Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fenni Sutanto
Abstrak :
Thesis ini membahas mengenai kebakaran yang terjadi di suatu diskotik/pub di Jakarta Pusat pada awal tahun 2002. Kebakaran terjadi pada saat pub ditutup sementara dalam rangka libur tahun baru. Tidak ada korban jiwa, akan tetapi kebakaran tersebut merusak lantai pertama dari dua lantai bangunan pub tersebut. Thesis ini melakukan rekonstruksi kebakaran dengan pemodelan kebakaran menggunakan Fire Dynamics Simulator (FDS) dan simulasi hasil perhitungan FDS dengan program Smokeview yang dapat memberikan visualisasi pertumbuhan api, penyebaran api dan asap dari kejadian kebakaran. Untuk melengkapi simulasi maka digunakan informasi-informasi yang terkait seperti dimensi bangunan, lay out dari diskotik, letak pintu dan jendela, material konstruksi, furniture di dalam diskotek , yang diperoleh dari laporan forensik pemeriksaan teknik tempat kejadian kebakaran dari Pusat Laboratorium Forensik Kepolisian. Data-data tambahan dari laporan lain juga didokumentasikan dan digunakan untuk memodelkan kebakaran ini. Thesis ini memberikan penjelasan mengenai hasil simulasi dari waktu ke waktu dan penjelasan hasil perhitungan FDS. Simulasi kebakaran dimulai dengan timbulnya api kecil di meja bagian barat sebagai titik pertama kebakaran dan di akhiri dengan datangnya regu pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan kebakaran 20 menit kemudian. Hasil perhitungan FDS seperti : laju pelepasan panas, temperature, dan tebal arang akibat kebakaran dianalisa dan diperoleh hasil bahwa parameter-parameter tersebut memiliki korelasi dengan kerusakan yang terjadi sehingga parameter parameter ini dapat digunakan untuk memperkuat dan mendukung laporan teknis forensik hasil pemeriksaan pihak kepolisian.
This research is about a discotheque/pub fire incident at Central Jakarta in early of 2002. The fire occurred when the pub was closed during new year employees? leave. There was no people injured or died, but the first two storey of the pub building was damaged by the fire. This thesis creates reconstruction of the pub fire and modeling the fire using Fire Dynamics Simulator (FDS) and visualization using Smokeview to provide insight into the fire growth and smoke movement. Relevant information about this fire incident, such building dimensions, pub?s lay out, doors and windows location, building material, furniture and fuels in the pub were taken from police forensics reports who visited the fire scene. Several additional information required were taken from loss adjuster?s report. This thesis explain the development of a computational simulation and the result of those simulations. The simulation started with a small flaming fire in the west area table (fire origin) and ended with the start of fire suppression activities by the fire department 20 minutes later. Forensic Reconstruction using FDS simulation supports the fire origin point out by the police forensic report. It produces the output parameter such as heat release rate, temperature and char depth that correspond to the actual physical damage and consequently it support and enhance the forensic report fact.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T24939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Bagas Wardhana
Abstrak :
Sabut kelapa merupakan salah satu sumber biomassa lignoselulosa yang melimpah di alam dan sering digunakan dalam penelitian pembakaran membara. Biomassa lignoselulosa lainnya yang sering digunakan dalam penelitian termasuk tanah gambut, kertas, tembakau, jerami, dan batu bara. Penelitian sebelumnya di Laboratorium Termodinamika, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, telah mengkaji pembakaran membara pada tanah gambut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pembakaran membara pada biomassa lignoselulosa lainnya, khususnya sabut kelapa. Eksperimen dilakukan dengan membakar sampel sabut kelapa menggunakan variasi daya 5 watt, 10 watt, 15 watt, 20 watt, 25 watt, dan 30 watt untuk mengetahui daya yang dibutuhkan agar sabut kelapa mulai terbakar. Hasil menunjukkan bahwa sabut kelapa mulai terbakar pada daya lebih dari 25 watt. Untuk variasi tambahan, dilakukan pengujian dengan daya 60 watt dan 80 watt. Hasil percobaan menunjukkan perbedaan signifikan dalam hal jumlah emisi dan waktu pembakaran. Pengujian menunjukkan bahwa laju pengurangan massa sebanding dengan waktu proses pembakaran dan jumlah emisi yang dihasilkan. Pada daya 30 watt, rata-rata laju persebaran kebakaran lebih kecil dibandingkan dengan daya 60 watt dan 80 watt. Emisi partikulat yang dihasilkan pada daya 30 watt juga lebih rendah dibandingkan dengan daya yang lebih tinggi. Grafik karbon monoksida (CO) dan oksigen (O2) menunjukkan bahwa ketika kadar oksigen menurun, kadar karbon monoksida meningkat. Penelitian ini memberikan wawasan tentang karakteristik pembakaran membara sabut kelapa dan pentingnya memahami energi penyulutan serta kandungan emisi yang dihasilkan. Hasil ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan dan pengembangan teknologi pengelolaan limbah biomassa lignoselulosa. ......Coconut fiber is one of the sources of lignocellulosic biomass that is abundant in nature and