupakan bagian dari hak kesehatan masyarakat, dapat menjadi tanggung jawab semua pihak dan tanggung jawab bersama dengan masyarakat dalam pengelolaannya

The emergence of the Covid-19 pandemic in Indonesia and the determination of the Covid-19 pandemic to be a non-natural disaster by the government, as part of a series of comprehensive prevention and control efforts to reduce the number of Covid-19 virus infections from the spread of several infections. The government in this case has taken a policy, namely the obligation to use health protocols, especially masks. As a result, the continued use of medical masks by the public has resulted in the accumulation of disposable medical mask waste in landfills. Medical mask waste that is not handled specifically will result in being a medium for disease transmission because disposable medical masks have a virus resistance stability of 5-7 days. The research method used by the author is juridical-normative by using library materials as the main material and conducting interviews with various sources. Disposable medical mask waste management must be carried out comprehensively, from upstream to downstream, using a new paradigm through community disposable medical waste management activities that are consistent with existing guidelines and regulations. To ensure that the management of disposable medical mask waste, which is part of public health rights, can be the responsibility of all parties and a shared responsibility with the community in its managemen"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Nadiah Syafei
"Pengelolaan limbah medis di Indonesia menghadapi banyak tantangan berupa regulasi, daya tampung pengolahan, sinkronisasi antar lembaga, peran pemerintah daerah, sarana prasarana yang belum mencukupi, sumber daya manusia yang belum mumpuni, masalah perizinan, serta pembiayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengelolaan limbah medis B3 Covid-19 pada rumah sakit di Kota Tangerang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Timbulan limbah medis yang dihasilkan dari RS A dan B sebanyak 3,19 kg/tempat tidur/hari dan 3,16 kg/tempat tidur/hari. Alur pengelolaan limbah medis B3 Covid-19 yang dilakukan oleh RS A dan RS B dimulai dari pemisahan yang dilakukan pada sumbernya, pewadahan, pengangkutan, penyimpanan, dan pengangkutan menuju pihak ke 3. Sarana prasarana pengelolaan limbah rumah sakit sudah tersedia cukup baik sesuai dengan syarat Permenkes No.18 Tahun 2020. Sejauh ini, belum adanya rencana terkait antisipasi pengelolaan limbah medis apabila timbulan limbah medis membludak yang disiapkan oleh pemerintah. Dalam hal pengangkutan limbah oleh pihak ke 3, terdapat beberapa kali keterlambatan untuk waktu kedatangan ke rumah sakit untuk mengangkut limbah medis. Kesimpulan dalam penelitian ini yakni pengelolaan limbah medis B3 Covid-19 rumah sakit di Kota Tangerang saat ini terkontrol dengan baik.

Medical waste management in Indonesia faces many challenges in the form of regulation, processing capacity, synchronization between institutions, the role of local governments, inadequate infrastructure, inadequate human resources, licensing problems, and financing. This study aims to determine the description of the management of B3 Covid-19 medical waste in hospitals in Tangerang City. This research is a quantitative and qualitative research with a descriptive approach. The medical waste generated from Hospitals A and B was 3.19 kg/bed/day and 3.16 kg/bed/day. The flow of B3 Covid-19 medical waste management carried out by Hospital A and Hospital B starts from the separation carried out at the source, storage, transportation, storage, and transportation to third parties. Hospital waste management infrastructure facilities are already quite good in accordance with the requirements Minister of Health Regulation No. 18 of 2020. So far, there is no plan related to anticipating medical waste management in the event of an overabundance of medical waste that has been prepared by the government. In the case of transporting waste by 3rd parties, there are several delays in arrival time to the hospital for transporting medical waste. The conclusion in this study is that the management of hospital B3 Covid-19 medical waste in Tangerang City is currently well controlled."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Amanda Andika Putri
"Sebagai penghasil limbah padat B3, rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkannya. Ketidakpatuhan rumah sakit dalam mengelola limbah padat B3 dapat berdampak buruk terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat, terlebih dalam kondisi pandemi COVID-19 dimana jumlah produksi limbah padat B3 yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat. Dalam rangka melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat dari dampak timbulan limbah padat B3, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan pengelolaan limbah padat B3 pada rumah sakit di Indonesia pada saat sebelum dan selama pandemi COVID-19. Penelitian ini dilakukan terhadap 343 rumah sakit di Indonesia dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Sikelim (Sistem Informasi Kelola Limbah Medis) milik Kemenkes RI. Data akan dianalisis menggunakan uji chi-square, mann whitney, dan regresi logistik model determinan. Berdasarkan hasil analisis, terjadi peningkatan tingkat kepatuhan pengelolaan limbah padat B3 oleh rumah sakit di Indonesia, yaitu dari 82% menjadi 86% selama pandemi. Meskipun capaian tingkat kepatuhan sudah cukup baik, perlu adanya upaya dalam meningkatkan kegiatan pengolahan limbah padat B3 secara mandiri oleh rumah sakit dimana ditemukan hanya 6% rumah sakit yang melakukan pengolahan limbah padat B3 secara mandiri menggunakan insinerator yang memenuhi izin selama pandemi COVID-19 tahun 2020.

