Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Tresno Sejati
"Membangun Di Lahan Basah Merupakan Salah Satu Alternatif Yang Dapat Digunakan Sebagai Pemenuhan Permintaan Akan Kebutuhan Tempat. Tapi Dalam Membangun Di Lahan Basah Tidak Dapat Dilakukan Begitu Saja. Kita Harus Memperhatikan Berbagai Hal Dari Keadaan Tanah Di Site Yang Berdaya Dukung Rendah, Sistem Perbaikan Tanah Yang Dipilih, Teknologi Pondasi Yang Dipergunakan, Cara Mengatasi Kelembaban Sampai Kepada Keadaan Lingkungan Yang Harus Dijaga.
Penulisan Skripsi Ini Berusahan Untuk Memberikan Masukan Bagaimana Sebainya Yang Harus Dilakukan Saat Membangun Di Lahan Basah Yang Sesuai Dengan Karakteristik Lahan Yang Selalu Basah. Hasil Penulisan Skripsi Ini Menunjukkan Bahwa Hanya Ada Beberapa Pondasi Tertentu Yang Sesuai Dengan Lahan Basah, Yaitu Pondasi Tiang, Pondasi Cakar Ayam, Pondasi Rakit Dan Pondasi Sarang Laba-Laba. Selain Pondasi Tiang Yang Dapat Menyangga Bangunan Tinggi, Pondasi Lain Dapat Menyangga Bangunan Dengan Tingkat Ketinggian Bangunan Menengah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifani
Jakarta: Depdikbud, 1998
580 RIF k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Ardi
"Ikliin di muka bumi berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan, bagi Indonesia pengaruhnya akan besar terutama pada bidang pertanian. Iklim sudah pernah diklasifikasikan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah Schmidt-Fergusson dan Morh. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahul wilayáh iklim basah menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson dan Morh. Adapun masalah yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimanakah distribusi curah hujan di Jawa bagian tengah. 2. Dimanakah wilayah iklim basah menurut Schmidt-Fergusson dan Morh di Jawa bagian tengah. Untuk dapat memberikan penilaian yang objektif tentang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian untuk menyusun angka curah hujan diambil dari Verhandelingen No 37 yang meliputi kurun waktu 1920-1910. Sedangkan variabel-variabel yang diamati adalah pola umum curah hujan baik tahünan maupun bulanan serta variabel-variabel lain yang diduga mempengaruhinya, yaitu : DKAT. Arah Angin dan Ketinggian. Yang dimaksud dengan Jawa bagian tengah adalah wilayah yang ineliputi Daerah Propinsi Jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan iklim yang dirnaksudkan dalam tulisan ini adalah hasil klasifikasi rnenurut Schmidt-Fergusson dan Morh. Jawa bagian tengah menurut klasifikasi iklim Morh mempunyai wilayah iklim antara kelas. II sampai dengan kelas yb. Sebagian besar wilayah Jawa bagian tengah didominasi oleh iklim kelas III, umumnya terdapat di bagian tiinur dari Jawa bagian tengah. Iklim kelas II luasnya relatif sempit, terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian thur dari Jawa bagian tengah. Pada bagian barat dan daerah pedalaman iklimnya adalah kelas IV, Va dan Vb. Menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson, Jawa bagian tengah mempunyai tipe iklim antara tipe A sampai dengan tipe D. Sebagian besar wilayah Jawa bagian tengah didominasi oleh tipe ik1im..C, umumnya terdapat di bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe iklim D luasnya relatif sempit, umumnya terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe ilim D luasnya relatif sempit, umumnya terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe iklim A dan B umumnya terdapat di bagian barat dan daerah pedalaman. Dari hasil super impose kedua tipe iklim tersebut, maka didapatkan 2 wilayah iklim, yaitu iklim sangat basah dan iklim basah. Iklim sangat basah meliputi kabupaten : Cilacap bagian barat dan selatan Purwokerto bagian utara dan tengah, Purbalingga bagian barat, Banjarnegara bagian utara dan tengah, Pekalongan bagian selatan, dan Batang bagian barat. Iklim basah meliputi kabupaten : Cilacap bagian tengah dan timur, Purwokerto, Purbalingga bagian timur, Banjarnegara, Kebumen, Wonosobo, Temanggung, Pemalang bagian selatan, Pekalongan bagian tengah, Batang bagian tengah, Kendal bagian barat, Magelang dan Ungaran. "
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhtiar Jauhari
"ABSTRAK
Penelitian pengolahan limbah domestik perpustakaan universitas indonesia menggunakan tanamaman Canna indica dalam sistem lahan basah buatan ini dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan dua reaktor yang memiliki waktu detensi 1 hari dan 3 hari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efisiensi pengolahan beradasarkan penurunan kadar pH, BOD, COD, dan TSS dan mengetahui pengaruh waktu detensi. Hasil penelitain menunjukkan reaktor dengan waktu detensi 1 hari nilai maksimum efisiensi removal COD adalah 90.22%. Nilai maksimum efisiensi removal BOD adalah 90.22% Nilai maksimum efisiensi removal TSS 90.91%.Pada reaktor dengan waktu detensi 3 hari nilai maksimum Efisiensi Efisiensi removal COD 91.51%. nilai maksimum Efisiensi efisiensi removal BOD 91.55%. Efisinesi efisiensi removal TSS lahan basah buatan adalah 92.66%.

