Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manu J. Widyaseputra
"Lampahan Tumurunipun Taman Maerakaca memuat naratif tentang peristiwa utpatti (kelahiran) Srikandi dan Trusthajumena. Peristiwa itu mempunyai peran yang sangat penting dalam viracarita Mahabharata dalam tradisi wayang Yogjakarta, karena pada saat yang bersamaan terjadi peristiwa-peristiwa ilahiah yang kelak sangat menentukan keberadaan Pandhava dalam menghadapi Kaurava di Kuruk?etra. Apabila ditelusuri sampai ke viracarita Mahabharata Asia Selatan, dapat diketahui bahwa peristiwa kelahiran itu merupakan adaptasi dan transformasi dari peristiwa yang sama, yang terdapat dalam viracarita karya Krsna Dvaipayana Vyasa. Dalam Tradisi Wayang Yogjakarta juga dikenal kisah kelahiran Sikhandi, yang disebut Srikandhi, dan kelahiran Dhrstadyumna, yang disebut Trusthajumena. Namun, peristiwa utpatti kedua tokoh itu dalam tradisi Mahabharata Sansekerta mengalami proses adaptasi dan transformasi ke dalam Tradisi Wayang Yogyakarta. Peristiwa utpatti Srikandhi dan Trusthajumena dapat dijumpai dalam Lampahan Tumurunipun Taman Maerakaca. Dalam lampahan ini peristiwa utpatti Srikandhi dan Trusthajumena berlangsung pada saat yang bersamaan, berlainan dengan yang terdapat dalam tradisi Mahabharata Sansekerta. Lampahan Tumurunipun Taman Maerakaca yang akan dibahas pada kesempatan ini didasarkan pada sebuah naskah, yakni Mahabarata Ngayogyakarta IV yang digubah oleh Kangjeng Raden Tumenggung Brangtakusuma. Lampahan Tumurunipun Taman Maerakaca ini terdapat dalam jilid IV Mahabarata Ngayogyakarta tersebut. Lampahan Tumurunipun Taman Maerakaca ini akan dibahas berdasarkan teori estetika Sansekerta yang disusun oleh Bhamaha dalam Kavyalamkara, Dandin dalam Kavyadarsa, dan juga Bharata dalam Natyasastra."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2012
090 JMN 3:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bandara Pangeran Arya Adiwinata
"Buku ini adalah buku panduan untuk pergelaran “Lelangen Topeng” dengan lakon Tri Raja Wiwaha. Pergelaran ini adalah wayang orang yang menggunakan topeng yang dibawakan oleh perkumpulan Kridha Beksa Wirama di Yogyakarta. Dipergelarkan dalam rangka perkawinan Bandara Pangeran Arya Hadiwinata pada malam Minggu Pon tanggal 1 sura, Ehe 1860 atau tanggal 8-9 Juni 1929."
Yogyakarta: Mardi Mulya, 1929
BKL.1118-WY 63
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Berisi 12 lakon wayang purwa, yaitu: Jayawigena (h.l); Kartapiyoga (h.8); Cekel Endralaya (h.21); Jaladara Rabi (h.32); Mustakaweni (h.43); Reksi Jayawisesa (h.48); Gambir Anom (h.54); Srati Murdaningkung (h.62); Kresna Kembang (h.65); Gilingwesi (h.72); Kitiran Putih (h.79); Irawan Rabi (h.86). Lakon-lakon tersebut merupakan bentuk balungan, yaitu hanya dituliskan inti cerita setiap adegan, tanpa memuat seluruh unsur-unsur yang terdapat di dalam seni pertunjukan wayang purwa, seperti: suluk, janturan, carita, pocapan, gending, dan antawecana Keterangan penulisan/penyalinan tidak terdapat dalam naskah. Naskah dibeh Pigeaud dari Sinu Mundisura di Yogyakarta pada bulan Agustus 1939."