is often used in smoldering combustion research. Other lignocellulosic biomass frequently used in research include peat, paper, tobacco, straw, and coal. Previous research at the Thermodynamics Laboratory, Faculty of Engineering, University of Indonesia, has studied smoldering combustion in peat soil. Therefore, this research aims to examine smoldering combustion of other lignocellulosic biomass, especially coconut fiber. Experiments were carried out by burning samples of coconut fiber using variations in power of 5 watts, 10 watts, 15 watts, 20 watts, 25 watts and 30 watts to determine the power needed for the coconut fiber to start burning. The results show that coconut fiber starts to burn at a power of more than 25 watts. For additional variations, tests were carried out with 60 watts and 80 watts of power. The experimental results show significant differences in the amount of emissions and combustion time. Tests show that the rate of mass reduction is proportional to the combustion process time and the amount of emissions produced. At 30 watts of power, the average rate of fire spread is smaller than at 60 watts and 80 watts. Particulate emissions produced at 30 watts of power are also lower compared to higher powers. The carbon monoxide (CO) and oxygen (O2) graph shows that as oxygen levels decrease, carbon monoxide levels increase. This research provides insight into the characteristics of smoldering coconut fiber and the importance of understanding the ignition energy and the resulting emissions content. These results can be used as a reference for further research and development of lignocellulosic biomass waste management technology.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moza Nadia
Abstrak :
Lignocellulosic biomass (LCB) merupakan salah satu sumber daya yang paling banyak tersedia di alam yang kerap digunakan dalam penelitian pembakaran membara. Contoh biomasa lignoselulosa antara lain adalah tanah gambut, kertas, sabut kelapa, tembakau, jerami, dan batu bara. Sebelumnya, telah dilakukan beberapa penelitian terkait pembakaran membara pada tanah gambut di Laboratorium Thermodinamika, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian pembakaran membara pada biomasa lignoselulosa lainnya, seperti kertas. Penyalaan dan pembakaran bahan kertas dipengaruhi oleh moisture content (MC) sehingga perlu adanya pengeringan pada temperatur dan dalam waktu tertentu. Eksperimen dilakukan menggunakan lima sampel dengan tingkat MC yang berbeda (9.9%, 7.2%, 5.7%, 4.4%, dan 4.3%). Hasil percobaan menunjukkan bahwa hahan kertas sukar untuk membara dan mempertahankan pembakarannya pada MC >10% (tanpa pengeringan), bahan kertas dapat membara dan mempertahankan pembakarannya hingga ±10 menit setelah igniter dimatikan pada MC 7 – 10%, dan bahan kertas dapat membara dan mempertahankan pembakarannya hingga ±80 menit setelah igniter dimatikan pada MC ≤5.7%. Kemudian dapat diketahui hubungan antara moisture content dengan karakteristik penyebaran pembakaran membara bahan kertas dan besaran emisi yang dihasilkan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sampel dengan MC 4% (~4.4 cm²/min dan 500 cm²) menghasilkan laju perambatan dan luas area bakar yang lebih besar dibandingkan dengan sampel dengan MC 5.7% (2.86 cm²/min dan 387.72 cm²). Konsentrasi CO dan rata – rata partikulat yang dihasilkan pada eksperimen dengan MC 4% adalah ~550 ppm(vol) dan 380.82 μg/m³ serta MC 5.7% adalah ~500 ppm(vol) dan 347.48 μg/m³. ......Lignocellulosic biomass (LCB) is one of the most abundant resources available in nature and is often used in smoldering combustion research. The examples of lignocellulosic biomass are peat, paper, coconut fiber, tobacco, straw, and coal. Previously, several studies had been carried out regarding smoldering of peat soil at the Thermodynamics Laboratory, Faculty of Engineering, University of Indonesia. Therefore, there is a need for research on smoldering combustion on other lignocellulosic biomass, such as paper. Ignition and burning of paper are influenced by moisture content (MC), thus drying at a certain temperatue within certain minutes is necessary. Experiments were carried out using five samples with different MC levels (9.9%, 7.2%, 5.7%, 4.4%, and 4.3%). The experimental results show that paper material is difficult to smolder and maintain its combustion at MC > 10% (without drying). paper material can smolder and maintain its combustion up to ± 10 minutes after the igniter is turned off at MC 7 – 10%, and paper material can smolder and maintain its combustion up to ±80 minutes after the igniter is turned off at MC ≤5.7%. Therefore, we can find out the relationship between moisture content and the characteristics of the smoldering of paper and the amount of emissions produced. The experimental results show that the sample with MC 4% (~4.4 cm²/min and 500 cm²) produces a greater propagation rate and burn area compared to the sample with MC 5.7% (2.86 cm²/min and 387.72 cm²). The average concentration of CO and particulates produced in the experiment with MC 4% was ~550 ppm(vol) and 380.82 μg/m³ and MC 5.7% was ~500 ppm(vol) and 347.48 μg/m³.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library