Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
Lilie Suratminto
Abstrak :
Dalam penelitian ada dua hal penting yang menjadi pokok bahasan yaitu tentang makna lambang heraldik dan penggunaan bahasa pada batu makam Belanda di Museum Wayang Jakarta. Mengingat waktu yang terbatas, kali ini yang menjadi sorotan utama hanya pada 5 buah batu makam saja. Alasan pembatasan jumlah batu makam ialah bahwa kelima batu tersebut yang dianggap masih utuh baik simbol-simbol maupun inskripsinya. Kelima batu ini dianggap sudah cukup untuk dipakai sebagai dasar dalam mengungkap makna lambang-lambang heraldik serta penggunaan bahasa pada batu makam sejaman di mana saja.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa kelima batu makam tersebut semuanya memakai simbol tanda salib atau yang menyerupai salib (bentuk salib yang sudah distilir), simbol helmet dan zirah, serta perisai. Tanda salib ini dipakai dalam heraldiknya (coat of arms) karena salib dalam budaya kristiani dianggap sebagai tanda penyelamat orang yang meninggal di alam kematian.
Dari kelima buah batu tersebut pada batu makam Gustaaff Willem van Imhoff mempunyai lambang heraldik paling banyak. Ciri-ciri yang menunjukkan bahwa ia berasal dari Friesland (ia lahir di kota Liar di perbatasan Jerman dan Belanda) digambarkan dengan simbol rajawali (adelaar) yang bicephalic artinya rajawali yang berkepala dua yang melihat ke kanan dan ke kiri pada puncak lambangnya. Ini adalah lambang bermakna imperium. Secara historis Van Imhoff dalam menjalankan tugasnya banyak mengalami perang dalam rangka mempertahankan wilayah dan memperluas daerah koloni VOC misalnya di Sri Lanka (Gale) dan juga di daerah VOC di Hindia-Belanda. Sebagai Jenderal infanteri pada batu makamnya digambarkan simbol pedang, perisai, tombak, urnbul-umbul dan genderang perang, tumpukan peluru kanon. Sifat religiusnya terlihat dalam penataan lambang-lambang tersebut bila dilihat dari jauh (long shot) yang berbentuk sebuah lonceng gereja. Perlu ditambahkan bahwa Van Imhoff juga anggota penerjemahan Bibel dalam bahasa Melayu yang sangat tekun dan teliti.
Mengenai ejaan pada inskripsi nampak bahwa pada masa itu belum ada keseragaman. Mengenai perkembangan ejaan dan ucapan dibandingkan dengan bahasa Belanda modem nampak ada gejala auslaut-apocope, misalnya kata ende > en van den > van de . Gejala syncope-apocope terdapat pada kata heere > heer (inlaut-auslaut). Ada sebuah kata yaitu gebergat. Apakah kata ini yang dimaksud adalah kata gebragt (dalam Belanda modern gebragd) jika demikian berarti ada kesalahan dalam memahat kosa kata tersebut. Kalau bukan mungkin ada gejala metathesis.
Dalam penelusuran makna ditemukan adanya gradasi dalam penggunaan kosa kata. Ada kosa kata yang bermakna sangat halus dan juga ada yang bermakna agak kasar. Dalam hal ini perlu diteliti lebih lanjut mengenai pemilihan kosa kata tersebut. Bagaimanapun juga dalam penelitian tentang rnakna lambang heraldik dan penggunaan bahasa pada batu makm ini tetap hares melibatkan sejarawan, arkeolog dan linguist. Dari penelitian lanjutan ini masih ditemukan banyak kekurangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal masih diperlukan kajian lanjutan yang lebih luas dan mendalam.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Liza Dwi Ratna Dewi W.