[place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.86-NR 384
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini merupakan buku panduan pergelaran wayang orang di Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan HB VIII dalam rangka menghormati tamunya, Residen P. Westra, di Yogyakarta pada tanggal 26 Februari 1932. Adapun lakon dalam pergelaran wayang orang tersebut adalah Parta Krama. Diawali dengan “Jejer Kayangan” sampai dengan “Dewi Wara Sembadra Pralaya”."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
BKL.1116-WY 62
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks diawali dengan cerita Prabu Klana Jaka yang mengutus patihnya mencari kepala seorang pemuda tampan, yang akan dipersembahkan kepada Dewi Kumudaningrat sebagai syarat lamarannya. Patih Lanjakprakosa berhasil mendapatkan kepala Gambir Anom. Kepala tersebut lalu dipersembahkan kepada Klana Jaka, sedangkan badannya diurus oleh adik Klana Jaka yang bernama Dewi Tigaron. Lama-kelamaan Dewi Tigaron jatuh cinta kepada mayat tersebut. Kemudian dia meminta bantuan Bancak dan Doyok untuk menghidupkan kembali mayat tersebut. Prabu Klana Jaka sangat marah begitu mengetahui Gambir Anom telah dihidupkan kembali, sehingga timbul pcperangan antara keduanya. Pada saat itu datang Panji Semarabangun di tempat peperangan. Oleh karena Panji Semarabangun tidak menyukai kelakuan Prabu Klana Jaka yang licik iru, lalu dia membantu Gambir Anom membunuh Prabu Klana Jaka. Naskah ini merupakan salinan ketikan dari sebuah naskah milik Ir. Moens (sampul). Keterangan penulisan/penyalinan tidak diketahui secara pasti, namun pada h.l dijumpai nama Widiprayitna, kemungkinan beliau sebagai penulis teks ash. Keterangan referensi, lihat: MSBAV.86."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.75-A 41.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini dimulai pada halaman 372, berjudul: 1) Tedhakan Qur?an V (sambungan dari Serat Pananggalan 1935). Diawali dengan cerita Lelakone (kisah) Ngujer yang bertanya kepada Allah, bagaimana caranya menghidupkan benda-benda yang telah mati; 2) Mengenai wayang orang, tulisan BPH Suryadiningrat (hlm.396); 3) Mengenai wewenang tanah di Yogyakarta (hlm.481); 4) Serat Cariyos Purwa Lampahan Ismaya Laku (531)."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
BKL.1064-LL 142
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ngabehi Pujaharja
"Naskah ini memuat teks mengenai gambaran watak atau perilaku manusia pada umumnya. R. Pujaharja menyalin teks ini dengan memberikan penjelasan arti dari masing-masing watak, disertai uraian panjang-lebar dalam bentuk deskripsi. Isi teks diperikan menjadi sembilan pembahasan, yakni (1) doracara tuwin temen, bohong dan jujur; (2) kesed tuwin sregep, malas dan rajin; (3) wngkot tuwin ambangun turut, keras kepala dan penurut; (4) sembrana tuwin ngatos-atos, kurang hati-hati dan hati-hati; (5) drengki tuwin burus, dengki dan baik hati; (6) cethil tuwin loma, kikir dan penderma; (7) buteng tuwin sareh, senang marah dan sabar; (8) brangasan tuwin lembah manah, tidak mengenal tata-krama dan halus budi pekerti; (9) murka tuwin nrimahan, loba-tamak dan dapat menerima keadaan.
R. Pujaharja dikenal sebagai pemerhati sastra Jawa, khususnya dalam masalah ajaran mistis-religius, yakni yang memuat persoalan-persoalan batin dalam konteks kehidupan dunia. Untuk mengetahui karya-karya R. Pujaharja lainnya, dapat diperiksa dalam FSUI/BA.29. Serat Warnaprana ini merupakan salah satu hasil karyanya, selesai disalin pada tahun 1923 di Surakarta. Satu salinan yang sama dikoleksi pula oleh FSUI dengan nomor PW.159 (hanya PW.158 yang dimikrofilm). Pada tahun 1925, penerbit Tan Khoen Swie di Kediri telah menerbitkan karangan Pujaharja ini dalam edisi cetak. Edisi cetak tersebut dapat dilihat pada koleksi FSUI dengan nomor C.74.
Dalam naskah ini ditemui pula teks yang berbeda, dengan susunan terbalik, mengurut dari halaman terakhir Serat Warnaprana. Teks tersebut berisi Lampahan Bondan Rambatan
"
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
PW.158-B 12.08
Naskah  Universitas Indonesia Library