Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ristya Farah Mufida
"Pembangunan kota yang semakin intensif membuat kota semakin panas. Hal ini dapat diidentifikasi dari pola spasial suhu permukaan daratan (SPD), yang merupakan salah satu indikator terjadinya pemanasan global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan SPD beserta pengaruh antara tutupan lahan, kerapatan bangunan, kerapatan vegetasi terhadap suhu permukaannya. Variabel yang digunakan didapat dari hasil pengolahan citra Landsat 7 (tahun 1999), Landsat 5 (tahun 2006) dan Landsat 8 (tahun 2014).
Hasil analisa menunjukkan bahwa distribusi suhu permukaan daratan mengikuti pola tutupan lahan, kerapatan bangunan dan kerapatan vegetasi di Kota Bekasi. Perkembangan kota dapat terlihat dari perubahan dominasi tutupan lahan dari vegetasi di tahun 1999 berubah menjadi lahan terbangun tahun 2006-2014. Kecamatan yang telah mengalami perkembangan pesat berada di Kecamatan Jatiasih. Lahan terbangun memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap peningkatan suhu permukaan daratan, yang kemudian diikuti oleh lahan terbuka, badan air dan vegetasi.
Dari tahun 1999-2014, variasi suhu permukaan daratan semakin bertambah karena semakin menurunnya kerapatan vegetasi akibat kerapatan bangunan yang semakin meningkat. Wilayah dominasi SPD tinggi mengalami pergeseran dari bagian utara ke tengah kota pada periode 1999-2006 dan terus menuju bagian selatan pada periode 2006-2014, dengan pola SPD tinggi berada di sepanjang jalan arteri.

Intensified urban development makes cities hotter. It can be identified from the spatial patterns of land surface temperature (LST), which is one indicator of global warming. This study aims to determine the development of the LST and the influence between land cover, building density, vegetation density on the surface temperature. Variables used obtained from image processing Landsat 7 (1999), Landsat 5 (2006) and Landsat 8 (2014).
The analysis shows that the distribution of land surface temperature follows the pattern of land cover, vegetation density and building density in Bekasi City. Development of the city can be reflected from the dominance of land cover change of vegetation in 1999 turned into land up in 2006-2014. Rapidly growing district is Jatiasih District. Land up having the strongest influence on the increase in land surface temperature, which is then followed by open land, water area and vegetation.
From 1999 to 2014, the land surface temperature variation is increasing due to the decline in the density of vegetation as a result of the ever increasing building density. Region of high land surface temperature dominance shifted from the north to the center of the city in the period 1999-2006 and continue towards the south in the period 2006-2014, with a high temperature pattern is along the arterial roads.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miga M. Julian
"This study is intended to simulate the river discharges in major watersheds of northwestern Java, Indonesia. The five largest watersheds are considered: Ciujung, Cisadane, Ciliwung, Citarum, and Cimanuk. The simulation period covers the 20th century and early 21st century, from January 1901 to June 2006, at a monthly time step. Discharge simulation was carried out using STREAM (Spatial Tools for River Basins and Environmental and Analysis of Management Option). The input data for the simulation are climate (precipitation and temperature), land cover and topographic data. Setup and analysis of input data are also part of this study. The Mann-Kendall test and linear regression were used to detect trends. Temperature datasets show statistically significant increasing trends for all periods and areas. Significant increasing trends of precipitation occurred in the latest 16-year period (1990-2006) in hilly and middle areas. A positive trend of simulated discharge is seen in all watersheds and periods. They are only significant for Ciujung (periods of 1950-2006 and 1975-2006), Cisadane (periods of 1950-2006 and 1990-2006), and Ciliwung (periods of 1950-2006, 1975-2006, and 1990- 2006). The most noteworthy trend is seen in the 1990-2006 period. Over the course of the 20th and early decade of the 21st century, monthly discharges have increased by 3% to 9%."
