Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tyas Putri Utami
"Latar belakang: Hipertensi dan aterosklerosis berkaitan dengan disfungsi endotel yang ditandai oleh pengurangan produksi nitric oxide (NO) dan penurunan NO bioavailability. Disfungsi endotel dapat terjadi sejak usia anak-anak dan inaktivitas fisik menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular. Namun belum banyak penelitian mengenai perbedaan pengaruh latihan fisik aerobik pada juvenil dibandingkan dengan dewasa terhadap fungsi vaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia latihan fisik terhadap kadar NO, MDA dan aktivitas spesifik enzim SOD pada aorta abdominal dengan lama latihan yang sama.
Metode: Subjek penelitian adalah tikus usia juvenil dan dewasa muda yang dibagi dalam kelompok latihan dan kontrol. Latihan aerobik selama 8 minggu menggunakan treadmill dengan kecepatan disesuaikan dengan usia tikus selama 20 menit intermitten, 5x seminggu. Analisis kadar NO, MDA dan aktivitas SOD aorta abdominal menggunakan uji t-test independen (data berdistribusi normal dan homogen) atau uji U-Mann Whitney (data tidak normal).
Hasil: Kadar NO dan aktivitas spesisfik SOD lebih tinggi pada kelompok latihan dibandingkan kontrol, baik pada kelompok juvenil maupun dewasa muda. Namun hanya pada kelompok dewasa muda yang perbedaannya bermakna. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA antara kelompok latihan dan kontrol pada kedua usia. Kadar MDA pada kelompok juvenil meningkat dan menurun pada kelompok dewasa muda akibat latihan aerobik selama 8 minggu.
Kesimpulan: Latihan aerobik dapat meningkatkan produksi NO dan NO bioavailability pada kelompok juvenil maupun dewasa muda. Peningkatan NO bioavailability terjadi melalui aktivitas spesifik enzim SOD. Diduga tingginya kadar MDA pada kelompok latihan dan kontrol juvenil terkait dengan usia dan stres fisik. Belum diketahui apakah peningkatan kadar MDA pada kelompok juvenil masih dalam kisaran normal atau tidak. Oleh karena itu, masih terdapat beberapa pertanyaan terkait manfaat latihan pada juvenil.

Background: Hypertension and atherosclerosis are related to endothelial dysfunction, that characterized with decrease of NO production and bioavailability. Physical inactivity has contribute to endothelial dysfunction that can occur since childhood. However, until now, there were only few studies about the difference effect of aerobic training to vascular function in juvenile and young-adult rats. Therefore, this study aimed to know the effect of age related- exercise training to level of NO, MDA and specific SOD activity in abdominal aorta.
Methode: Subjects were juvenile and young adult male wistar rats divided into 2 group: control and aerobic training. Aerobic training performed in 8 weeks with animal treadmill with age-dependent speed for 20 minutes intermittent exercise, 5x per week. Analysis of NO, MDA level, and SOD activity of abdominal aorta used t-test independent (normal distribution and homogen) or U-Mann Whitney (not normal distribution).
Results: NO level and SOD specific activity in training group were higher than control group, in both juvenile and young adult group. But, only in young adult group that had significant result. There was no significant different of MDA level in training group compared to control group in both juvenile and young-adult group, but MDA level increased in juvenile group and decreased in young-adult group because of aerobic training for 8 weeks.
Conclussion: Aerobic training can increase NO production and bioavaibility both in juvenile and young adult group. Increase of NO bioavailability was considered to the increase of SOD specific activity. We considered that the increase of MDA level in training and control juvenile group were related to age and physical stress. We didn?t know yet the increased level of MDA in juvenile group was still in normal range level or not. Therefore is still any question if training in juvenile rat was benefit or not.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Purnama Dewi
"ABSTRAK
BDNF merupakan neurotrophin yang berperan dalam fungsi memori dan pembelajaran. Hippocampus banyak mengekspresikan BDNF, yang penting dalam mengatur fungsi memori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan aerobik ringan terhadap ekspresi BDNF, jumlah total sel piramidal di area CA3 hippocampus, fungsi memori dan rasio luas area CA3 terhadap total area CA1, CA2 dan CA3 hippocampus.
