Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Sugiartati Arif
"Latar Belakang: Variasi pada posisi nasion dapat mengubah nilai SNA yang berpengaruh secara signifikan pada interpretasi hubungan rahang sebagai contoh, semakin ke anterior atau superior posisi nasion maka semakin kecil nilai SNA yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai ANB dan perubahan nilai estimasi pada pola skeletal rahang. Titik S dan N yang mewakili bidang basis kranium anterior yang berperan dalam menentukan pola skeletal rahang. Garis S-N yang tidak sesuai dapat mempengaruhi hasil pada analisa sefalometri lateral dengan keadaan S-N yang sangat miring terhadap FHP akan menghasilkan ketidaksesuaian hasil analisa sefalometri lateral dengan keadaan morfologi yang sebenarnya sehingga diperlukan alternatif lain dalam menegakkan diagnosis, antara lain dengan menganalisis basis kranium posterior (S-Ba).
Tujuan: Menganalisis hubungan antara inklinasi basis kranium posterior dengan berbagai pola skeletal rahang.
Metode: Subjek penelitian menggunakan sefalogram lateral pada pasien laki-laki dan perempuan berusia 20-45 tahun yang belum melakukan perawatan ortodonti. Sefalogram lateral dalam kondisi baik dan terlihat jelas serta memiliki kemiringan bidang S-N terhadap bidang Frankfort 5°-7° dengan mengelompokkan masing-masing sefalogram berdasarkan pola skeletal rahang kelas I, kelas II dan kelas III.
Hasil: Uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara basis kranium posterior terhadap pola skeletal rahang kelas II dan kelas III (p<0,05).
Kesimpulan: Rata-rata inklinasi basis kranium posterior pada kelompok pola skeletal II lebih besar (mandibula retrognati) dibandingkan pola skeletal kelas III (mandibula prognati). Terdapat perbedaan bermakna antara inklinasi basis kranium posterior pada pola skeletal kelas I dan kelas III, kelas II dan kelas III. Selain itu terdapat hubungan inklinasi basis kranium posterior pada pola skeletal kelas II dan kelas III yaitu moderate signifikan pada populasi di Jakarta.

Introduction: Variations in the position of nasion could significantly affect the SNA value, which in turn influences the interpretation of jaw relationships. For example, as nasion position moves more anterior or superior, the SNA value decreases, ultimately affecting the ANB value and altering the estimated jaw skeletal patterns. Points S and N represent the anterior cranial base, a crucial role in determining the skeletal jaw patterns. Improper S-N line can affect lateral cephalometric analysis results, as a highly tilted S-N line relative to the Frankfort Horizontal Plane (FHP) can lead to discrepancies between the analysis results and true morphology. Therefore, alternative methods, such as analyzing the posterior cranial base (S-Ba), are needed to establish a diagnosis.
Objective: To determine relationship between posterior cranial base inclination and skeletal jaw patterns.
Materials and Methods: The study included male and female subjects aged 20-45 who had not undergone orthodontic treatment. Lateral cephalograms with clear visibility and a 5°-7° tilted of the S-N plane relative to the Frankfort plane were selected. The cephalograms were grouped based on the skeletal jaw patterns: Class I, Class II, and Class III.
Results: Spearman correlation tests showed a relationship between the posterior cranial base inclination in Class II and Class III skeletal jaw patterns (p<0.05).