Hospitals generate many types of medical wastes. Therefore, they have the responsibility to manage the waste they produce. Improper management of medical waste can have a negative impact on the environment and public health, especially during the COVID-19 pandemic where the amount of medical waste generated by health care facilities is increasing. To protect the environment and public health from the negative impact of medical waste, this study was conducted to determine the level of compliance of medical waste management in hospitals before and during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Cross-sectional study was conducted among 343 hospitals in Indonesia. The data used in the research is secondary data from the medical waste management information system owned by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The data will be processed using chi-square, mann whitney, and logistic regression test. The research found that there was an increase in the hospital’s compliance level of medical waste management in Indonesia, from 82% to 86% during the pandemic. Although the level of compliance was adequate, there should be an effort to improve independent treatment of medical waste by hospitals where only 6% of hospitals doing treatment for medical waste independently using incinerators that meet the standards during the COVID-19 pandemic in 2020."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Setyowati
"Salah satu dampak dari pelayanan rumah sakit adalah limbah, menurut sifatnya limbah dibagi menjadi limbah cair, gas dan padat. Limbah paclat terdiri dari limbah medis dan non medis. Limbah rumah sakit tcrdiri dari limbah rumah tangga 70-85 %, limbah pathologis 15 %, limbah kimia dan farmasi 3 %, Iimbah radioaktif/sitotoksis 1 % dan Iimbah medis tajam 1 %. Limbah medis tajam walaupun jumlahnya hanya sekitar 1 %, tetapi memiliki risiko ganda yaitu selain bisa mengakibatkan cedera juga bisa mengakibatkan infeksi bila terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen.
Untuk menjamin keselamatan tenaga kelja maupun masyarakat disekitar rumah sakit maka periu diterapkan kebijakan sistem manajemen keseiamatan dan kesehatan kerja dimana salah satunya dengan melakukan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakit secara komprehensive dan tepat guna. Langkah awal yang dibutuhkan adalah mclakukan penilaian risiko terhadap penanganan limbah di Rumah Sakit. Untuk mengetahui seberapa bcsar risiko yang mungkin terjadi pada penanganan limbah medis tajam di RSUD Karawang, penulis mencoba untuk melakukan penilaian risiko Secara semi kuantitatif terhadap penanganan limbah medis tajam di RSUD Karawang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus melalui observasi iapangan, wawancara, kuisioner dan pengumpulan data sekunder. Populasi penelitian terhadap petugas mmah sakit yang uraian mgasnya berhubungan dengan kegiatan penggunaan, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan sementara dan pengolahan limbah medis tajam, yaitu perawat ruang Rawat Inap Anak, Instalasi Gawat Darurat, petugas L8b0I'8l0fiUm Patologi Klinik & petugas Sanitasi yang dibanm petugas kebersihan, dengan alasan karena petugas di unit kerja tezsebut paling banyak berhubungan dengan lmbah medis tajam.
Hasil penelitian menunjukkan alat medis tajam yang paling banyak digunakan adalah spuit disposible (6l,94 %), jenis kcgiatan yang berhubungan dengan penggunaan alat medis tajam paling banyak adalah menyuntik ( 301 kali/hari untuk perawat ruang rawat anak, 91 kali/hari untuk perawat IGD) dan pengambilan darah untuk petugas Laboratorium (20 kali dengan spuit dan 205 kali dengan Iancet/autoclix). Alat pelindung Did tidak selalu/lcngkap dipakai dengan alasan merasa kurang nyaman atau lupa memakai, juga penyediaannya yang tidak sesuai dengan permintaan.Pengawasan dari manajemen masih kurang, penyediaan kontainer dan troli tidak sesuai standar, belum semua petugas mendapat imunisasi Hepatitis B, SOP ada tetapi perilaku petugas tidak sesuai SOP. Sebagian besar risiko yang mungkin teljadi adalah tergores/tertusuk. Hasil penelitian pada tahap pembuangan dan penyimpanan scmentara didapat level priority I, pada tahap pcngangkutan dan penghancuran pada level substantial dan pada tahap pembakaran dan penanaman abu pada level priority 3.

