Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jessica Marsigit
Abstrak :
ABSTRAK
Formalin merupakan larutan pengawet utama dalam preservasi kadaver untuk tujuan pembelajaran. Walaupun formalin terbukti efektif untuk mengawetkan kadaver, ada beberapa efek berbahaya seperti karsinogen, memproduksi toksin, dan menimbulkan iritasi pada mata dan hidung. Karena itu, diperlukan pencarian jenis larutan pengawet lanjutan lain sebagai pengganti atau mengurangi pemakaian formalin. Riset ini bertujuan untuk mengevaluasi efek dari kandidat larutan pengganti formalin, yaitu CaCl2 dan gliserin sebagai larutan pengawet lanjutan untuk mengawetkan jaringan otak. Langkah yang dilakukan adalah otak diawetkan dengan larutan pengawet awal, yaitu 10% atau 20% formalin, lalu dibagi menjadi empat kelompok untuk diawetkan dengan empat jenis larutan pengawet lanjutan dengan, yaitu larutan kontrol berformalin (larutan pengawet standar Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), 15% CaCl2, 20% CaCl2, dan 70% gliserin + 0.1% timol dalam etanol. Observasi dan analisis dilakukan pada struktur makroskopis (konsistensi jaringan dan keberadaan jamur) dan mikroskopis (persentase nekrosis dan abnormalitas jaringan). Pemeriksaan makroskopis memperlihatkan bahwa semua otak yang diawetkan dengan larutan 15% CaCl2 menjadi sangat lembek; jamur tumbuh pada permukaan larutan. Pemeriksaan mikroskopis memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keempat larutan dengan gliserin 70% + timol 0.1% di etanol menunjukkan hasil yang terbaik untuk mengawetkan jaringan mikroskopis otak (p<0.05). Sebagai kesimpulan, gliserin 70% + timol 0.1% di etanol dapat digunakan sebagai pengganti larutan pengawet lanjutan
ABSTRACT
Formalin is the main preservative solution in preserving cadavers used for educational purposes. Even though formalin is proven to be effective in preserving cadavers, there are some harmful effects such as carcinogenic, toxigenic, and caused an irritation to the eyes and nose. That is why it is needed to look for other advanced preservative solution to replace or decrease the usage of formalin. This research is to evaluate the effect of formalin substitution candidates, which are CaCl2 and glycerin as advanced preservative solutions in preserving brain tissues. Steps were done were preserving the brain with the initial fixation, either formalin 10% or formalin 25%, then divided into four groups to be preserved with four types of advanced preservative solution, which is formalin controlled solution (standard preservative solution by Department of Anatomy, Faculty of Medicine Universitas Indonesia), 15% CaCl2, 20% CaCl2, and 70% glycerin + 0.1% thymol in ethanol. Observation and analysis were done on macroscopic structure (tissue consistency and presence of fungi) and microscopic structure (necrotic percentage and tissue abnormality). Macroscopic result showed that brains that were preserved in 15% CaCl2 had mushy condition with presence of surface fungi in the solutions. In microscopic examination, there were significant differences between four solutions with 70% glycerin + 0.1% thymol in ethanol showed the best result to preserve brain tissues (p<0.05). To conclude, 70% glycerin + 0.1% thymol in ethanol can be used as an advanced alternative solution.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Satya Paramitha
Abstrak :
ABSTRAK
Hingga saat ini, pengawet utama kadaver untuk pendidikan anatomi tubuh manusia adalah formalin. Walaupun formalin telah terbukti sebagai materi fiksatif organ yang baik, formalin juga dikenal sebagai materi yang mudah menguap, bersifat iritatif, toksik, dan karsinogenik. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan teknik pengawetan kadaver rendah formalin. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek dari dua jenis larutan bebas formalin (CaCl2 dan gliserin) sebagai larutan pengawet lanjutan terhadap struktur mikroskopik dan makroskopik jantung tikus Sprague Dawley dan dibandingkan dengan formalin (larutan pengawet standar Departemen Anatomi FKUI). Pengamatan struktur makroskopik, yaitu konsistensi organ dan keberadaan jamur dilakukan setiap bulan pada 6 bulan pertama dan setelah satu tahun pengawetan. Pengamatan struktur mikroskopik jaringan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin dilakukan untuk mengetahui persentase nekrosis dan/atau abnormalitas jaringan dalam sepuluh lapang pandang besar. Hasil studi menunjukkan konsistensi organ yang buruk pada jantung yang diawetkan dengan 15% CaCl2 dan 20% CaCl2 dengan penurunan kondisi jaringan lebih cepat pada pengawetan dengan 15% CaCl2; sehingga tidak dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik. Keberadaan jamur ditemukan pada permukaan cairan pengawet, terutama pada larutan 15% dan 20% CaCl2, tetapi tidak ditemukan pada jaringan. Hasil pengamatan struktur mikroskopik yang menunjukkan persentase abnormalitas jaringan yang sama pada jantung yang diawetkan dengan larutan gliserin dibandingkan dengan jantung yang diawetkan dengan larutan pengawet standar. Disimpulkan bahwa larutan CaCl2 memiliki efek pengawetan yang lebih buruk dibandingkan dengan larutan standar berformalin, sementara larutan gliserin memiliki efek pengawetan yang sebanding.
ABSTRACT
As an educational facility, anatomy laboratory is important for medical students and staffs. Therefore, the improvement of appropriate learning and working environment needs to be achieved by finding the most appropriate organ preservation method. Nowadays, formalin is the most common preservative material used for human cadavers. Despite being a good fixative material, formalin is also known to be easily evaporated, irritative, toxic, and carcinogenic. This study aimed to observe the effect of two formalin-free solutions (CaCl2 and glycerine) as advanced preservative materials towards macroscopic and microscopic structures of heart tissue compared to formalin (Standard Preservative Solution of Department of Anatomy, FMUI). Macroscopic observation was conducted by observing organ consistency and the presence of fungi every month in the first six months and after one year of preservation. Meanwhile, microscopic observation was performed by using hematoxylin-eosin staining to determine the percentage of necrosis and/or tissue abnormalities in ten microscopic fields. Results of macroscopic observation showed low organ consistency between hearts preserved in 15% CaCl2 and 20% CaCl2 with earlier decreased consistency in 15% CaCl2; thus, making these results could not be continued for microscopic observation. The presence of fungi was observed only on the surface of preservative solutions, especially on 15% CaCl2 and 20% CaCl2, with no fungi was found on the surface of heart tissue. Results of microscopic observation showed that hearts preserved in glycerine solution had similar percentages of tissue abnormalities compared to Standard Preservative Solution. To conlude, this study demonstrated worse preservative effects of CaCl2 solutions compared to formalin, while glycerine solutions showed good preservative effects; nearly as good as formalin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library