ABSTRACT
Research on University of Indoesia library’s domestic wastewater treatment using Constructed wetland with Canna Indica was carried out in a laboratory scale. two reactors are designed with different hydraulic retention time, there are 1 and 3 days. This study aims to determine the efficiency of constructed wetland based on removal of pH, BOD, COD, and TSS. This study also aims to find effect of hydraulic retention time againts the efficiency of removal. The Result for reactors with 1 days retention time shows maximum removal efficiency of COD is 90.22%. maximum removal efficiency of BOD is 90.22% maximum removal efficiency is TSS 90.91%. The Result for reactors with 3 days retention time shows maximum removal efficiency of COD is 91.51%. maximum removal efficiency of BOD is 91.55% maximum removal efficiency is TSS 92.66%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Rizyan Nyssa
"Rumah Panggung lahan basah umumnya memiliki dua jenis rumah panggung yaitu Rumah Bantaran Sungai dan Rumah Tepi Sungai. Rumah Bantaran Sungai (RBS) merupakan rumah panggung yang pondasinya berada di area aliran sungai sedangkan Rumah Tepi Sungai (RTS) merupakan rumah yang pondasinya berada di area rawa tenang berair. Pada pengamatan awal terlihat bahwa kualitas fisik dari RBS kurang baik jika dibandingkan dengan RTS. Penelitian ini kemudian bertujuan untuk mencari tahu bagaimana ketahanan dari segi struktur, material serta kemudahan dalam teknik konstruksi dan perawatan yang digunakan masyarakat setempat pada dua jenis rumah panggung ini dalam menghadapi kondisi lahan basah. Penelitian ini merupakan penelitian empiris kuantitatif dengan menggunakan metode analisis pengujian laboratorium pada bagian sambungan kayu dan simulasi keandalan bangunan secara digital pada bagian keseluruhan konstruksi. Pada hasil penelitian ini ditemukan RBS dan RTS memiliki perbedaan pada bagian konstruksi pondasi dan jenis sambungan yang digunakan. RBS menggunakan pondasi cerucuk Kayu Galam dengan sambungan Pen-Lobang sedangkan RTS menggunakan pondasi tiang menerus Kayu Galam yang disambung dengan Kayu Ulin menggunakan sambungan Kayu Lidah. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa konstruksi pada RBS ternyata memiliki daya tahan yang lebih baik dari RTS. Hal ini disebabkan kondisi alam RTS yang berada diatas arus sungai menuntut masyarakat menggunakan konstruksi yang lebih memudahkan saat proses konstruksi. Secara keseluruhan ketahanan pada rumah panggung masih bisa dikatakan baik dikarenakan material kayu yang digunakan sangat cocok dengan kondisi Lahan Basah.

