Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Rudita
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armi Wulanawati
"Senyawa 25,26,27,28,- tetrakarboksi -5,11,17,23 -tetra-tertbutilkaliks[ 4]arena, L- adalah ligan makrosiklik yang memiliki empat gugus karboksilat dan ukuran rongga yaang sesuai dengan ukuran jari-jari kation. Hal ini dimanfaatkan untuk membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif melalui pertukaran ion, ikatan koordinasi, dan efek rongga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan gugus karboksilat dalam ligan kaliks[4]arena pada ekstraksi kompleks Na-LH4 terhadap efisiensi ekstraksi, dibandingkan dengan kompleks Na+ dengan ligan LH2 yang hanya memiliki dua gugus karboksilat serta peran Na+ tersebut pada ekstraksi kompleks Ln-LH4 (Ln = Yb, Sm) dalam larutan buffer asetat dan larutan campuran tetrametilamoniumhidroksida dan HCl (TMAH·HCl). Untuk itu, dipelajari pengaruh pH fasa air dan konsentrasi LH4 bebas di fasa organik. Berdasarkan distribusi kompleks yang diperoleh pada berbagai kondisi reaksi tersebut, dapat diperkirakan proses ekstraksi pengompleksan yang terjadi dan spesi yang terbentuk. Hasil percobaan menunj ukkan bahwa dengan membandingkan persen ekstraksi kompleks Na-LH2 terhadap persen ekstraksi kompleks Na-L-, efisiensi ekstraksi meningkat dengan bertambannya gugus karboksilat yang dimiliki suatu ligan. Selain itu, efisiensi ekstraksi meningkat dengan bertambahnya pH fasa air dan kosentrasi ligan bebas di fasa organik. Hal yang serupa terjadi pula pada ekstraksi kompleks Ln-LH4 (Yb, Sm). Pada ekstraksi kompleks Ln3+ ini melibatkan dua spesi kompleks dengan spes1 kompleks pertama LH3 Yb Na+ terletak pada daerah yang lebih asam dibandingkan spesi kompleks kedua LH2 YbNa2+ akibat adanya ion logam natrium yang dapat bertindak sebagai koekstraktan, sehingga meningkatkan efisiensi ekstraksi kompleks lantanida."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johny Wahyuadi Mudaryoto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nici Trisko
"Tailing residu bauksit hasil pencucian pada pengolahan bijih bauksit di daerah Madong, Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau menumpuk sangat banyak, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Salah satu pengolahan dan pemanfaatan limbah tersebut adalah dengan mengekstraksi logam lantanida yang terkandung di dalamnya. Proses pemisahan lantanida terdiri atas tiga tahap: pemisahan secara magnetik, ekstraksi padat-cair dengan menggunakan asam sulfat dan proses pengendapan. Proses pemisahan tailing bauksit secara magnetik dengan menggunakan alat magnetik sepator dengan intensitas 1400 gauss didapatkan sebanyak 3,37 material magnetic, 12,97 material low-magnetic, 81,54 material non-magnetic dari total sampel awal dengan nilai recovery sebesar 97,9. Kinetika proses leaching tailing bauksit dengan menggunakan asam sulfat dikontrol oleh proses difusi dengan energi aktivasi 48,15 kJ/mol. Logam lantanida berhasil diendapkan dengan dua tahap proses pengendapan. Tahap pertama menggunakan natrium sulfat dan natrium hidroksida didapatkan analisis ICP-OES komposisi lantanum 11,84, cerium 1,16 dan ytrium 0,00035 dengan nilai recovery proses adalah 54,66 lantanum, 4,80 cerium dan 0,013 ytrium. Tahap kedua dengan menggunakan natrium fosfat dan natrium hidroksida didapatkan analisis ICP-OES komposisi lantanum 0,00108, cerium 0,00262 dan 0,00022 ytrium dengan nilai recovery proses adalah 2,59 lantanum, 5,50 cerium dan 4,39 ytrium. Nilai recovery total proses pengendapan adalah 57,25 lantanum, 10,39 cerium dan 4,40 ytrium.