Lengkap +
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2011
UI-IJTECH 2:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Hermawan
"Pada tahun 2000 wilayah Kabupaten Jembrana menjadi wilayah dengan luasan hutan paling luas di Provinsi Bali, namun hal ini berubah seiring perkembangan penduduk dan kebutuhan masyarakat. Adanya aktivitas masyarakat dalam mengubah hutan menjadi bentuk lainnya seperti sawah dan kebun menjadi andil utama pada perubahan hutan yang ada di Jembrana. Aktivitas ngawen atau kegiatan merambah hutan demi memanfaatkan hutan sebagai lahan produktif membuat wilayah hutan di Jembrana sedikit demi sedikit berkurang. Ngawen menyebabkan perubahan pada wilayah yang dahulu merupakan tutupan lahan hutan berubah menjadi tutupan lahan non-hutan. Guna meneliti perubahan tutupan lahan di Jembrana, klasifikasi data berdasarkan citra tahun 2000 hingga 2020 dilakukan dengan metode klasifikasi terbimbing menggunakan citra Landsat 7. Selain itu, dilakukan pula proses wawancara serta observasi guna memeroleh data terkait aktivitas ngawen oleh masyarakat. Berdasarkan hasil pengolahan data citra, didapatkan bahwa tutupan lahan hutan di Jembrana berkurang hingga sekitar 30 ribu hektar pada kurun waktu 20 tahun yakni dari tahun 2000 hingga tahun 2020. Melalui hasil analisa fragmentasi juga nampak bahwa wilayah Jembrana telah mengalami fragmentasi pada 34 persen wilayahnnya dan 12 persen diantaranya termasuk dalam kategori sangat tinggi. Adanya perubahan pada tutupan lahan ini berakibat pada terjadinya peristiwa kebencanaan seperti banjir dan tanah longsor yang belum lama ini terjadi. Berdasarkan penuturan informan, peristiwa bencana ini terjadi pasca maraknya aktivitas ngawen yang ada di wilayah hutan Jembrana. Perubahan tutupan lahan di Jembrana sebenarnya sudah berusaha dicegah dan diatur oleh pemerintah melalui upaya pembentukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana tahun 2012-2032. Namun berdasarkan hasil pemodelan di tahun 2032 wilayah Jembrana diprediksikan tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang disusun oleh pemerintah. Wilayah hutan yang direncanakan menutupi 53 persen wilayah Jembrana, berdasarkan pemodelan hanya mampu menutupi sekitar 32 persen dari keseluruhan wilayah Jembrana.
......In 2000 the Jembrana Regency area became the area with the largest forest area in Bali Province, but this changed with the development of the population and community needs. The existence of community activities in turning forests into other forms such as rice fields and gardens is the main contribution to the changes in forests in Jembrana. Ngawen activities or activities to penetrate forests to use forests as productive land make the forest area in Jembrana gradually reduced. Ngawen caused changes in the area that used to be forest land cover turned into non-forest land cover. To examine changes in land cover in Jembrana, the classification of data based on imagery from 2000 to 2020 was carried out by guided classification method using Landsat 7 imagery. In addition, there is also an interview and observation process to obtain data related to authorized activities by the community. Based on the results of processing image data, it was found that forest land cover in Jembrana was reduced to about 30 thousand hectares in the period of 20 years, from 2000 to 2020. Through the results of fragmentation analysis, it also appears that the Jembrana region has experienced fragmentation in 34 percent of its territory and 12 percent of them fall into a very high category. The existence of changes in land cover resulted in disaster events such as floods and landslides that recently occurred. Based on the informant's account, this disaster event occurred after the rise of ngawen activities in the Jembrana forest area. Changes in land cover in Jembrana have actually tried to be prevented and regulated by the government through efforts to establish a Spatial Plan for Jembrana Regency in 2012-2032. However, based on the results of modeling in 2032, the Jembrana region is predicted to be not in accordance with the spatial plan drawn up by the government. The planned forest area covers 53 percent of Jembrana area, based on modeling is only able to cover about 32 percent of the entire Jembrana area.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hamid
"

Data LiDAR banyak menggantikan data dua dimensi untuk merepresentasikan data geografis karena kekayaan informasi yang dimilikinya. Salah satu jenis pemrosesan data LiDAR adalah segmentasi semantik tutupan lahan yang mana telah banyak dikembangkan menggunakan pendekatan model deep learning. Algoritma-algoritma tersebut menggunakan representasi jarak Euclidean untuk menyatakan jarak antar poin atau node. Namun, sifat acak dari data LiDAR kurang sesuai jika representasi jarak Euclidean tersebut diterapkan. Untuk mengatasi ketidaksesuaian tersebut, penelitian ini menerapkan representasi jarak non-Euclidean yang secara adaptif diupdate menggunakan nilai kovarian dari set data point cloud. Ide penelitian ini diaplikasikan pada algoritma Dynamic Graph Convolutional Neural Network (DGCNN). Dataset yang digunakan dalam penelitian ini adalah data LiDAR Kupang. Metode pada penelitian ini menghasilkan performa nilai akurasi 75,55%, di mana nilai akurasi ini lebih baik dari algoritma dasar PointNet dengan 65,08% dan DGCNN asli 72,56%. Peningkatan performa yang disebabkan oleh faktor perkalian dengan invers kovarian dari data point cloud dapat meningkatkan kemiripan suatu poin terhadap kelasnya.


