Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henry Falentino
"Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan manusia secara tidak sadar diliputi oleh unsur-unsur politik. Unsur-unsur politik tersebut digunakan untuk mencapai tujuan lertentu. Unsur-unsur politik yang digunakan terkadang didapat dengan cara mengaktifkan atribut kebudayaan yang dimiliki seseorang untuk dipertentangkan dengan atribut orang lain. Isu berupa stereotip dan praduga kemudian diciptakan untuk mendukung pengaktifan atribut lersebut untuk mencapai tujuan.
TOEFL adalah sebuah alat yang berguna untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris dari orang-orang yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu mereka. Sebagai sebuah produk, TOEFL memiliki target sasaran yang jelas sekaligus menjadi pasar, yaitu golongan minorilas yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu mereka. Isu yang dikembangkan dalam TOEFL adalah penutur asli bahasa Inggris yang notabene tidak perlu diukur kemampuan bahasa Inggrisnya karena dibawa secara askriptif dan penulur asing bahasa asing yang harus diukur kemampuan bahasa Inggrisnya. Isu penutur asli dan asing ini dikembangkan dinegara-negara bagian yang mempromosikan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional.
Tesis ini membahas unsur-unsur politik bahasa dalam TOEFL di Amerika yang menjadikan TOEFL sebagai sebuah "kebijakan" dalam pranata pendidikan tinggi dan badan-badan lainnya di negara-negara bagian yang mempromosikan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional.

The term "politics" has long been considered to be several troublesome side-issues to the mainstream of human's culture. People are never aware that whatever they do often times involve `politics' to reach the goal in their real life situation.
TOEFL is a tool that functions to measure the English proficiency of those people whose mother tongue is not English. As a product, TOEFL has a 'political target' which also becomes the market; that is, those who belong to the minorities where English is not their mother tongue. The issue raised in the TOEFL is the differentiation among those who are Native Speakers and Non-Native Speakers of English. Those who are Native Speakers of English do not need to be measured in terms of their language proficiency whereas those who are minorities need to be assessed. The issue of Native and Non-Native Speaker of English is then widely dispersed in the states which promote English as a National Language which then it becomes a "Covert Policy" in the US.
This study discusses some political elements of language in TOEFL in America that make TOEFL a "Covert Policy" as in English in Higher Educational institutions suh as Universities, Colleges as well as agents on which slates that promote English as a National Language are located. This study also attempts to demonstrate several implicatures of TOEFL throughout research findings.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Kuswandari
"Penelitian ini dilatar-belakangi kenyataan bahwa di dalam masyarakat yang trauma terhadap budaya militerisme (kekerasan militer) setelah dipraktekkan penguasa Orde Baru selama lebih dari tiga dekade, Jendral Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meraih kemenangan, dalam kampanye Pemilihan Presiden yang, karena dipersepsi sebagai "warga militer berwajah sipil" Dalam menjalankan pemerintahannya, SBY harus dapat mencapai sasaran-sasarannya dan tetap diterima oleh masyarakatnya, untuk dapat mendominasi.
Bahasa dalam komunikasi digunakan secara aktual untuk mencapai sasaran tertentu (parole). Saussure telah menjalankan bagaimana penggunaan bahasa sebagai speech (parole) dan sebagai bahasa formal (language). SBY pula melakukan komunikasi dengan bahasanya dalam upaya mendominasi masyarakatnya. Selanjutnya apakah ideologi baru tertuang dalam pesan-pesan disampaikan dalam komunikasi politik SBY untuk mendominasi masyarakat ini? Melalui analisa wacana kritis (Critical Discourse Analysis - CDA) penelitian ini memfokuskan pada wacana dan teks yang mempromosikan ideologi yang dibawa SBY, untuk membangun dan memelihara kekuasaan. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: pertama, melihat bagaimana SBY merepresentasikan ideologi militerisme dalam teks-teks pidato lisannya; kedua, menemukan nilai-nilai baru yang diciptakan SBY dalam ideologi yang ditularkannya ke masyarakat melalui teks-teks pidatonya.
Penelitian ini kemudian meneliti pesan dalam teks-teks transkripsi pidato pengarahan dan sambutan Presiden mulai bulan Oktober hingga Desember 2004. Transkripsi teks-teks pengarahan dipilih dengan melihat arahan yang merujuk pada skup kepentingan nasional, serta pertimbangan kedekatan konteks penelitian.
Melalui model Norman Fariclough yang mengintegrasikan secara bersama-sama analisis wacana berdasarkan linguistik dan pemikiran sosial - politik, penelitian ini, menyimpulkan bahwa SBY terbukti membawa ideologi baru melalui teks-teks pidato yang disampaikan, untuk dapat diterima dan mendominasi seluruh masyarakatnya Ideologi ini termasuk nilai-nilai militer yang secara hegemoni ditekankan pada makna positif, sesuai nilai yang diterima oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan ditemukannya nilai-nilai militer yang secara positif masih dimaknai oleh SBY yaitu: loyalitas, kedisiplinan, kejantanan. Sedangkan ideologi baru yang dibawanya yaitu: perdamaian, profesionalisme dan konsiliasi. Juga adanya perubahan makna-makna dalam nilai-nilai yang pemah dibawa Orde Baru yaitu padakosa kata seperti : normalisasi, demokrasi dan pembangunan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T 21544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library