Banyaknya limbah makanan yang dihasilkan masyarakat menjadi salah satu akar permasalahan sampah di Indonesia, khususnya limbah buah dan sayur. Contoh buah dan sayur yang banyak menghasilkan limbah adalah kulit nanas dan batang brokoli, dengan jumlah berturut-turut mencapai 867 dan 572 ton. Salah satu upaya untuk mengurangi jumlah limbah tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi eko-enzim. Pada penelitian ini, eko-enzim difermentasi menggunakan limbah kulit nanas, batang brokoli, serta campuran antara keduanya (dengan perbandingan 1:1) selama 1, 2, dan 3 bulan. Kemudian, larutan eko-enzim disaring dan menghasilkan karakteristik berupa pH 3,4, BOD 40 ppm, COD 76963 ppm, serta TDS 5465 ppm. Selain itu, berdasarkan hasil uji jenis bakteri menunjukkan bahwa sampel eko-enzim mengandung bakteri hidrokarbonoklastik yang dapat mendegradasi senyawa hidrokarbon dalam limbah minyak bumi. Di sisi lain, sebagai cairan multifungsi, eko-enzim berpotensi dalam pengolahan limbah cair. Oleh karena itu, pada penelitian ini eko-enzim digunakan untuk mengolah air limbah hasil kegiatan pengolahan miyak bumi dengan karakteristik pH 6,3, BOD 108 ppm, dan TDS 2880 ppm. Air limbah tersebut kemudian dicampur dengan eko-enzim menggunakan rasio 1:20, 1:10, dan 3:20, lalu didiamkan agar terjadi penguraian selama 0, 3, 7, dan 28 hari. Hasilnya, penggunaan eko-enzim nanas dengan rasio 1:20 dan waktu penguraian selama 7 hari cukup potensial untuk menurunkan nilai BOD sebanyak 62% dan TDS air limbah hasil kegiatan pengolahan minyak bumi sejumlah 36%, tetapi memiliki efek samping menurunkan pH. Hasil produksi eko-enzim dari riset ini mampu bersaing dengan eko-enzim komersil dengan keunggulan dari segi pH dan BOD. Selain itu, rasio eko-enzim dengan limbah cair serta waktu penguraian turut mempengaruhi hasil olahan limbah yang diperoleh. Semakin tinggi rasio eko-enzim dengan limbah cair menyebabkan semakin rendah nilai pH dan semakin tinggi nilai TDS hasil olahan limbah, sedangkan variabel bebas tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap BOD. Semakin lama waktu penguraian menyebabkan semakin tinggi nilai pH, serta semakin rendah nilai BOD dan TDS hasil olahan limbah.