LiDAR data widely replaces two-dimensional geographic data representation due to its information resources. One of LiDAR data processing tasks is land cover semantic segmentation which has been developed by deep learning model approaches. These algorithms utilize Euclidean distance representation to express the distance between the points. However, LiDAR data with random properties are not suitable to use this distance representation. To overcome this discprepancy, this study implements a non-Euclidean distance representation which is adaptively updated by applying their covariance values. This research methodology was then implemented in Dynamic Graph Convolutional Neural Network (DGCNN) algorithm. The dataset in this research is Kupang LiDAR. The results obtained performance accuracy value of 75.55%, which is better than the baseline PointNet of 65.08% and Dynamic Graph CNN of 72.56%. This performance improvement is caused by a multiplication of the inverse covariance value of point cloud data, which raised the points similarity to the class.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati Sugiyo
"Kota Semarang merupakan kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia. Berbagai permasalahan lingkungan sering timbul sebagai dampak dari banyaknya konversi lahan di wilayah pesisir maupun perbukitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan lanskap dan penutup lahan di Kota Semarang periode tahun 1996-2016. Pengolahan Citra Landsat tahun 1996, 2003, dan 2016 dilakukan untuk memperoleh klasifikasi penutup lahan. Penggunaan Indeks Lanskap seperti PD, PLAND, LPI, LSI, MNN, IJI, SHDI, dan SHEI dilakukan untuk menganalisis struktur dan pola lanskap. Regresi Logistik Biner digunakan untuk membuat model perubahan lanskap dan penutup lahan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Faktor fisik, sosial ekonomi, dan lingkungan digunakan sebagai variabel prediktor dari model tersebut. Pada periode tahun 1996-2016, lahan yang ada semakin terfragmentasi dengan tingkat percampuran dan pola persebaran antar penutup lahan yang tinggi. Pada tahun 1996-2003, hal tersebut dominan terjadi di wilayah ketinggian 25-100 mdpl, sedangkan pada periode tahun 2003-2016, hal tersebut terjadi di wilayah ketinggian 100-500 mdpl. Model perubahan lanskap dan penutup lahan Kota Semarang paling baik diterapkan pada wilayah ketinggian 100-500 mdpl. Berdasarkan model tersebut, probabilitas perubahan lanskap dan penutup lahan paling tinggi adalah ketika berada di wilayah yang tinggi dan datar, kerapatan sungai dan jalan yang relatif tinggi, kepadatan penduduk tinggi, status tanah berupa Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan, nilai tanah yang rendah, dan jarak yang relatif jauh dari pusat kota.
......