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam berkomunikasi, komunikator selalu berusaha agar tujuan pesan dapat tercapai semaksimal mungkin. Untuk itu komunikator biasanya melakukan komunikasi persuasi yang diciptakan manusia sendiri. ini kemudian berkembang melalui simbol-simbol Komunikasi antar manusia untuk berbagai tujuan. Salah satunya adalah komunikasi dilakukan perusahaan kepada masyarakat melalui meningkatkan citra perusahaan di masyarakat dan masyarakat akan adanya perusahaan yang logo untuk mengingatkan atau produk tertentu. Logo bila digunakan secara konsisten akan memiliki efek berganda (snonbalIing effect). seseorang terhadap logo sebetulnya juga sikap seseorang terhadap sesuatu yang itu sendiri. Sikap seseorang terhadap obyek-obyek yang ada Sikap cerminan diwakili di sekitarnya dipengaruhi oleh status sosial ekonomi yang dimilikinya. Dalam penelitian yang berjudul Logo Sebagai Lambang Komunikasi Visual dengan studi kasus sikap masyarakat Yogyakarta terhadap logo Pegadaian ini diperoleh beberapa kesimpulan. Dari segi kognitif, masyarakat masih rancu antara logo Pegadaian dan logo Kejaksaan / Pengadilan. Dari segi afektif Pegadaian dapat dikatakan berhasil mengkomunikasikan falsafah yang dianut dalam logo barunya. Dalam segi konatif terbukti bahwa masyarakat tidak memberikan pendapat berdasar pada logo tetapi pada sesuatu yang diwakili logo, dalam hal ini lembaga atau jasa Pegadaian. Dalam penelitian ini juga terungkap bahwa Pegadaian merupakan lembaga yang sangat dikenal masyarakat, namun belum menjadi pilihan masyarakat bila memerlukan uang. Belum dijadikannya Pegadaian sebagai pilihan ini karena citra Pegadaian di masyarakat kurang baik. Pegadaian memiliki citra sebagai tempat orang bawah. Untuk meningkatkan citra dan memperluas pasar Pegadaian pada masyarakat strata menengah harus dilakukan terobosan baru. Salah satunya dengan diversifikasi produk, yang dalam strategi pemasarannya lebih menonjolkan nama produk daripada nama lembaga. Bila produk telah diterima masyarakat kelas menengah, maka citra lembaga dapat juga terangkat.
1993
S 3864
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tawalinuddin Haris
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam penelitian ini diungkapkan herbegai aspek mengenai Kompleks Makam Sultan Kutai di Tenggarong, Kalimantan Timur sebagai sumbangan data penelitian arkeologi Islam di Indonesia. Permasalahannya adalah seberapa jauh bentuk nisan memiliki korelasi dengan jenis kelamin tokoh yang dimakamkan pada situs makam Kutai, seperti diasumsikan oleh Thomas M. Kiper dan Clifford Sather dalam artikelnya yang diterbikan dalam Bijdragen tot de Taal, Land en Vo1kenkunde, jilid 126 tahun 1970. Oleh karena itu Bélain penelitian ini bertujuan memberikan informasi berkenaan dengan makam Sultan-Sultan Kutai Kertanegara di Tenggarong, Kabupaten Kutai, Kaltim, Juga ber- maksud menguji asumsi atau pendapat Thomas Kieper.
Untuk menjawab permasalahn penelitian dilakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dan ternyata apa yang diasumsikan oleh Thomas H. Kieper itu berlaku juga pada situs makam Kutai, bahkan pada beberapa makam kuno lainnya di Kalimantan, Sulawési dan di Sumbawa.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Myrna Laksman-Huntley
Abstrak :
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer dan digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidup_an sosial. Manusia dapat berbahasa tanpa mengenal tulis-an. Jadi tulisan bersifat sekunder dan merupakan turunan bahasa lisan. Beberapa jenis huruf bahkan tidak lain daripada turunan belaka dari bunyi. Bahasa disebut arbitrer karena tidak ada hubungan wajib antara satuan-satuan ba_hasa dengan yang dilambangkannya. Orang Indonesia, mi_salnya, menamai suatu benda meja sedangkan oleh masya_rakat bahasa lain benda tersebut dinamai tafel (Belanda), table (Perancis; Inggris), tavola (Italia), dan mesa (Spanyol) (Kridalaksana, 1984:2-3).