Tailings residue of bauxite produced in Madong, Bintan Island, Riau Islands Province as result of bauxite ore leaching causing a new problem in ecological issues. It made an environmental pollution due to its cumulation product. This separation process involves three main steps separation with magnetic process, extraction solid liquid with sulphuric acid and precipitation process. Separation process using magnetic with magnetic separator in intensity 1400 gauss separated magnetic material 3.37, 12.97 low magnetic material and 81.54 non magnetic material from initial sample with 97.9 recovery value. The leaching kinetics is controlled by diffusion with activation energy was 48.15 kJ mol. The lanthanide precipitated with two stages of precipitation. The first stage using sodium sulphate and sodium hidroxide was precipitation consist 11.87 lantanum, 1.16 cerium and 0.00035 ytrium with recovery value 54.66 lantanum, 4.80 cerium dan 0.013 ytrium. The second stage using sodium phospate and sodium hydroxide was obtained precipitation consist lantanum 0.00108, cerium 0.00262 and 0.00022 ytrium with recovery value 2.59 lantanum, 5.50 cerium dan 4.39 ytrium. Total recovery value sepation process was 57.25 lantanum, 10.39 cerium and 4.40 ytrium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Bintang R.
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ely Setiawan
"ABSTRAK
Studi teoritis struktur dan spektrum elektronik kompleks lantanida terpyridine
tersubstitusi gugus heterosiklik tak jenuh cincin 5 yaitu pyrrole, furan dan
thiophene telah dilakukan menggunakan metode Sparkle/RM1 untuk memperoleh
geometri yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Analisis energi, muatan
parsial dan panjang ikatan dilakukan untuk memperoleh sifat strukturnya. Untuk
mendapatkan spektrum elektronik, sparkle diganti dengan titik muatan dengan
posisi ligan hasil optimasi geometri Sparkle/RM1, dengan menggunakan metode
ZINDO/S. Hasil optimasi geometri menunjukkan bahwa metode Sparkle/RM1
dapat digunakan untuk memprediksi geometri ligan dan kompleks lantanida
terpyridine tersubstitusi gugus heterosiklik tak jenuh. Hasil optimasi menunjukkan
bahwa ion lantanida pada kompleks [Ln(L)(NO3)3] memiliki bilangan koordinasi
9, yang berikatan dengan satu ligan tridentat L (terpyridine tersubstitusi gugus
heterosiklik) dan tiga gugus nitrat sebagai ligan bidentat Perhitungan frekuensi
ligan dan kompleks lantanida terpyridine tersubstitusi gugus heterosiklik tak jenuh
menghasilkan spektrum IR dengan cukup akurat. Analisis spektrum elektronik
menghasilkan spektrum UV-Vis kompleks [Ln(L)(NO3)3] memiliki serapan yang
lebih tinggi dan memiliki serapan yang lebih besar dari spektrum UV-Vis ligan
dalam keadaan bebas.