Semarang City is one of the largest city in Indonesia. Tidal flooding, flash floods, sea water intrusion at the coast and landslide at the hills, are the issues the city currently dealt with as a side effect of land conversion. The study on spatial pattern and its change of landscape land cover is important for a better understanding in environmental management at this city. Landsat images from 1996, 2003 and 2016 and eight landscape indices PD, PLAND, LPI, LSI, MNN, IJI, SHDI, dan SHEI were used to analyze landscape land cover pattern and its change. Binary Logistic Regression and geography information system were used to build a mathematical and spatial modelling of landscape land cover change using driving factors such as elevation, slope, land subsidence, population density, land ownership, land price, street density, drainage density, and distance from city center. Landscape indices shows that the highest land utilization higher PD, LSI, MNN, IJI, SHDI, SHEI and lower LPI mostly occurred at elevation 25 100 meter in 1996 and 2003 and in 2016, it occurred at elevation 100 500 meter. In the period of 1996 2003, land fragmentation with high mixing and diversity occurred at elevation 25 100 meter, while in the period 2003 2016, it occurred at elevation 100 500 meter. Spatial modeling of landscape land cover at Semarang City is best applied at elevation 100 500 meter. The probability of landscape land cover change is high when located at the high and flat areas, high drainage and street density, highest population density, and lowest land price. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Ibrahim
"Meningkatnya laju pembangunan dan pertumbuhan penduduk di Kota Depok, telah mendorong terjadinya perubahan penutup lahan. Lahan yang paling rentan terhadap perubahan tersebut yaitu lahan permukiman karena posisi Kota Depok yang cukup strategis untuk pembangunan perumahan, sehingga diprediksi akan terjadi perkembangan kawasan permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model prediksi perkembangan kawasan permukiman di kota Depok serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spasial dinamik dengan metode Cellular Automata CA dan metode Rantai Markov Markov Chain untuk prediksi perkembangan serta metode Multi Layer Perceptron Neural Network MLPN untuk menguji nilai transisi potensial dari setiap variabel dan faktor penggerak driving factor. Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu koleksi data sekunder, ekstraksi data dan interpretasi citra penginderaan jauh, dan pengecekan lapangan. Analisis data meliputi perubahan penutup lahan, faktor penggerak driving factor, dan RTRW Kota Depok Tahun 2012-2032.
Secara spasial perubahan penutup lahan di Kota Depok menunjukan hasil yang cukup signifikan bahwa selama kurun waktu 15 tahun mulai dari periode tahun 2000-2015 diketahui bahwa telah terjadi perubahan penutup lahan antara Daerah Bervegetasi dengan Permukiman dan Bangunan yang berbanding terbalik dimana luas lahan Permukiman dan Bangunan semakin bertambah sedangkan luas lahan Daerah Bervegetasi semakin menurun di Kota Depok. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan permukiman di Kota Depok adalah Jarak ke Jalan, Jarak ke Fasilitas Pendidikan, dan Jarak ke Kantor Pemerintah, sedangkan faktor lain yaitu Kelerengan dan Daerah Rawan Longsor tidak mempengaruhi perkembangan kawasan permukiman di Kota Depok. Model spasial yang dibangun untuk memprediksi perkembangan kawasan permukiman di Kota Depok hingga tahun 2032 menunjukan bahwa kawasan permukiman di Kota Depok berkembang luas dengan persentase 73,12 dari seluruh luas wilayah yang ada dan dengan nilai validasi Kappa sebesar 87,73.
......
The increasing pace of development and population growth in Depok, has led to the change in land cover. Land most vulnerable to these changes, namely land settlement for the position of Depok strategic for the construction of housing, which is predicted to occur the development of residential areas. This research aims to create a predictive model development of residential areas in the city of Depok and analyzes the factors that influence these developments. The approach used in this study is a model of spatial dynamics method Cellular Automata CA and the method of Markov Chain Markov Chain for the prediction of the development as well as methods of Multi Layer Perceptron Neural Network MLPN to test the value of the transition potential of each variable and the drivers driving factor. Methods of data collection in this research is secondary data collection, data extraction and interpretation of remote sensing imagery, and field inspections. Data analysis included changes in land cover, driving forces driving factor, and the RTRW Kota Depok Year 2012 2032.
Spatial changes in land cover in Depok showed a significant result that over a period of 15 years starting from the period 2000 to 2015 is known that there have been changes in land cover between Vegetated Regions with settlements and buildings are inversely where the vast land and building more settlements increased while the area of land Vegetated Regions declined in Depok. Factors that influence the development of residential areas in Depok is the distance to the road, distance to the Educational Facilities and Distance to the Office of the Government, while another factor is the Slope and landslide prone regions does not affect the development of residential areas in Depok. The spatial model built to predict the development of residential areas in Depok until 2032 showed that residential areas in Depok widespread with a percentage of 73.12 of the entire area of the existing and the validation value Kappa amounted to 87.73 ."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T51248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghiffary Rafif Akmal Tursilo
"

Perubahan tutupan lahan merupakan suatu permasalahan yang terjadi secara global dan tak terkecuali pada wilayah Asia Tenggara. Perubahan tutupan lahan yang terjadi pada wilayah Asia Tenggara ini terjadi sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir tanpa terkecuali pada wilayah Sub DAS Batang Tembesi. Perubahan yang terjadi pada sub DAS Batang Tembesi ini terjadi pada tutupan lahan hutan yang dialih fungsikan menjadi tutupan lahan jenis lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik hydrologic response unit dan pengaruh perubahan penutup lahan terhadap karakteristik hidrologi di sub-das Batang Tembesi. Penelitian ini menggunakan model hidrologi SWAT+ (Soil and Water Assessment Tool+) berdasarkan perubahan penutup lahan untuk mendapatkan pola spasial dan temporal dari HRU dan karakteristik hidrologi sub-das Batang Tembesi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pada kurun waktu 2013 – 2020 terjadi pola perubahan HRU dan karakteristik hidrologi akibat dari berubahnya tutupan lahan di sub-DAS Batang Tembesi. Berubahnya penutup lahan pada sub-das Batang Tembesi berpengaruh terhadap pola spasial dan temporal HRU dan juga berpengaruh terhadap berubahnya karakteristik hidrologi di sub-das Batang Tembesi.