Menurut Berry (1977:37-46), bahasa memiliki tiga tingkat dasar yaitu unsur, bentuk, dan keadaan. Unsur adalah bunyi yang digunakan pada saat kita berbicara dan lambang yang digunakan ketika kita menulis. Bentuk meru_pakan susunan unsur sehingga menjadi pola yang dapat di_kenal dan dimengerti...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14420
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Simanjutak, Irada Aslinda
Abstrak :
Penelitian pemilihan kata dalam iklan berbahasa Jerman dari segi semantis dan ragam bahasa yang digunakan bertujuan untuk menunjukkan pentingnya peranan pemilihan kata dalam menarik perhatian dan mempengaruhi konsumen. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari iklan-iklan yang terbit di majalah Brigitte, Spiegel, dan Stern yang terbit antara tahun 1986-1987. Jumlah iklan yang diteliti sebanyak 75 buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata-kata yang digunakan dalam iklan berbahasa Jerman sengaja dipilih yang mempunyai nilai positif dan menimbulkan efek estetis. Sedangkan ragam bahasa yang paling banyak digunakan dalam iklan berbahasa Jerman adalah ragam bahasa sehari-hari. Ragam bahasa keilmuan hanya dipakai dalam iklan produk tertentu yang banyak membutuhkan istilah khusus. Kata-kata yang berasal dari bahasa asing hanya dipergunakan dalam iklan yang ditujukan kepada masyarakat golongan menengah ke atas.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S15144
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bambang S. Purnomo
Abstrak :
Komunikasi sangat berperan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan kegiatan yang pokok bagi kehidupan bermasyarakat. Diantara keadaan sekarang dan keadaan yang akan dituju atau dicita-citakan dari para pengusaha industri ini nampak nya terjadi gap dengan pihak lain selaku "pengguna" melihat keadaan yang demikian dengan sendirinya sangat diperlukan adanya komunikasi di antara pengusaha dengan konsumen sebagai pihak "penguna".
Partisipasi Swasta khususnya di dalam bentuk usaha industri hanya mungkin bertahan dan mengembangkan diri kalau output dalam bentuk barang maupun jasa dapat lancar di masyarakatkan atau dipasarkan sehingga diperlukan, dicari dan digunakan oleh konsumen..
Mengabaikan peran serta komunikasi dalam rangka menunjang pemasaran berarti merupakan pemborosan yang dapat menghambat perkembangan upaya industri.
Bertolak dari permasalahan inilah maka ingin diketahui sampai dimana pengusaha industri kecil dalam hal ini produsen sepatu memahami makna komunikasi pemasaran khusus nya tentang "komunikasi produk", dimana suatu produk berfungsi sebagai "seperangkat lambang" yang mampu mengkomuni kasikan hal-hal yang diperlukan oleh konsumen.
Pada akhirnya kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa pengusaha sepatu di Karet Pedurenan hanya berfungsi sebagai tukang saja dari pada sebagai produsen yang dapat menciptakan atau menentukan sendiri model atau warna yang ia inginkan, hal ini dikarenakan pengusaha sepatu di Karet Pedurenan hanya mengikuti saja apa yang menjadi pesanan dari pemilik toko yang menjual produknya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S3786
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Liza Dwi Ratna Dewi W.
Abstrak :
Dalam berkomunikasi, komunikator selalu berusaha agar
tujuan pesan dapat tercapai semaksimal mungkin. Untuk itu
komunikator biasanya melakukan komunikasi persuasi
melalui simbol-simbol yang di ciptakan manusia sendiri.
Komunikasi antar manusia ini kemudian berkembang
untuk berbagai tujan. Salah satunya adalah komunikasi
yang dilakukan perusahaan kepada masyarakat melalui logo
untuk meningkatkan citra perusahaan di masyarakat dan
mengingatkan masyarakat akan adanya perusahaan atau
produk tertentu. Logo bila digunakan secara konsisten akan
Sikap seseorang terhadap logo sebetulnya juga
cerminan sikap seseorang terhadap "sesuatu" yang diwakili
itu sendiri. Sikap seseorang terhadap obyek-obyek yang ada
di sekitarnya dipengaruhi oleh status sosial ekonomi yang
dimilikinya. Dalam penelitian yang berjudul "Logo Sebagai
Lambang Komunikasi Visual'' dengan studi kasus sikap masyarakat. Yogyakarta terbadap logo Pegadaian ini
diperoleh beberapa kesimpulan.
Dari segi kognitif, masyarakat masih rancu antara
logo Pegadaian dan logo
segi afektif Pegadaian
Kejaksaan / Pengadilan. Dari
dapat d ikatakan berhas i 1
mengkomunikasikan falsafab yang dianut dalam logo barunya.
Dalam segi konati f terbukt i bahwa mas ya r akat t i dak
memberikan pendapat berdasar pada logo t etapi pada
"sesuatu'" yang diwakili l ogo, dalam ha l ini lembaga atau
jasa Pegadaian .
Dalam penelitian ini juga terungkap bahwa Pegadaian
merupakan lernoga yang sangat dikenal masyarakat, namun
belum menjadi pilihan masyarakat bila , memerlukan uang.
Belum dijadikannya Pegadaian sebagai pilihan: ini karena
citra Pegadaian di masyarakat kurang baik. Pegadaian
memiliki citra sebagai pendapat orang "bawah".