Wetland stilt houses generally have two types of stilt houses, namely the Riverbank House and the Riverside House. The Riverside House (RBS) is a stilt house whose foundation is in a watershed area, while the Riverside House (RTS) is a stilt house whose foundation is in a non-tidal swamp area. At the initial observation, it was seen that the physical quality of the RBS was not as good as RTS. This study then aims to find out how the durability in terms of structure, material, and ease of construction and maintenance techniques used by the local community in these two types of stilt houses in dealing with wetland conditions. This research is quantitative empirical research using laboratory test analysis methods on the wood joints section and digital simulation of building reliability in the overall construction section. In the results of this study, it was found that RBS and RTS had differences in the foundation construction section and the type of connection used. RBS uses the Galam Wood cerucuk foundation with a pin-hole wood joint while the RTS uses a continuous pile foundation of Galam wood which is connected to Ulin Wood using a joint called Kayu Lidah. From the test results, it was found that the construction on RBS turned out to have better durability than RTS. This is due to the natural condition of the RTS which is above the river flow, which requires the community to use construction that makes it easier during the construction process. Overall, the durability of the stilt house is categorized in good condition because the wood material used is very suitable for Wetland conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Trisanti
"Pendayagunaan nutrien tinggi pada digestat AD dapat dilakukan dengan lahan basah buatan (CW), khususnya tipe aliran horizontal bawah permukaan (HSSF) dan tipe terapung (FCW). Penelitian ini akan membandingkan antara kemampuan kedua tipe tersebut terhadap nilai penyisihan yang dihasilkannya serta konsentrasi nutrien berupa TN dan TP pada tiap jenis makrofit yang ditanam pada bed tersebut yaitu Thypa latifolia, Canna indica, dan Iris pseodacorus. Pemberian influen berupa digestat menghasilkan pertumbuhan yang baik secara visual terhadap ketiga makrofit yang digunakan, hasil ini sejalan dengan hasil pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa mekanisme yang paling berpengaruh dalam penyisihan dan pendayagunaan nutrien pada HSSF dan FCW adalah plant uptake dan nitrifikasi. Selain itu, efluen yang dihasilkan juga menunjukkan nilai yang sesuai dengan baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan dan dapat digunakan kembali untuk perairan irigasi. Tipe CW dengan makrofit yang berbeda menunjukkan nilai penyisihan dan pendayagunaan yang berbeda pula, hal ini dikarenakan bentuk akar, batang, dan daun sangat berpengaruh pada mekanisme plant uptake yang terjadi pada kedua sistem. Diantara kombinasi tipe CW dan makrofit yang digunakan, tipe HSSF dengan makrofit CI adalah yang paling unggul dalam mendayagunakan dan penyisihan nutrien serta parameter kualitas air lainnya yaitu dengan pertumbuhan tinggi mencapai 42% pada waktu kurang lebih 2 bulan, penyisihan BOD sebesar 90%, penyisihan COD sebesar 99%, penyisihan TSS sebesar 98%, penyisihan TN sebesar 66%, penyisihan TP sebesar 82%, dengan akumulasi kenaikan konsentrasi TN dan TP pada makrofit secara berturut-turut adalah 349% dan 400%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Bahri
"ABSTRAK
Mekanisme utama penapisan kontaminan air pada lahan basah adalah aktivitas mikroorganisme. Salah satunya adalah perifiton yang hidup pada substrat terendam air. Oleh karena itu, diperlukan penelitian pengaruh perifiton dalam LBB, yang berperan dalam memperbaiki kualitas air. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kualitas influen, komposisi alga perifiton, alga perifiton sebagai produsen primer, pengaruh faktor kecepatan aliran air permukaan, kualitas efluen, efektivitas dan efisiensi LBB. Penelitian LBB dilakukan pada bulan Januari 2017 di Bandung. Analisis kualitas air menggunakan SNI dan standar yang berlaku. Hasil penelitian menunjukkan air selokan sebagai influen LBB terkontaminasi air limbah domestik dan beberapa parameter melebihi kriteria kualitas kelas III. Ditemukan tiga kelas alga bentik perifiton (Bacillariophyta, Chlorophyta, Cyanophyta). Perifiton berperan dalam transfer oksigen ke kolom air. Faktor kecepatan air permukaan berkorelasi kuat terhadap penapisan nitrat (r = 0,84) dan sangat kuat terhadap total fosfat (r = 0,90). Kualitas efluen yang memenuhi kriteria kelas III hanya parameter total fosfat dan COD. Efektivitas pengolahan untuk BOD sebesar 6,6% ‐ 38,3% dan COD 6,0% ‐ 38%. Efisiensi pengolahan pada debit 0,01 L/s untuk amonium 3,4%; nitrat 39,2%; nitrogen organik 47,1%; fosfat total 53,6%; BOD 38,3%; COD 38%; deterjen 76,5%."
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018
551 JSDA 14:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Summary:
Comprehensive atlas of Indonesia.
Peta NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI) mengilustrasikan Negara Kesatuan Republik Indonesia beserta batas-batasnya. Peta ini memberikan informasi spasial bagi publik tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peta ini menggambarkan pencapaian hasil berbagai perundingan bilateral, trilateral maupun multilateral sejak Deklarasi Djuanda sampai sekarang. Dalam peta NKRI juga dicantumkan nama-nama geografis pulau-pulau terluar milik Indonesia yang berada di sebelah dalam garis pangkal kepulauan Indonesia, serta digambarkan letak alur laut kepulauan Indonesia (ALKI). Selain itu peta NKRI juga menggambarkan proyeksi batas menurut hukum Indonesia. Atas dasar tersebut, maka perlu untuk dinyatakan bahwa peta NKRI bersifat dinamis dan akan selalu di-update sesuai dengan perkembangan."
