Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman Aditya
Abstrak :
Rugi-rugi (losses) pada saat terbentuknya pasangan elektron-hole (e-h pairs) di dalam solar cell adalah timbulnya transmission-loss dan termalizationloss. Aplikasi konsep up & down conversion dibahas pada Tesis ini untuk mengurangi rugi ? rugi tersebut sehingga perbaikan efisiensi solar cell bias dicapai. Proses up-conversion melibatkan energi photon yang rendah dikonversi menghasilkan energi photon yang lebih tinggi untuk mengurangi transmission loss. Down-conversion melibatkan energi photon yang tinggi dikonversi menjadi energi photon yang lebih rendah untuk mengurangi thermalization loss. Dalam riset ini dilakukan analisa dan simulasi terhadap aplikasi konsep up/down-conversion untuk mendapatkan perbaikan efisiensi pada solar cell. Dengan menggunakan simulator PC1D 5.9, sumber cahaya sekunder (secondary light source) diberikan dengan asumsi sebagai proses luminescence oleh up/downconverter masing ? masing dari rear surface dan front surface sesuai dengan prinsip konversi photon pada aplikasi tersebut. Simulasi dilakukan dengan memberikan variasi spektrum cahaya secara transien pada cahaya sekunder dan variasi intensitas cahaya dengan batasan maksimum terrestrial sun 0,1 W/cm2. Efisiensi maksimum didapat sebesar 18,71% untuk aplikasi up-converter, dan 20,18% untuk aplikasi down-converter dengan kondisi matahari tak terkonsentrasi. Hasil simulasi konsep up/down-conversion tersebut menunjukkan dapat mengurangi rugi ? rugi pada solar cell dan memperbaiki efisiensi untuk disain solar cell, dan dapat diaplikasikan untuk jenis solar cell konvensional yang ada sekarang. ......The losses appeared when electron-hole pairs are formed in solar cell indicated as transmission and thermalization loss. The application of up/downconversion concept is discussed in this Thesis, in order to reduce both loss, so the efficiency of solar cell can be improve. Up-conversion process involving two low energy photons converted into higher energy photon for reducing transmission loss. Down-conversion involving high energy photons converted into two lower energy photons for reducing thermalization loss. In this research has been analyzed and simulated about up/downconversion concept to achieved an improvement of solar cell efficiency. By using PC1D 5.9, a secondary light source is provided and it assumed as a luminescence from up/down-converter, which is directly emited from front and rear surface according to each conversion process. The variation of secondary light intensity is given in this simulation with the maximum limits 0,1 W/cm2 of terrestrial sun. Maximum efficiency obtained was 18.71% for the up-converter applications, and 20.18% for the down-converter applications with unconcentrated sun. The Results of applied up / down-conversion show can reduce losses in the solar cell and improve efficiency for solar cell design, and it can be applied also to the conventional solar cell.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T40908
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
George Simon Tongam
Abstrak :
Serat optik merupakan salah satu media transmisi guided yang banyak digunakan pada saat ini karena memiliki berbagai macam kelebihan, antara lain memiliki tingkat keamanan data yang tinggi, memiliki rentang hidup yang panjang dibandingkan dengan media transmisi komunikasi lainnya, dan dapat membawa informasi dalam kapasitas yang besar. Namun, sebagai salah satu media transmisi, serat optik juga mengalami rugi-rugi saat mentransmisikan informasi, terlebih dalam rugi transmisi daya. Salah satu rugi-rugi yang menjadi perhatian adalah rugi macro bend pada serat optik. Penelitian ini akan meninjau seberapa besar pengaruh lengkungan serat optik terhadap transmisi daya menggunakan Optical Light Source (OLS) dan Optical Power Meter (OPM) dengan memvariasikan lekukan pada serat optik, variasi panjang gelombang pada Optical Light Source, serta variasi jenis serat optik yang digunakan, yaitu insensitive/sensitive bend fiber. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis kabel G652 mencapai bending loss sebesar -43.7 dB/unit pada dua lilitan dengan radius bending 0,5 cm, sedangkan jenis kabel G657 mencapai bending loss sebesar -50 dB/unit pada tiga lilitan dengan radius bending 0,5 cm. Bending loss mencapai hasil yang signifikan pada radius bending di bawah 3 cm. Rugi-rugi lengkungan pada serat optik dipengaruhi oleh jenis kabel pada serat optik, panjang gelombang pada sumber optik, jumlah lilitan dan radius bending, dengan faktor rugi-rugi yang paling signifikan dipengaruhi oleh radius bending. ......Optical fiber is one of the guided transmission media that is widely used today because it has various advantages, including having a high level of data security, having a long life span compared to other communication transmission media, and being able to carry information in a large capacity. However, as a transmission medium, optical fiber also suffers losses when transmitting information, especially in power transmission losses. One of the losses of concern is the macro bend loss in optical fiber. This study will discuss how much influence optical fiber has on power transmission using Optical Light Source (OLS) and Optical Power Meter (OPM) by varying the optical fiber, length variations on Optical Light Source, and optical variations used, namely insensitive/sensitive bend. fiber. The results obtained indicate that the G652 cable type achieves a bending loss of -43.7 dB/unit in two turns with a bending radius of 0.5 cm, while the G657 cable type achieves a bending loss of -50 dB/unit in three turns with a bending radius of 0.5. cm. Bending loss achieves significant results at bending radii below 3 cm. Bending loss in optical fiber is influenced by the type of cable in the optical fiber, the wavelength of the optical source, the number of turns, and the bending radius, with the most significant loss factor being influenced by the bending radius.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Konita Nur Khasanah