Untuk meningkatkan citra dan rnemperluas pasar
Pegadaian pada masyarakat strata menengah harus di lakukan
terobosan baru. Salah satanya dengan diversifikasi produk,
yang dalam strategi pemasarannya lebih menonjolkan nama
produk daripada nama lembaga Bila produk telah diterima
masyakat kelas menengah, maka citra lembaga dapat juga
terangkat.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S4086
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Chamil Wariya
Kuala Lumpur: Matrix, 2010
959.5 CHA m (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Dien Ahdiani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian mengenai arti lambang rasi dari masa Jawa Kuna ini dilakukan berdasarkan ragam hias piala zodiak di Museum Nasional Jakarta (MNJ) dan prasasti-prasasti masa Jawa Kuna yang sistem penanggalannya menggunakan nama-nama rasi. Dari hasil pengamatan ragam hias bagian sisi luar pi_ala zodiak diketahui ada dua baris ragam hias, yaitu ragam hias bagian bawah yang menggambarkan 12 lambang rasi dan ragam bias bagian atas yang menggambarkan 11 figur manusia serta seekor burung. Masing-masing figur dan seekor burung ini berada di atas sebuah lambang rasa. Penelitian ini di-maksudkan untuk mengetahui lambang-lambang rasi yang digu_nakan pada masa Jawa Kuna, untuk mengetahui tokoh-tokoh pa_da bagian atas masing-masing rasi serta hubungannya dengan rasi tersebut, dan juga untuk mengetahui perbedaan rasi ma_sa Jawa Kuna dan rasi sekarang baik dilihat dari fungsi- ra_si, lambang-lambang rasi ataupun masa perhitungan rasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode komparatif, karena rasi tidak hanya terdapat pada piala zo diak tapi juga digunakan dalam sistem pertanggalan baik prasasti atau kalender tradisional, dan dalam menentukan perubahan musim. Selain itu 12 rasi yang disebut pula se_bagai zodiak masih dipergunakan hingga saat ini.Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa lam-bang rasi yang terdapat pada piala zodiak sesuai dengan na_ma rasi yang terdapat pada prasasti. Nama dan lambang rasi masa Jawa Kuna berbeda dengan rasi yang digunakan sekarang, karena adanya pengaruh yang berlainan. Ragam hias yang ber_ada di atas tiap-tiap rasi merupakan tokoh-tokoh petani, raksasa, brahman dan punakawan dan ragam hias ini berhu_bungan dengan rasi-rasi yang ada di bawahnya. Dari hubungan ragam hias yang berada di atas rasi dengan rasi itu sendiri diketahui bahwa rasi pada masa Jawa Kuna digunakan dalam menentukan kegiatan pertanian. Hal ini berbeda dengan rasi sekarang yang hanya digunakan untuk menentukan watak dan nasib seseorang. Masa perhitungan rasi masa Jawa Kuna sama dengan perhitungan rasi yang digunakan sekarang, karena pergeseran rasi akan terjadi setelah 2000 tahun.
1986
S11582
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fitri Erlinawati
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak jaman dahulu Cirebon telah menjadi salah satu kota pelabuhan di pesisir utara pulau Jawa. Perdagangan yang ramai antara kerajaan-kerajaan Nusantara dengan berbagai negara di dunia menyebabkan banyak kapal asing yang singgah di Cirebon dan banyak bangsa asing yang kemudian tinggal menetap di kota tersebut, termasuk bangsa Cina.
Bangsa asing yang tinggal menetap tesebut kemudian berbaur dan melakukan kegiatan sebagaimana masyarakat Cirebon lainnya, yang antara lain berkecimpung dalam pembatikan. Batik, sebagai salah satu seni budaya khas Cirebon lambat laun mendapat pengaruh budaya Cina, terutama pada motifnya. Banyak lambang-lambang yang digunakan dalam kebudayaan Cina yang dipakai sebagai motif kain batik Cirebon, terutama flora dan fauna.
Berbagai kemungkinan yang menyebabkan lambang-lambang kebudayaan Cina terdapat pada kain batik Cirebon diteliti, termasuk peran Puteri Ong Tien sebagai seorang isteri penguasa Cirebon. Kabut, yang merupakan salah satu lambang yang digunakan dalam kebudayaan Cina dan dikenal sebagai motif khas batik Cirebon, memperkuat adanya pengaruh budaya Cina pada motif batik Cirebon.
1997
S12941
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library