One of hospital services impact is waste, according to its eharacteristict, waste is classified into fluid waste, gas and solid. The solid waste eonsist of medical waste and non medical waste, Hospital waste consist of household waste 70-85 %, pathology waste 15 %, chemical waste and pharmacy 3 %, radioactive/sitotoxis waste l % and sharp medical waste 1 %. The sharp medical waste, even it is only l % but it has double risk, it can cause not only injury but also can cause infection if it contaminated by pathogen microorganisme.
To quarantee the employee's safety and the society around the hospital, it needs to be applied the management policy sistem of occupational health and safety by doing management handling and monitoring hospital waste comprehensively and effectively. The first step which is needed to do risk assessment toward waste handling at the hospitaL To know how big the risk possible happen in handling sharp medical waste at the General Hospital karawang, the writter tries to do semi quantitative risk assessment toward sharp medical waste handling at Karawang General Hospital.
The research is an analytic descriptive research with case study approachment by observation, interview, questlonary and secondary data collection. The research was done to the hospital employee whose jobs related to using activitylcollection,transportation, temporarly storage and sharp medical waste management. They are nurse in Children Nursery Ward, Emergency Iustalation and the employee of Clinic Pathology Laboratory, Sanitation employee who is helped by cleaning service, by the reason that the employees in those places most related to the sharp medical waste.
The research shows that much sharp medical equipment which used is diposible spuit (61,94%), type of activity related to the using of sharp medical equipment is injection/give injection ( 301 times/day for Children Nursery Ward, 91 times / day for Emergency instalation) and blood taking for the iaboratory employees ( 20 times with disposible spuit and 205 with autoclix/lancet). Personal Protective Equipment isn?t complete or isn?t worn by reason that they don't feel comfortable or forget to wear, and it isn?t suitable to the request. The supervision of management to the empolyee?s safety is still less, equipping of sharp medical waste container and trolley are not OSHA standar. The employees haven't got the Hepatitis immune yet (Children Nursery ward 52,63 %, Emergency lnstalation 72,22 %, Laboratory 57,14 %, sanitation and cleaning ofiiecr haven?t got at all ), there is SOP (Standar Operating Procedure), but the employees attitudes are not suitable with the SOP. Most possible risk happen are stabbing and scratching, the research result is obtained in the disposal step and temporarly storage in priority 1 level, while in the transportation step and destroying in the substantial level and in the burning and ash handling the level is priority 3.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rheisya Ghinaa Azzarah
"Limbah medis B3 padat merupakan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas medis, yang menurut PP No 22 Tahun 2021, setiap orang yang menghasilkan limbah wajib mengelola limbah yang dihasilkannya, termasuk fasyankes. Namun, lebih dari 70% fasyankes di Jakarta belum mengelola limbah medis nya sesuai standar. Penelitian ini membahas mengenai pengelolaan limbah medis B3 padat di RSUD X di DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeidentifikasi jenis, menggambarkan proses pengelolaan, mengetahui upaya pengurangan, serta menganalisis jumlah timbulan limbah medis B3 padat yang dihasilkan. Berdasarkan observasi, wawancara, dan telaah dokumen, limbah medis B3 padat di RSUD X didominasi oleh limbah infeksius dan tajam. Tahapan pengelolaan dimulai dari pengurangan, pemilahan dan pewadahan, pengangkutan internal, penyimpanan sementara, pengangkutan eksternal, dan pengolahan. Upaya pengurangan sudah dilakukan walaupun belum terdapat SOP khusus. Tahapan pemilahan dan pewadahan hingga pengangkutan eksternal sudah berjalan dengan baik walaupun terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan. Pengolahan limbah tidak dilakukan oleh RSUD X karena menggunakan jasa pihak ketiga. Timbulan limbah medis B3 padat di RSUD X tergolong besar yaitu 158.5 kg/hari dan melebihi rata-rata timbulan limbah medis RS di Indonesia yaitu 87 kg/hari. Regulasi yang dijadikan sebagai acuan adalah Permenkes No. 2 Tahun 2023, PP 22 Tahun 2021, dan Permenkes No. 7 Tahun 2019. RSUD X telah mengelola limbah medis B3 padat yang dihasilkannya sesuai dengan standar, namun beberapa hal perlu dijadikan catatan dan sebagai saran perbaikan untuk RSUD X.

Solid B3 medical waste is waste generated by medical activities. According to Government Regulation No. 22 of 2021, everyone who produces waste must manage the waste they produce, including health facilities. However, more than 70% of health facilities in Jakarta have yet to manage their medical waste according to standards. This study discusses the management of solid B3 medical waste at RSUD X in DKI Jakarta. This study aimed to identify the types, describe the management process, identify reduction efforts, and analyze the amount of solid B3 medical waste generated. Based on observations, interviews, and document review, solid B3 medical waste at RSUD X is dominated by infectious and sharp waste. The management stages start from reduction, sorting and storage, internal transportation, temporary storage, external transportation, and processing. Reduction efforts have been made even though there is no specific SOP. The stages of sorting and storage up to external transportation have been going well, although a number of things need to be improved. RSUD X does not carry out waste processing because it uses the services of a third party. The generation of solid B3 medical waste in RSUD X is relatively large, namely 158.5 kg/day, and exceeds the average generation of hospital medical waste in Indonesia, which is 87 kg/day. Permenkes No. 2 of 2023, PP 22 of 2021, Permenlhk No. 56 Tahun 2015, and Permenkes No. 7 of 2019 are the regulation used as a reference. RSUD X has managed the solid B3 medical waste it produces according to standards, but several things need to be noted and as suggestions for improvement for RSUD X"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>