ABSTRACT
Theoretical studies of structure and electronic spectra on lantanides complexes of
unsaturated five-membered heterocyclic rings substituted terpyridine has been
conducted using the Sparkle/RM1 method. The structures optimized using
Sparkle/RM1 method to obtain the most close structures with those in real
experiments. Energy, partial charge and bond distance analysis have been done to
predict the structure properties. For the calculation of the electronic spectra of the
complexes, the sparkle is replaced by a point charge with ligand held in the
positions as determined by Sparkle/RM1, and uses a ZINDO/S methods. The
result of the calculation showed that free ligand and its lanthanides complexes
could be predicted by Sparkle/RM1 methods. Optimized geometri showed that in
the complex [Ln(L)(NO3)3], lanthanide ion is 9-coordinate, being bonded to one
tridentate L ligand (unsaturated heterocyclic substituted terpyridine) and three
bidentate nitrates. IR spectra from the frequency calculation of the ligand and its
complexes has been obtained with a good acuracy. The calculation of the
electronic/UV-Vis spectra of the complexe [Ln(L)(NO3)3] has more higher
absorption and displaying a red shift than UV-Vis spectra of free ligand."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T36873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairu Nuzula
"Lantanida banyak diaplikasikan sebagai sistem penghantaran obat. Ini disebabkan sifat flourosensinya yang baik. Selain itu lantanida diduga memiliki aktivitas antijamur. Sementara Kitosan adalah matriks yang umum digunakan dalam sistem penghantaran obat. Matriks Kitosan sebagai penghantar obat berkoordinasi dengan lantanida memiliki potensi yang penting dalam studi penghantaran obat. Dalam studi pengantaran obat, sifat toksisitas menjadi pent ing karena obat yang digunakan tidak boleh membahayakan tubuh. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui toksisitas dari sistem penghantaran obat komposit kitosan termodifikasi lantanida dan Fe3O4. Selain itu penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui potensi lantanida sebagai obat antijamur. Dari penelitian didapatkan bahwa komposit obat yang didapatkan memiliki toksisitas LC50 pada Artemia salinia sebesar 3600-3900 ppm yang masih memenuhi standar toksisitas. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa lantanida ketika berkoordinasi dengan model obat ataupun dengan kitosan sebagai ligan dapat meningkatkan aktivitas antijamurnya dibanding dengan lantanida ataupun ligan tanpa koordinasi.

Lanthanides applied mainly in drug delivery system because of its good flourosence property. Furthermore, lanthanides is considered as an active antifungal agent. Chitosan matrices to bind a coordinated lanthanides-drug composite have great potential in terms of controlled release in vivo study. In drugs release, the drugs may not inhibit a potential toxicity because of clinical reason. This research is to determine the toxicity o a samarium and iron-oxide modified chitosan composite. From the research it is determined that the toxicity LC50 of composite is ranging from 3600 to 3900 ppm in Artemia salina which is still acceptable toxicity. The antifungal activity of the composite also determined better than the precursor and ligands when not coordinated complex.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Zaim Hakim
"ABSTRAK
Sintesis ligan turunan pirazol 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin telah berhasil dilakukan dengan metode kondensasi Claisen-Schmidt diikuti dengan penambahan fenil hidrazin berlebih dalam medium pelarut etanol. Padatan kuning kemerahan dengan yield sebesar 28,85% kemudian dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan spektrometer H-NMR. Studi spektroskopi UV-Vis dilakukan untuk mengetahui pembentukan kompleks antara logam lantanida dengan ligan dalam pelarut asetonitril. Uji aplikasi fluoresens dengan spektrofluorometer diamati untuk melihat perubahan intensitas emisi pada penambahan logam La3+ dan Eu3+. Hasil studi dengan spektroskopi UV-Visible menunjukkan pembentukan kompleks [EuL2]3+ dengan perbandingan Eu3+ : L (1:2) terjadi pada panjang gelombang 366 nm, sedangkan kompleks [LaL3]3+ dimana perbandingan La3+ : L (1:3) terjadi pada λmax 342 nm. Analisis fluoresensi menunjukkan ligan memiliki λ eksitasi 257 nm dan 365 nm dengan nilai absorptivitas molar yang cukup besar pada konsetrasi 2x10-5 M. Penambahan logam La3+ menghasilkan efek fluorescence enhancement pada panjang gelombang emisi 355 nm. Sedangkan penambahan Eu3+ menunjukkan efek pemadaman intensitas emisi pada panjang gelombang 340 nm. Studi selektivitas ligan terhadap keberadaan ion Eu3+ dan La3+ secara bersamaan menunjukkan ligan merupakan fluoresensor yang selektif terhadap La3+ pada λ eksitasi dan λ emisi 257 nm dan 356 nm serta terhadap Eu3+ pada λ eksitasi 273 nm dan λ emisi 341 nm

ABSTRAK
Synthesis of pyrazole derivative ligand 2- (1,5-diphenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazole-3-yl) pyridine has been successfully carried out by the method of Claisen-Schmidt condensation followed by the excess addition of phenyl hydrazine in ethanol solution. Reddish yellow solid with a 28.85% yield then characterized using FTIR , UV-Visible, and H1-NMR spectroscopy. UV-Visible spectroscopy study was conducted to determine the complex formation between lanthanide ions with ligands. Fluorescence application test with spectrofluorometer was observed in ligand emission intensity change upon addition of La3+ and the Eu3+. The study by UV-Visible spectroscopy show complex formation of [EuL2]3+ with the ratio Eu3+ : L (1:2) occurs at a absorption wavelength of 366 nm, while the complex [LaL3]3+ with the ratio La3+ : L (1:2) occurred at 342 nm in acetonitrile solution. Fluorescence analysis showed ligands have two excitation λ at 257 nm 365 nm with a appreciable molar absorptivity in concentration 2x10-5 M. The addition of La3+ metal lead to the fluorescence enhancement effect on the λem at 355 nm. While the addition of the Eu3+ demonstrates the effect of fluorescence quenching at the λem 340 nm. Ligand selectivity studies of the existence of ion Eu3+ and La3+ simultaneously show selective fluorescence against La3+ occurred at λex and λem 257 nm and 356 nm as well as the Eu3+ occurred at 273 nm and 341 nm respectively."