Conclusions: The average inclination of the posterior cranial base was greater in the Class II skeletal jaw patterns group (retrognathic mandible) compared to the Class III skeletal jaw patterns group (prognathic mandible). Significant differences were observed in the inclination of the posterior cranial base between Class I and Class III then between Class II and Class III skeletal jaw patterns. Furthermore, there was a moderate significant relationship between posterior cranial base inclination in Class II and Class III skeletal jaw patterns within the Indonesian Subpopulation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruthy Yulianti
"Latar Belakang : Sefalometri lateral merupakan pemeriksaan radiograf penunjang yang menjadi standar utama dalam mengetahui kelainan kompleks kraniofasial anak terutama pada kelainan pola skeletal serta menegakkan diagnosis dan penentuan rencana perawatan. Sefalometri memiliki efek paparan radiasi yang kumulatif dan dapat menginduksi kematian sel sehingga dapat merusak fungsi organ. Sekarang ini, terdapat pergeseran paradigma tujuan perawatan ortodontik yang lebih mengutamakan penilaian jaringan lunak. Fotometri lateral telah digunakan sebagai alat diagnostik non-invasif dan dapat memprediksi nilai keselarasan skeletal. Analisis fotometri dinilai lebih efektif, andal, dan ekonomis dalam menilai morfologi kraniofasial profil wajah. Tujuan : Menganalisa perbedaan jarak dan sudut radiografi sefalometri terhadap fotometri lateral pada anak dengan maturasi vertebra servikal tahap dua dan tiga ras Deutro Melayu sebagai landasan dalam penentuan diagnosis dan rencana perawatan. Metode Penelitian: Penelitian potong lintang dengan total subyek 38 anak dengan CVS 2 – CVS 3 ras Deutro Melayu. Pengambilan radiograf sefalometri lateral dan fotometri lateral serta dianalisis menggunakan aplikasi perangkat lunak (Webceph). Hasil : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara sudut SNA, jarak NA, dan jarak FHP pada sefalometri lateral dengan sudut TrgNA, jarak N’A’, dan jarak FHP’ pada fotometri lateral. Kesimpulan : Fotometri lateral dapat dipertimbangkan menjadi alternatif dalam mengevaluasi kelainan kraniofasial yang lebih sederhana, eknomis, dapat dilakukan berulang dan bersifat radioproteksi.

Background: Lateral cephalometry is a supporting radiograph examination that is the main standard in finding out the abnormalities of the pediatric craniofacial complex, especially in skeletal pattern abnormalities and establishing a diagnosis and determining a treatment plan. Cephalometry has the effect of cumulative radiation exposure and can induce cell death that damage organ function. Currently, there is a paradigm shift in orthodontic treatment goals that prioritizes soft tissue assessment. Lateral photometry has been used as a non-invasive diagnostic tool and can predict skeletal alignment. Photometric analysis is considered more effective, reliable, and economical in assessing the craniofacial morphology of the facial profile. Objective: To analyze the difference in distance and angle of cephalometric radiographs to lateral photometry in children with stage two and three cervical vertebra maturation of the Deutro Malay race as a basis for determining the diagnosis and treatment plan. Methods: A cross-sectional study with a total of 38 subjects with CVS 2 - CVS 3 of Deutro Malay race. Lateral cephalometry and lateral photometry radiographs were taken and analyzed using a software application (Webceph). Results: There is no significant difference between SNA angle, NA distance, and FHP distance in lateral cephalometry with TrgNA angle, N'A' distance, and FHP' distance in lateral photometry. Conclusion: Lateral photometry can be considered as an alternative in evaluating craniofacial abnormalities that are simpler, economical, repeatable and radioprotective."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Siraj Syandi
"Latar Belakang: Pengukuran parameter Sefalometri Lateral yang menjadi bagian integral dalam penegakkan diagnosis yang selama ini dilakukan secara konvensional dengan kertas asetat dan alat tulis sebagai baku emas (gold standard), perlahan mulai digantikan dengan metode manual berbasis digital maupun dengan kecerdasan buatan yang menawarkan efisiensi dan mobilitas yang lebih baik. OneCeph™ dan WebCeph™ merupakan contoh aplikasi dan penyedia layanan tersebut. OneCeph™ merupakan aplikasi smartphone yang telah teruji akurasi dan reliabilitasnya dalam pengukuran parameter Sefalometri Lateral, sedangkan WebCeph™ merupakan aplikasi sekaligus web yang menyediakan layanan pengukuran dengan kecerdasan buatan. Hingga saat ini, belum banyak penelitian yang membandingkan secara langsung kedua metode pengukuran parameter Sefalometri Lateral yang berbeda tersebut dengan menjadikan salah satunya yang telah teruji keakuratan dan reliabilitasnya sebagai kebenaran dasar (ground truth) serta dengan menambahkan metode pengukuran berbasis kecerdasan buatan dengan koreksi manual. Tujuan: Menganalisis perbedaan hasil pengukuran parameter Sefalometri Lateral berbasis digital antara metode manual dengan kecerdasan buatan, serta kecerdasan buatan dengan koreksi manual. Metode: Sebanyak 90 Sefalogram Lateral yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel dilakukan pengukuran terhadap 13 parameter menggunakan kedua aplikasi dengan ketiga metode berbasis digital, yaitu metode manual, metode kecerdasan buatan, dan metode kecerdasan buatan dengan koreksi manual. Uji intraobserver dan interobserver dilakukan dengan uji Intraclass Correlation Coefficient (ICC), perbedaan hasil pengukuran antar metode dianalisis dengan uji One-Way ANOVA dan Kruskal-Wallis. Hasil: 3 dari 13 variabel yang menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada kelompok metode kecerdasan buatan terhadap dua kelompok lain, yaitu SNA, ANB, dan U1NA (Linear). Kesimpulan: Meskipun terdapat perbedaan bermakna hasil pengukuran parameter Sefalometri Lateral antara metode kecerdasan buatan dengan dua metode lain pada beberapa variabel, tetapi potensi serta efisiensi yang ditawarkan metode berbasis kecerdasan buatan cukup baik ketika dibandingkan dengan metode manual.

