Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Aditya Batara Gunawan
"Artikel ini berpendapat bahwa upaya pemerintah sipil untuk mendorong perubahan kebijakan pertahanan di Indonesia pasca Orde Baru dilaksanakan melalui mekanisme layering. Secara teoretis, mekanisme layering beroperasi dalam kondisi-kondisi institusional yang menjadi ciri khas dalam konteks transisi demokrasi yaitu besarnya jumlah veto players dalam proses pengambilan keputusan di arena politik dan kecilnya ruang diskresi kebijakan dalam institusi yang dijadikan sebagai target perubahan. Oleh karena itu, perubahan didorong lewat penempatan elemen-elemen baru yang berdampingan dengan status quo yang berlaku di sebuah institusi. Melalui analisis deskriptif terhadap kebijakan MEF (Minimum Essential Force) tahap I tahun 2010-2014 ditemukan bahwa penggunaan mekanisme layering lewat kebijakan MEF telah berhasil diimplementasikan tanpa adanya penolakan dari para pendukung status quo di sektor pertahanan Indonesia. Kondisi ini dimungkinan karena program modernisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan) yang menjadi inti dari kebijakan MEF memberikan insentif tambahan terhadap status quo yang sesuai dengan preferensi TNI (Tentara Nasional Indonesia) mengenai keberlanjutan organisasi mereka. Akan tetapi tulisan ini juga melihat adanya efek negatif dari penggunaan mekanisme layering tersebut yakni rendahnya derajat kepatuhan terhadap elemen baru perubahan. Sebagai akibat dari tetap utuhnya status quo, militer mempertahankan dominasinya dalam proses formulasi dan implementasi tanpa pengawasan efektif dari kalangan sipil. Dalam kasus MEF, kondisi ini menimbulkan inkonsistensi kebijakan yang kemudian dapat menghambat profesionalisme TNI ke depan serta memberikan celah bagi kembalinya TNI ke ranah politik praktis."
Depok: Departemen Ilmu Politik FISIP UI, 2017
320 JURPOL 2:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Depok: Departemen Ilmu Politik FISIP UI, 2017
320 JURPOL
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Alya Amany
"Museum merupakan tempat untuk manusia mempelajari banyak hal melalui display-display pada ruang pamer museum sehingga seharusnya display museum harus inklusif agar spektrum user dapat lebih luas. Dalam rangka museum sebagai tempat memamerkan objek tertentu dan inklusif, lighting termasuk pada hal yang paling krusial pada. Hunt (2009) menyatakan bahwa Lighting adalah salah satu komponen penting dalam lingkungan museum karena ruang memungkinkan pengunjung untuk melihat objek, mengalami pemandangan baru dan bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, lighting pada museum berperan sebagai penciptaan suasana yang ideal dalam mengeksplorasi informasi di museum. Dalam merancang lighting ideal yang dapat memenuhi kebutuhan pelestarian benda dan membentuk pengalaman spasial pengunjung, maka diperlukan semacam strategi pada pencahayaan, salah satunya adalah layering light. Layering light merupakan penggunaan berbagai jenis lighting pada interior yang bertujuan untuk menunjang fungsi dan pengalaman spasial pada suatu ruang. Semua lapisan cahaya bekerja sama untuk menciptakan desain yang utuh dan kohesif (Karlen, 56, 2017).
Penggunaan lighting yang beragam memaksa indera penglihatan manusia harus beradaptasi terhadap kualitas dan kuantitas cahaya yang berbeda-beda pada lighting yang berbeda pula. Sehingga pada penelitian ini, merupakan penelitian kualitatif dengan pembahasan secara deskriptif. Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data pada skripsi ini adalah studi literatur, mengidentifikasi, dan menganalisis strategi penggunaan layering light pada museum dan bagaimana dampaknya terhadap adaptasi visual user.