2016
S64244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakaria Jaka Bahari
"Penelitian ini merupakan studi tentang proses pemisahan lantanida dari limbah penambangan bijih bauksit yang diperlukan sebagai bahan dasar dalam proses pembuatan alumunium. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah separasi magnetik dengan magnetic separator dan proses ekstraksi padat cair yang akan dilamjutkan dengan pengendapan menggunakan metode pengaturan pH 3,5 dan 9. Penelitian dilakukan dengan metode separasi magnetik dimana limbah tailing bauksit akan diperkecil ukuran partikelnya hingga mencapai ukuran 200 mesh menggunakan grinder, dan diberi perlakuan panas menggunakan furnace pada suhu 500oC yang kemudian akan melalui proses separasi magnetic menggunakan magnetic basah dengan intensitas 1400 gauss dengan tujuan untuk memisahkan logam lantanida dan non-lantanida berdasarkan sifat kemagnetannya. Proses ini dapat memisahkan sampel magnetic, low magnetik dan non-magnetic sebanyak 3,37, 12,97 dan 81,54 dengan loss sebesar 2,12. Sampel yang bersifat non-magnetic direaksikan dengan asam oksalat pada proses leaching dengan 5 variasi suhu 25, 40,60,75 85oC dan konsentrasi 0.5, 1, 2, 3, 5 mol/L. Selanjutnya, melalui proses pengendapan menggunakan natrium sulfat dan fosfat sebagai agen pengendap. pH pengendapan diatur dengan larutan ammonia dan natrium hidroksida dimana proses tersebut menghasilkan recovery lanthanum paling optimum sebesar 68,23, cerium 18,88, dan yttrium 7,84.

The present work describes the extraction of rare earth elements REE from tailing bauxite by mechanical and chemical processes with oxalic acid. The aim of this study to obtain the best condition for upgrading and extraction of REE from the tailing bauxite. The effects of magnetic separation, mechanical treatment and chemical process were studied in details. The tailing bauxite sample was pre treated by i reduce the particle size until 200 mesh 74 m, ii wet magnetic separation using below 1,400 gauss. After treated by mechanical process, then the sample was extracted by chemical process using 1.0 mol L oxalic acid solution at 75 C for 2 hours to reduce the content of iron oxides in the tailing bauxite. The rare earth oxalate was obtained and purified by the addition of sodium sulphate in order to obtain the precipitation of rare earth element REE sodium disulphate NaREE SO4 2. xH2O. To obtain the individual rare earth elements, the REE sulphate sample is converted into high soluble compound, namely REE hydroxide using sodium hydroxide NaOH solution. Magnetic separation efficient was 5 percent resulting 3 outputs. The most efficient leaching condition is 40 C with 1mol L oxalic acid solution concentration. The recovery shows 68,23 of lanthanum, 18,88 cerium and 7,84 yttrium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>