......Land cover change is a problem that occurs globally and is no exception in the Southeast Asia region. Land cover changes that have occurred in the Southeast Asia region have occurred very rapidly in the last few decades, including in the Batang Tembesi sub-watershed area. The changes that occurred in the Batang Tembesi sub-watershed occurred in forest land cover which was converted into other types of land cover. This research aims to analyze the characteristics of the hydrologic response unit and the influence of changes in land cover on the hydrological characteristics of the Batang Tembesi sub-basin. This research uses the SWAT+ (Soil and Water Assessment Tool+) hydrological model based on land cover changes to obtain spatial and temporal patterns of HRU and hydrological characteristics of the Batang Tembesi sub-watershed. The results obtained in this research are that in the period 2013 - 2020 there was a pattern of changes in HRU and hydrological characteristics as a result of changes in land cover in the Batang Tembesi sub-watershed. Changes in land cover in the Batang Tembesi sub-basin affect the spatial and temporal patterns of HRU and also influence changes in hydrological characteristics in the Batang Tembesi sub-watershed.

 

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Suci Rahmawati
"Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan ruang sebagai tempat bermukim juga semakin meningkat. Perubahan penggunaan tanah non permukiman menjadi permukiman merupakan salah satu gejala perubahan penggunaan tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perkembangan permukiman dan membuat simulasi melalui metode Markov Chain dan Cellular Automata di wilayah metropolitan Malang Raya periode 1989-2002 dan 2002-2016 dan prediksi tahun 2031. Dalam penelitian ini digunakan citra Landsat 4 TM, Landsat 7 ETM , dan Landsat 8 OLI multi temporal untuk mengidentifikasi penutup lahan. Daerah studi penelitian ini adalah wilayah metropolitan Malang atau dikenal dengan sebutan Malang Raya yang termasuk di dalamnya dua kota dan satu kabupaten. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis spasial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan permukiman cenderung terus meningkat dari tahun 1989-2016 hingga prediksi pada tahun 2031. Meningkatnya perkembangan permukiman ditandai dengan meluasnya wilayah permukiman ke arah Utara, Selatan, dan Barat Laut dikarenakan adanya pusat kota dan jaringan jalan nasional yang mampu memicu meningkatnya aktivitas manusia.
......The growing number of population increased the needs for settlement space. The change in land use for non ndash settlement to settlement space is one of the signs of change for land use. The purpose of this research is to analyze the housing development and create a simulation using Markov Chain and Cellular Automata method in metropolitan area of Malang Raya for the period of 1989 ndash 2002 and 2002 ndash 2016, and prediction for the year of 2031. In this research, Landsat 4 TM, Landsat 7 ETM , and multi temporal Landsat 8 OLI were used to identify the land cover. The focus area for this study research is metropolitan area of Malang or famously known as Malang Raya, which includes two cities and one district. The analysis used in this research are descriptive and spatial analysis. The results of this research show that settlement development tends to increase from year 1989 ndash 2016, up until the prediction of year 2031. The increased rate of settlement development is marked by the expansion of settlement area to the North, South, and North West, caused by the existence of city center as well as national road network, which triggers more human rsquo s activities."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Fikri Ihsan
"Wilayah Pesisir di Kabupaten Karawang memiliki garis pantai yang panjang dari barat hingga ke timur. Panjang garis pantai karawang yang membentang dari barat hingga timur berhadapan langsung dengan laut jawa. Hal ini menjadikan garis pantai di Kabupaten Karawang rentan terhadap perubahan garis pantai baik karena proses abrasi atau karena proses akresi. Abrasi dan akresi merupakan fenomena alam yang pasti terjadi pada pantai, tetapi kejadian dapat dipercepat dengan faktor aktifitas manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang terjadi akibat proses abrasi dan proses akresi terhadap perubahan luas penutup lahan di wilayah pesisir Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan dua jenis citra, yaitu citra Landsat 7 ETM+ dan citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan periode tahun 1998-2008 dan 2008-2018. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu Spatial Temporal dengan membandingkan luas perubahan garis pantai abrasi, akresi dan luas penutup lahan yang terjadi dalam dua periode tahun berbeda yaitu tahun 1998-2008 dan 2008-2018.