Cibinong, Bogor: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), 2010
912.093 IND a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wieke Harmandar
"ABSTRAK
Landfill adalah metode yang digunakan Kota Depok dalam menangani sampahnya di Tempat Pembuangan Akhir. Metode ini menghasilkan air lindi yang memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Lahan basah buatan merupakan salah satu metode pengolahan air limbah secara biologis yang terbukti dapat menurunkan kadar pencemar organik dengan efisiensi tinggi, biaya terjangkau, dan perawatan yang mudah. Penelitian lahan basah buatan selama 12 hari dengan sistem Free Water Surface (FWS) continuous menggunakan tanaman Limnocharis flava ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengurangan COD dan ammonium, pembebanan optimal, serta waktu optimal pengolahan yang dibutuhkan. Dilakukan pula pembandingan dengan sistem lahan basah buatan tanpa tanaman (sistem kontrol). Dengan debit 24 L/hari didapatkan hasil bahwa lahan basah buatan ini dapat mengurangi parameter COD hingga 59,4%. Dimana pengurangan COD pada lahan basah buatan lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Dengan menggunakan persentase efektivitas didapatkan pembebanan optimal COD adalah sebesar 168,35 mg/L serta waktu pengolahan selama 12 hari. Untuk parameter ammonium, dengan pembebanan yang ada, yaitu 27,5-219 mg/L maka lahan basah buatan dengan skala kecil ini tidak dapat bekerja efektif. Sehingga pembebanan dan waktu optimal tidak dapat ditetapkan.

ABSTRACT
Landfill is a method that use by Depok City to control its solid waste in end process. This method generate leachate water which need to treat before discharge into environment. Constructed wetlands is one of the method to treat waste water, biologically, that has high efficiency to reduce organic pollutant, low cost, and less maintenance. This study with Free Water Surface (FWS) and continuous systems, for 12 days, using Limnocharis flava, has objectives for investigate COD and ammonium removal, optimum loading, and optimum retention time. This study also compare with constructed wetlands without plant (control system) Discharge 24L/day, this study demonstrated removing COD up to 59,4%, which COD removal in constructed wetlands show higher removal than control system. Using presentation of effectiveness, resulting the optimum loading for COD is 168,35 mg/L in 12 days. For ammonium, with loading 27,5-219 mg/L, this pilot scale wetlands demonstrate ineffective removal. Optimal loading and retention time based on ammonium are not able to fix. This study conlude constructed wetlands are able to applicate in wastewater treatment of TPA Cipayung to enhance the leachate quality."
2010
S50609
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Ediviani
"ABSTRAK
Anaerobic digestion AD yang mengolah limbah makanan merupakan metode waste-to-energy yang menghasilkan efluen cair. By-product tersebut dikenal sebagai digestat mengandung nutrien yang tinggi yang dapat didayagunakan oleh makrofit akuatik hias dalam system lahan basah buatan. Penelitian yang dilakukan mengevaluasi kapasitas pendayagunaan nutrien dari Canna indica, Iris pseudacorus, dan Typha latifolia dari digestat cair, sekaligus memperbaiki kualitas dari efluen cair AD. Lahan basah buatan yang ditanami T. latifolia mampu menyisihkan TSS dan COD secara efektif. C. indica menyisihkan N hingga 72 N sebagai penyisih N paling efisien, dan pendayaguna N terbesar. I. pseudacorus menyisihkan P hingga 98 dan memiliki kandungan TP dalam tanaman yang lebih tinggi dari T. latifolia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendayagunaan nutrient menggunakan system lahan basah buatan mampu memperbaiki kualitas efluen dalam waktu yang singkat, sekaligus menambah nilai estetika terhadap lingkungan.

ABSTRACT
Anaerobic digestion AD which treats food waste is a waste to energy method that produces liquid effluent. This by product, known as digestate, contains high nutrients that could be recovered using ornamental aquatic macrophytes in a constructed wetland system. This study investigates the capacity of nutrient recovery of Canna indica, Iris pseudacorus, and Typha latifolia from liquid digestate, together with improving the quality of AD effluent. Constructed wetland with T. latifolia effectively removed TSS and COD. C. indica removed up to 72 N as the highest N removal efficiency, and recovered most of N, even though it still needs longer detention time to meet the standard. I. pseudacorus removed up to 98 P yet the average TP level in the plant was only slightly above T. latifolia. The result shows that nutrient recovery using constructed wetland improves the effluent quality within short operation period, meanwhile, C. indica and I. pseudacorus as ornamental aquatic macrophytes also added the aesthetic value to the environment."
2017
T49010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>