Penelitian eksperimental ini menggunakan 12 ekor tikus jantan wistar (berusia 8-10 minggu, berat badan 200- 250 gram), dibagi menjadi kelompok aerobik ringan dan kontrol. Latihan aerobik menggunakan animal treadmill (kecepatan 12m/mnt, 2x/minggu, 11 minggu) dan diuji dengan water E-maze (jumlah kesalahan dan waktu tempuh) untuk fungsi memorinya. Ekspresi BDNF diarea CA3 dinilai dengan pewarnaan immunohistokimia, jumlah total sel piramidal area CA3 hippocampus dan rasio luas area CA3 terhadap total area CA1, CA2, CA3 area hippocampus dinilai dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
Hasil pengamatan ini menunjukkan ada kecenderungan peningkatan ekspresi BDNF dan jumlah total sel piramidal area CA3 hippocampus, walaupun secara statistik tidak bermakna. Rasio luas area CA3 terhadap total area CA1, CA2, CA3 antara kelompok aerobik ringan dan kontrol, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Terdapat penurunan jumlah kesalahan dan waktu tempuh pada kelompok aerobik ringan. Perbaikan fungsi memori ini berkorelasi kuat dengan peningkatan ekspresi BDNF pada kelompok aerobik ringan. Disimpulkan, terdapat pengaruh positif latihan aerobik ringan terhadap fungsi memori melalui peningkatan ekspresi BDNF.

ABSTRACT
BDNF is a neurotrophin that plays a role in memory and learning functions. The hippocampus shows the expression of BDNF which is important in regulating memory functions. This study aims to determine the effect of mild aerobic exercise on the expression of BDNF, the number of total cells CA3 area of the hippocampus, and memory functions.
This is analytic experimental using 12 male Wistar rats (8-10 weeks old, weight 200-250 mg), divided into mild aerobics and control group. The aerobic exercise using an animal treadmill (10 min twice a week, for 11 weeks). Memory test was done using water E-maze test. Used Immunohistochemistry staining to assessed the expression of BDNF and Hematoxylin Eosin staining to assessed the number of total cells CA3 area of hippocampus and CA3 area ratio to the total area CA1, CA2, CA3 hippocampal area.
The results showed the tendency in the expression of BDNF, the total number of cells and memory function between mild aerobic and control group. CA3 area ratio to the total area CA1, CA2, CA3 hippocampal area, there were no differences between mild aerobic and control groups. There was a decreased in the number of errors and time in group aerobics. Improvement of memory function is strongly correlated with increased expression of BDNF in group aerobics. Conclusion, the mild aerobic exercise has a positive influence on memory function through increased expression of BDNF.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Frisca Ronauli
"Latar belakang: Latihan fisik aerobik adalah latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan sedangkan latihan fisik yang dilakukan dengan peningkatan durasi dan kecepatan secara bertahap termasuk dalam aerobik Overtraining. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hipertrofi pada otot ventrikel jantung kiri tikus pasca latihan fisik aerobik serta pasca latihan fisik aerobik overtraining.
Metode: Identifikasi morphologi kardiomiosit ventrikel kiri jantung tikus menggunakan pewarnaan hematoksilin eosin, sedangkan untuk jaringan fibrosis dengan pewarnaan Masson?s Trichrome. Identifikasi tersebut dilakukan pada kelompok kontrol, dan kelompok perlakuan aerobik dan overtraining yang dilakukan selama 11 minggu.
Hasil: Analisis data menunjukkan terjadi hipertrofi yang ditandai dengan adanya peningkatan panjang (p=0,017), lebar (p=0,037) pada kelompok aerobik dibandingkan dengan kelompok overtraining. Peningkatan jaringan fibrosis pada kelompok overtraining dengan p= 0,00.