......The coastline area in the Karawang district has a long shoreline that stretches from west to east. The length of the Karawang shoreline directly faces the java sea. This makes the shoreline in Karawang district susceptible to the shoreline changes either in the abrasion process or accretion process. Abrasion and accretion are natural phenomena that will occur from the shore, but this can be accelerated by human activities. The purpose of this research was to analyze the effect of shoreline changes that occur due to abrasion and accretion processes on changes in land cover in the coastline area of Karawang district. This research used two types of images, Landsat 7 ETM+ and Landsat 8 OLI/TIRS. The method of this research was using Spatial-Temporal by comparing the area of shoreline changes in abrasion, accretion, and land cover area which occurred in two different periods of time which was in 1998-2008 and 2008-2018."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Ananda Prasetyo
"Kecamatan Tambun Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan kepadatan tertinggi di Kabupaten Bekasi (BPS 2021). Salah satu faktor penyebab pertumbuhan penduduk adalah tingginya tingkat urbanisasi (Prayojana et al., 2020). Intensitas laju urbanisasi ini dapat dilihat dari seberapa banyak tutupan lahan terbangun yang berdiri di kawasan tersebut (Chen et al., 2021). Kemudian, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2011–2031 di Kecamatan Tambun Selatan direncanakan sebagai Kawasan Pengembangan I (WP I) yang diarahkan pada fungsi pokok pengembangan industri, perdagangan, jasa, perumahan, pemukiman, pariwisata dan kegiatan industri penunjang. Salah satu permasalahan yang akan terjadi adalah dapat meningkatkan suhu permukaan daratan pada daerah perubahan tutupan lahan, akibat pergeseran tutupan lahan dari belum terbangun menjadi terbangun. Suhu permukaan daratan perkotaan dapat dideteksi menggunakan penginderaan jauh. Analisis deteksi dilakukan pada citra Landsat-8 yang menggambarkan bentuk permukaan bumi. Perubahan ini memiliki hubungan dengan perubahan tutupan lahan yaitu kehijauan vegetasi dan kerapatan bangunan di Kecamatan Tambun Selatan, dengan uji korelasi linier untuk mendapatkan hasil bahwa kehijauan vegetasi berbanding terbalik dengan nilai permukaan tanah. suhu dan kepadatan bangunan berbanding lurus dengan suhu permukaan daratan,
......South Tambun District is the sub-district with the largest population and the highest density in Bekasi Regency (BPS 2021). One of the factors causing population growth is the high rate of urbanization (Prayojana et al., 2020). The intensity of this urbanization rate can be seen from how much built-up land cover stands in the area (Chen et al., 2021). Then, in the Bekasi Regency Regional Regulation Number 12 of 2011 concerning the Bekasi Regency Spatial Plan for 2011–2031 in South Tambun District it is planned as Development Area I (WP I) which is directed to the main functions of developing industry, trade, services, housing, settlements , tourism and supporting industrial activities. One of the problems that will occur is that it can increase the surface temperature of the soil in areas of land cover change, due to a shift in land cover from undeveloped to built up. Urban ground surface temperature can be detected using remote sensing. Detection analysis was performed on Landsat-8 imagery which depicts the shape of the earth's surface. This change has a relationship with changes in land cover, namely the greenness of the vegetation and the density of buildings in Tambun Selatan District, with a linear correlation test to get the result that the Greenness of the Vegetation is inversely proportional to the value of the land surface. temperature and building density are directly proportional to ground surface temperature,"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>