Museums are places for people to learn many things through displays in museum showrooms, so museum displays should be inclusive so that the spectrum of users can be wider. In the context of a museum as a place to exhibit certain and inclusive objects, lighting is one of the most crucial things. Hunt (2009) states that lighting is one of the important components in a museum environment because space allows visitors to see objects, experience new views and react to the surrounding environment. Thus, lighting in the museum plays a role in creating an ideal atmosphere in exploring information in the museum. In designing ideal lighting that can meet the needs of object preservation and shape the visitor's spatial experience, a lighting strategy is needed, one of which is layering light. Layering light is the use of various types of lighting in the interior which aims to support the function and spatial experience in a space. All layers of light work together to create a cohesive and cohesive design (Karlen, 56, 2017).The use of various lighting forces the human sense of sight to adapt to different quality and quantity of light in different lighting. So in this study, is a qualitative research with a descriptive discussion. The method that will be used to collect data in this thesis is to study literature, identify, and analyze strategies for using layering light in museums and how they impact the visual adaptation of users."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Firman Rasyadi Faza
"Pengembangan kawasan TOD di daerah Glodok sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan perekonomian kecil-menengah yang berada di eksisting kawasan.Terlebih saat festival tahunan Cap Gomeh sedang berlangsung, daya tarik dari sektor makanan, fashion, kesenian dan kerajinan budaya khas chinese seakan menjadi primadona pilihan masayarakat. Dengan berfokus pada sektor fashion, usulan perancangan Neo Glodok Fashion Center yang mengangkat konsep hierarki, layering pada fashion, dan rekondisi pengalaman ruang dari gang serta persimpangan Glodok, diharapkan dapat menciptakan ruang komunal baru yang dapat meningkatkan nilai ekonomi untuk seluruh lapisan brand fashion,, memberikan edukasi fashion pada masyarakat sekitar, hingga dapat menjadi ikon baru pada kawasan TOD Neo Glodok yang representatif dan menarik dari segi arsitektural.
The development of the TOD area in the Glodok area is closely related to the sustainability of the small-medium economy in the existing area. Especially when the annual Cap Gomeh festival is taking place, the attractiveness of the food, fashion, arts and crafts sectors of typical Chinese culture seems to be the prima donna of the people's choice. By focusing on the fashion sector, the proposed Neo Glodok Fashion Center design which elevates the concept of hierarchy, layering of fashion, and reconditioning the spatial experience of alleys and Glodok intersections, is expected to create a new communal spaces that can increase economic value for all layers of the fashion brand, provide fashion education to the local community, so that it can become a new icon in the TOD Neo Glodok area which is representative and attractibe from an architectural point of view."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Bella Putri Muliana
"Ruang Merchandising Display pada Beauty Retail seringkali menciptakan atmosfer ruang yang dapat membuat pengunjung merasa terlihat cantik. Melalui literatur diketahui bahwa, ilusi visual pada ruang merchandising dapat diciptakan dengan mengkonfigurasikan elemen arsitektural dengan memaksimalkan potensi layering dari pengalaman. Penulisan ini dibuat dengan tujuan mengetahui bagaimana elemen arsitektural dari beauty retail berpotensi menciptakan layering ilusi visual hingga memberikan efek cantik pada diri pengunjung. Hasil studi kasus menunjukan bahwa beauty retail memiliki strategi dalam menciptakan alur pengunjung untuk membentuk siklus layer eksternal-internal dari elemen ruang merchandising agar menghasilkan kualitas ilusi visual cantik yang terus meningkat dari antar spotnya. Strategi tersebut dibuat berdasarkan tahapan kegiatannya mulai dari masuk toko, area tengah display, dan strategi akhir pada area makeup testing. Strategi awal lebih ditujukan dalam kemudahan pencarian dan klasifikasi produk dengan pengaruh jarak dan kontras warna. Strategi tengah mulai memainkan fokus pengunjung terhadap dirinya melalui elemen cermin dan permainan warna latar. Sedangkan strategi akhir menjadi area dengan fokus utama meberikan ilusi cantik melalui permainan tekstur, cahaya, dan warna dari elemen ceiling dan latar toko yang berdampak pada kecerahan dan kehalusan wajah pengunjung. Dari temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan kesalahan persepsi visual, strategi utama yang digunakan yaitu berupa pengkomposisian elemen warna dan cahaya.
Merchandising Display space at Beauty Retail often creates a space atmosphere that can make visitors feel beautiful. Through the literature it is known that, visual illusions in merchandising spaces can be created by configuring architectural elements by maximizing the layering potential of the experience. This thesis was made with the aim of knowing how architectural elements from beauty retail have the potential to create layering visual illusions to give a beautiful effect on visitors. The results of the case study show that beauty retail has a strategy in creating a visitor flow to form a cycle of external-internal layers of merchandising space elements in order to produce a beautiful visual illusion quality that continues to increase from between spots. The strategy is made based on the stages of its activities starting from entering the store, the middle area of the display, and the final strategy in the makeup testing area. The initial strategy is more aimed at ease of search and product classification with the influence of distance and color contrast. The strategy is starting to play the visitor's focus on himself through mirror elements and background color games. While the final strategy is the area with the main focus on giving a beautiful illusion through the play of texture, light, and color from the ceiling and background elements of the store which have an impact on the brightness and smoothness of the visitor's face. From these findings, it can be concluded that to create visual perception errors, the main strategy used is in the form of composing the elements of color and light."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library