Introduction : Aerobic exercise is physical exercise done regularly and continuously while physical exercise done by increasing the duration and speed gradually included in the aerobic Overtraining. This study aims to analyze hypertrophy in the left ventricle of the heart muscle of mice after aerobic exercise and aerobic exercise post overtraining.
Methods : Left ventricular cardiomyocyte morphology rat heart is identified by hematoxylin eosin staining, whereas for fibrotic tissue with Masson's Trichrome staining. Such identification is performed in the control group and the treatment group performed aerobic and overtraining for 11 weeks.
Conclucion: Analysis of the data showed that hypertrophy is characterized by an increase in length (p = 0.017), width (p = 0.037) in the aerobic group compared with the group of overtraining. Increased tissue fibrosis in the overtraining group with p = 0,00.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharti
"Latar belakang: EE dan/atau latihan fisik dapat meningkatkan memori spasial dan menginduksi peningkatan ekspresi Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) pada hipokampus tikus Wistar jantan usia 7 bulan. BDNF berikatan dengan reseptor tropomyosin receptor kinase B (TrkB) menyebabkan TrKB terfosforilasi, menghasilkan perekrutan protein yang mengaktifkan tiga kaskade transduksi sinyal. BDNF dapat meningkatkan kadar dan aktivitas reseptor NMDA sehingga terjadi perubahan jangka panjang pada aktivitas sinaps. Belum diketahui bagaimana pengaruh pemberian kombinasi EE dan latihan aerobik terhadap ekspresi pTrkB dan pNMDAR.
Tujuan: Menganalisis ekspresi reseptor pTrkB dan ekspresi pNMDAR yang dipicu oleh persinyalan BDNF pada hipokampus tikus yang diberikan model EE dan/atau latihan fisik aerobik.
Metode: Penelitian eksperimental menggunakan 24 tikus Wistar jantan usia 7 bulan, berat badan 250–350 gr, dibagi menjadi 4 kelompok: Kontrol (K), Aerobik (A) diberi latihan fisik 5x/mimggu treadmill kecepatan 20 m/menit 30 menit/hari, EE, dan kombinasi latihan fisik EE (AEE). Perlakuan diberikan selama 8 minggu dan dilakukan pengukuran ekpresi pTrkB dan pNMDAR dengan western blot, memori spasial diukur dengan forced alteration Y-maze.
Hasil: Fosforilasi TrkB pada situs Tyr705 dan fosforilasi NMDA pada situs Tyr 1336 kelompok kombinasi lebih baik dari kontrol namun peningkatan tidak bermakna secara statistik. Fungsi memori spasial jangka pendek kelompok EE lebih baik daripada kelompok kontrol.
Kesimpulan: EE kontinu dapat meningkatkan fungsi memori spasial jangka pendek tikus, kombinasi EE dan latihan aerobik cenderung meningkatkan pTrkB dan pNMDAR namun tidak bermakna secara statistik.

Background: EE and/or aerobic exercise can improve spatial memory and induce increased expression of Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) in the hippocampus of male Wistar rats aged 7 months. BDNF binds to the tropomyosin receptor kinase B (TrkB) induce phosphorilating of TrKB, resulting the recruitment of a protein that activates three signal transduction cascades. BDNF can increase the levels and activity of the NMDA receptors, resulting in long-term changes in synaptic activity. The effect of combination of continuous EE and aerobic exercise on hippocampus pTrkB and pNMDAR expression is not yet known.
Objective: To analyze pTrkB receptor expression and pNMDAR expression induced by BDNF signaling in the hippocampus of mice given EE models and / or aerobic exercise.