Abstrak :
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan sumber sinar berbeda terhadap kekuatan tarik diametral resin komposit bulk-fill. Resin komposit bulk-fill Tetric N-Ceram Bulk Fill dibuat sebanyak 20 spesimen berbentuk lempeng dengan diameter 6 mm dan tebal 3 mm. Spesimen dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang disinari dengan sumber sinar QTH dan sumber sinar LED. Uji kekuatan tarik diametral dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata kekuatan tarik diametral resin komposit bulk-fill yang disinari sumber sinar QTH dan LED sebesar 38.62 2.34 dan 42.02 3.21. Hasil uji independent sample T menunjukkan nilai rerata pada kedua kelompok berbeda bermakna. ......This study aimed to evaluate the effect of using different light sources on the diametral tensile strength of bulk fill resin composite. Bulk fill resin composite Tetric N Ceram Bulk Fill was used to make of 20 disc shape specimens with 6 mm in diameter and 3 mm in thickness. Specimens were divided into two groups, the two groups were polymerized with using QTH and LED light source curing unit. Diametral tensile strength test was conducted by using a Universal Testing Machine Shimadzu, Japan. The results showed that diametral tensile strength mean value of bulk fill resin composite that were cured with QTH and LED light source were 38.62 2.34 and 42.02 3.21 MPa respectively. Independent sample t test results showed that the mean value of the two groups was significantly different.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rafni Rafid
Abstrak :
Latar belakang: Memar merupakan salah satu kekerasan fisik yang paling sering terjadi. Akan tetapi, perubahan warna memar belum cukup untuk menentukan usia memar dan sering kali bukti adanya memar tidak terlihat dengan pengamatan langsung tanpa alat. Oleh sebab itu, peneliti ingin menilai kemampulaksanaan sumber cahaya alternatif (ALS) dalam memperkirakan usia memar. Metode: Penelitian eksperimental dengan teknik consecutive sampling dengan jumlah 20 memar pada orang dewasa berkulit sawo matang. Sampel yang memenuhi kriteria akan dibekam di lengan atas kiri dan kanan di bagian sisi dalam untuk induksi memar. Memar kemudian diamati sesaat setelah induki dengan pengamatan langsung tanpa alat dan pengamatan dengan sumber cahaya alternatif (ALS) dengan panjang gelombang 430-470 nm sampai memar tidak tampak lagi dengan ALS atau paling lama hari ke-28 pengamatan. Hasil: Di awal induksi, memar berwarna merah dan merah keunguan. Memar lalu berubah warna menjadi ungu, kuning, dan coklat seiring dari hari ke hari. Perbandingan luas memar ditemukan signifikan secara statistik pada hari ke-4, hari ke-5, hari ke-6, hari ke-7, hari ke-8 dan hari ke-15. Perbandingan ada dan tidaknya memar ditemukan signifikan secara statistik pada hari ke-7 dan pada hari ke-8. Median usia memar yang diamati secara langsung tanpa alat yaitu 6 hari sedangkan median usia memar yang diamati dengan ALS yaitu 8,5 hari. Perbandingan usia memar ditemukan signifikan secara statistik dengan nilai p<0,05. Kesimpulan: Penggunaan ALS dapat memberikan gambaran yang lebih akurat dalam membantu melihat adanya memar dibandingkan dengan pengamatan langsung tanpa alat. Kata kunci: pengamatan langsung, sumber cahaya alternatif, usia memar, ukuran memar, warna memar ......Introduction: Bruises are one of the most common forms of physical violence. However, the discoloration of a bruise is not sufficient to determine the age of a bruise and the evidence of a bruise is often not visible by direct observation without any tools. Therefore, the researcher aimed to assess the efficacy of alternative light sources (ALS) in estimating the age of bruising. Methods: Experimental study with consecutive sampling in tan-skinned adults. Twenty samples that meet the criteria will be cupped on the left and right upper arm on the inside for bruising induction. Then, bruises were observed after induction by direct observation without any tools and observation with an alternative light source (ALS) with wavelenght 430-470 nm until they were not visible with ALS or until the 28th day of observation. Results: Right after induction, the bruises were red and purplish in color. The bruise color then changes to purple, yellow, and brown as the day progresses. The comparison of bruise area was found statistically significant on the day-4, day-5, day-6, day-7, day-8 and day-15 observations. The comparison of the presence and absence of bruising was found to be statistically significant on day-7 and day-8 observations. The median age of bruising observed directly without tools was 6 days, while the median age of bruising observed with ALS was 8.5 days. The comparison of bruise ages was found to be statistically significant with p value <0.05. Conclusion: The use of ALS can provide a more accurate picture to see the presence of bruises compared to direct observation without tools. Keywords: alternative light source, bruise color, bruise age, bruise size, direct observation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library