Background: The measuring Lateral Cephalometric parameters, which is an integral part of establishing a diagnosis, which has previously been carried out conventionally with acetate paper and writing instruments as the gold standard, is slowly starting to be replaced by digital-based manual methods and artificial intelligence which offer better efficiency and mobility. OneCeph™ and WebCeph™ are examples of such applications and service providers. OneCeph™ is a smartphone application that has been tested for accuracy and reliability in measuring Lateral Cephalometric parameters, while WebCeph™ is an application and web that provides measurement services with artificial intelligence. Objective: To analyze the differences in digital-based Lateral Cephalometric parameter measurement results between manual methods with artificial intelligence, and artificial intelligence with manual correction. Methods: A total of 90 lateral cephalograms that met the inclusion and exclusion criteria as samples were measured for 13 parameters using both applications with three digital-based methods, namely manual methods, artificial intelligence methods, and artificial intelligence methods with manual correction. Intraobserver and interobserver tests were carried out using the Intraclass Correlation Coefficient (ICC) test, differences in measurement results between methods were analyzed using the One-Way ANOVA and Kruskal-Wallis tests. Results: 3 of the 13 variables showed significant differences (p<0.05) in the artificial intelligence method group against the other two groups, namely SNA, ANB, and U1NA (Linear). Conclusion: Even though there are significant differences in the results of measuring Lateral Cephalometry parameters between the artificial intelligence method and the other two methods on several variables, the potential and efficiency offered by the artificial intelligence-based method is quite good when compared with the manual method."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Siraj Syandi
"Latar Belakang: Pengukuran parameter Sefalometri Lateral yang menjadi bagian integral dalam penegakkan diagnosis yang selama ini dilakukan secara konvensional dengan kertas asetat dan alat tulis sebagai baku emas (gold standard), perlahan mulai digantikan dengan metode manual berbasis digital maupun dengan kecerdasan buatan yang menawarkan efisiensi dan mobilitas yang lebih baik. OneCeph™ dan WebCeph™ merupakan contoh aplikasi dan penyedia layanan tersebut. OneCeph™ merupakan aplikasi smartphone yang telah teruji akurasi dan reliabilitasnya dalam pengukuran parameter Sefalometri Lateral, sedangkan WebCeph™ merupakan aplikasi sekaligus web yang menyediakan layanan pengukuran dengan kecerdasan buatan. Hingga saat ini, belum banyak penelitian yang membandingkan secara langsung kedua metode pengukuran parameter Sefalometri Lateral yang berbeda tersebut dengan menjadikan salah satunya yang telah teruji keakuratan dan reliabilitasnya sebagai kebenaran dasar (ground truth) serta dengan menambahkan metode pengukuran berbasis kecerdasan buatan dengan koreksi manual. Tujuan: Menganalisis perbedaan hasil pengukuran parameter Sefalometri Lateral berbasis digital antara metode manual dengan kecerdasan buatan, serta kecerdasan buatan dengan koreksi manual. Metode: Sebanyak 90 Sefalogram Lateral yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel dilakukan pengukuran terhadap 13 parameter menggunakan kedua aplikasi dengan ketiga metode berbasis digital, yaitu metode manual, metode kecerdasan buatan, dan metode kecerdasan buatan dengan koreksi manual. Uji intraobserver dan interobserver dilakukan dengan uji Intraclass Correlation Coefficient (ICC), perbedaan hasil pengukuran antar metode dianalisis dengan uji One-Way ANOVA dan Kruskal-Wallis. Hasil: 3 dari 13 variabel yang menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada kelompok metode kecerdasan buatan terhadap dua kelompok lain, yaitu SNA, ANB, dan U1NA (Linear). Kesimpulan: Meskipun terdapat perbedaan bermakna hasil pengukuran parameter Sefalometri Lateral antara metode kecerdasan buatan dengan dua metode lain pada beberapa variabel, tetapi potensi serta efisiensi yang ditawarkan metode berbasis kecerdasan buatan cukup baik ketika dibandingkan dengan metode manual.