Methods: Experimental study using 24 male Wistar rats aged 7 months, weight 250–350 gr, divided into 4 groups: Control (K), Aerobics (A) given 5x physical exercise/week with treadmill speed 20 m/min 30 minutes/day, EE, combination of physical exercise and EE (AEE). Treatment was administered for 8 weeks and the phosphorylation of TrkB and NMDA receptors measured with Western blot, spatial memory measured by forced alteration of Y-maze.
Result:The combination group of TrkB phosphorylation at Tyr705 site and NMDA phosphorylation at the Tyr 1336 site were better than the control group but the increase was not statistically significant. The EE group's short-term spatial memory function was better than the control group.
Conclusion: Continuous EE can improve mouse short-term spatial memory function, combination of EE and aerobic exercise tends to increase pTrkB and pNMDAR but not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andree Kurniawan
"Latar belakang Kanker kepala leher adalah kanker yang paling sering ketujuh di dunia dengan 890.000 kasus baru dan 450.000 kematian tiap tahunnya. Diperkirakan prevalensi karsinoma nasofaring di Indonesia adalah 6,2/100.000 dengan 12.000 kasus baru tiap tahunnya. Terapi definitif untuk kanker kepala leher adalah operasi dengan kemoradiasi sebagai terapi adjuvan sedangkan untuk kanker nasofaring kemoradiasi adalah terapi definitif untuk stadium lokal lanjut, yang paling sering terdiagnosis di Indonesia. Toksisitas kemoradiasi berkaitan dengan malnutrisi dan massa dan kekuatan otot yang rendah. Dengan melakukan intervensi nutrisi dan latihan fisik aerobik dan resistensi, diharapkan angka toksisitas kemoradiasi berkurang. Di Indonesia latihan fisik aerobik resistensi pada kanker kepala leher belum menjadi panduan tatalaksana nasional. Untuk itu diperlukan evaluasi keamanan dan kepatuhan latihan fisik aerobik dan resistensi pada kanker kepala leher dengan malnutrisi yang menjalani kemoradiasi.
Tujuan Mengetahui proporsi malnutrisi pada kanker kepala leher yang akan menjalani kemoradiasi dan mengetahui keamanan dan kepatuhan latihan fisik aerobik dan resistensi untuk dapat dilakukan selama kemoradiasi pada kanker kepala leher degan malnutrisi.
Metode. Penelitian pendahuluan menggunakan desain potong lintang dengan kriteria inklusi pasien kanker kepala leher dan karsinoma nasofaring stadium III-IV yang akan menjalani kemoradiasi, dengan pengambilan sampel secara konsekutif. Subjek akan dievaluasi penapisan malnutrisi dengan Malnutrition screening tool (MST) dan evaluasi data klinis dan laboratorium lainnya. Penelitan utama dengan desain intervensi single arm pre-post study bersama terapi standar nutrisi dengan kriteria inklusi subjek dari penelitian pendahuluan dengan skor MST lebih besar sama dengan 2, usia dewasa 18-59 tahun, status performan ECOG 0-1 dan tanda vital baik. Intervensi yang diberikan berupa latihan fisik aerobik dan resistensi yang terdiri dari uji latih dan latihan selama kemoradiasi. Pengamatan selama kemoradiasi akan dievaluasi kepatuhan dan keamanan serta evaluasi kekuatan genggam tangan, skor MST, skor kualitas hidup dan toksisitas kemoradiasi.
Hasil Sebanyak 36 subjek eligible. Proporsi subjek kanker kepala leher sebelum menjalani kemoradiasi dengan malnutrisi adalah 25 (69,5%) dan berisiko malnutrisi 7 (19,4%). Dari 15 subjek yang eligible untuk latihan fisik aerobik dan resistensi, sebanyak 10 subjek telah menjalani latihan. Dari 13 sesi latihan yang dikerjakan, seluruhnya dapat dilakukan hingga akhir dan tanpa efek samping terkait latihan. Latihan ini hanya terlaksana 13 (31,7%) sesi latihan. Alasannya karena masalah medis dan jadwal untuk dapat terlaksana latihan aerobik dan resistensi. Dengan latihan fisik aerobik dan resistensi terjadi penurunan skor MST 1,7+0,05 p 0,04, kenaikan kekuatan genggam tangan 0,6+0,45 kg p 0,36 dan berat badan 1,93+0,3 kg p 0,521 di akhir minggu kedua. Terdapat perbaikan skor kualitas hidup untuk domain skala gejala mulut kering, pemakaian sonde makan, dukungan nutrisi namun tidak berbeda bermakna secara statistik.
Simpulan Proporsi malnutrisi pada kanker kepala leher sebelum kemoradiasi 69,5%. Latihan fisik aerobik dan resistensi aman untuk dapat dilakukan selama kemoradiasi namun belum mampu laksana karena kepatuhannya 31,7%. Latihan fisik aerobik dan resistensi belum dapat dievaluasi apakah menyebabkan perbaikan malnutrisi, kekuatan otot, dan skor kualitas hidup.

Background Head and neck cancer is the 7th most common cancer in world with 890,000 new cases and 450,000 mortality every year. Approximately the prevalence of nasopharyngeal cancer in Indonesia is 6.2/100,000 with 12,000 new cases every year. Definitive treatment for head neck cancer is surgery continue with chemoradiation as adjuvant therapy, whereas chemoradiation in nasopharyngeal cancer is definitive treatment for locally advance settings which the most common diagnosed in Indonesia. Chemoradiation toxicity related to malnutrition and low muscle mass and strength. Nutritional and aerobic and resistance training can decrease the incidence of chemoradiation toxicity. In Indonesia, these training in head neck cancer have not yet included in national management guideline. Thus, there is a need to evaluate the safety and compliance of aerobic and resistance training in head neck cancer with malnutrition who underwent chemoradiation.
To know the proportion of malnutrition in head neck cancer who underwent chemoradiation and to know the safety and compliance of aerobic and resistance training to be able to be done during chemoradiation in head neck cancer with malnutrition.
Method The cross-sectional study of preliminary study included consecutively head neck cancer and nasopharyngeal cancer stage III-IV who will underwent chemoradiation. The subject will be evaluated for malnutrition screening with malnutrition screening tool (MST) together with other clinical and laboratory baseline data related to malnutrition. The main study was using intervention single arm pre and post study design together with nutritional standard therapy, which included subject from the preliminary study with MST score 2 or higher, adult 17-59 years old, performance status ECOG 0-1 and good vital sign. Subjects will be given aerobic and resistance training as an intervention arm during chemoradiation. Evaluation of safety and compliance together with hand grip strength, MST score, quality of life score using EORTC-QLQ C30 and HN35 and chemoradiation toxicity using National cancer institute common toxicity criteria version 4.0 will be done periodically to included subject.
Result A total of 36 eligible subjects were included. The proportion of malnutrition and disease at risk malnutrition in head neck cancer before underwent chemoradiation was 25 (69.5%) and 7 (19.4%) respectively. Ten of 15 eligible subjective have done aerobic and resistance training. From 13 training session, all of them were done until the end without any complication. There were only 13 (31.7%) training can be done by the subjects during chemoradiation. There were medical and schedule problems explaining why the training have not been able to be done as schedule. Aerobic and resistance training were associated with decreased MST score 1.7+0.05 p value 0.04, increased hand grip strength 0.6+0.45 kg p value 0.36 and body weight 1.93+0.3 kg p value 0.521 at the end of second week. There was an improvement of quality-of-life score for domain symptoms scale dry mouth, tube feeding and nutritional support, however there was not statistically significant.
Conclusion The proportion of malnutrition in head neck cancer before chemoradiation was 69.5%. Aerobic and resistance training safe to be done during chemoradiation. The compliance or feasibility of aerobic and resistance training during chemoradiation was only 31.7%. Aerobic and resistance training was not able to evaluate weather associated with improvement of malnutrition, muscle strength, and quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library