Background: The measuring Lateral Cephalometric parameters, which is an integral part of establishing a diagnosis, which has previously been carried out conventionally with acetate paper and writing instruments as the gold standard, is slowly starting to be replaced by digital-based manual methods and artificial intelligence which offer better efficiency and mobility. OneCeph™ and WebCeph™ are examples of such applications and service providers. OneCeph™ is a smartphone application that has been tested for accuracy and reliability in measuring Lateral Cephalometric parameters, while WebCeph™ is an application and web that provides measurement services with artificial intelligence. Objective: To analyze the differences in digital-based Lateral Cephalometric parameter measurement results between manual methods with artificial intelligence, and artificial intelligence with manual correction. Methods: A total of 90 lateral cephalograms that met the inclusion and exclusion criteria as samples were measured for 13 parameters using both applications with three digital-based methods, namely manual methods, artificial intelligence methods, and artificial intelligence methods with manual correction. Intraobserver and interobserver tests were carried out using the Intraclass Correlation Coefficient (ICC) test, differences in measurement results between methods were analyzed using the One-Way ANOVA and Kruskal-Wallis tests. Results: 3 of the 13 variables showed significant differences (p<0.05) in the artificial intelligence method group against the other two groups, namely SNA, ANB, and U1NA (Linear). Conclusion: Even though there are significant differences in the results of measuring Lateral Cephalometry parameters between the artificial intelligence method and the other two methods on several variables, the potential and efficiency offered by the artificial intelligence-based method is quite good when compared with the manual method."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Yastani
"Pendahuluan: mengetahui perbedaan ukuran angular dentokraniofasial antara anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral dan bilateral komplit pasca labiopalatoplasti dibandingkan dengan anak tanpa celah bibir dan langit-langit. Material dan metode: Subyek penelitian terdiri dari 16 anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labiopalatoplasti, 16 anak dengan celah bibir dan langit-langit bilateral komplit pasca labiopalatoplasti, 16 anak tanpa celah bibir dan langit-langit yang berada pada status maturasi vertebra servikalis I dan II. Tahap maturasi vertebra servikalis ditentukan dengan metode oleh Baccetti dkk (2002). Uji statistik yang dilakukan meliputi uji untuk distribusi data yang normal, uji t berpasangan, dan anova dengan tingkat signifikansi p < 0,5. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada sudut insisif atas – bidang maksila antara kelompok unilateral dan normal; terdapat perbedaan bermakna pada sudut ANB, sudut SN/MP, dan sudut insisif atas – bidang maksila antara kelompok bilateral dan normal; terdapat perbedaan bermakna pada sudut SNA, sudut insisif atas – bidang maksila antara kelompok unilateral dan bilateral. Kesimpulan: Inklinasi insisif atas paling terpengaruh oleh celah bibir dan langit-langit. Inklinasi maksila ditemukan sedikit retrusif untuk kelompok celah bibir dan langit-langit unilateral komplit, sedangkat sedikit protrusif untuk kelompok celah bibir dan langit-langit bilateral komplit. Hubungan sagital kelompok bilateral ditemukan paling protrusif, diikuti kelompok normal, dan selanjutnya kelompok unilateral. Kecuraman bidang mandibula ditemukan pada kelompok bilateral

Introduction: To evaluate dentocraniofacial morphology of children with complete unilateral and bilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty. Analysis was made when the children were at first and second stages of cervical vertebral maturation stage, before the peak of maxillary growth. Materials and methods: Sixteen digital cephalometric images of subjects with complete unilateral and bilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty were compared with 16 normal stage-matched controls. Cervical vertebral maturation stage was determined by Method of Baccetti et al (2002). Statistics included tests for normal distribution, paired t test, and anova with the significance level p < .05. Results: There were significant cephalometric differences in UI/MxPl angle between unilateral and normal group; ANB angle, SN/MP angle, UI/MxPl angle between bilateral and normal group; SNA angle, UI/MxPl angle between unilateral and bilateral group. Conclusion: The inclination of upper incisor was most affected by cleft lip and palate. The maxilla inclination was found a little retrusive for unilateral cleft lip and palate, while a little protrusive for bilateral. Sagittal relationship of bilateral was found the most protrusive followed by normal and unilateral group. Mandibular steepness was found for bilateral cleft lip and palate."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library