Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meity Taqdir Qodratillah
Abstrak :
Setiap negara mempunyai kebudayaan yangberbeda dengan negara lainnya. Demikian pula kebudayaan negara Indonesia berbeda dengan kebudayaan negara Prancis. Istilah sapaan yang berupa istilah kekerabatan bahasa Indonesia merupakan salah satu unsur kebudayaan. Dalam hal ini masyarakat Indonesia sangat memperhatikan penggunaan istilah sapaan tersebut dalam komunikasi untuk menyapa kawan bicaranya. Berdasarkan hal itu skripsi ini meneliti padanan yang diberikan oleh penyusun kamus dalam bahasa Prancis mengenai istilah sapaan yang berupa istilah kekerabatan dalam Kamus Umum Indonesia-Prancis. Tujuannya ialah untuk memperoleh gambaran sejauh mana ketepatan padanan yang diberikan oleh penyusun kamus dan melihat tipe padanan yang digunakan serta mengetahui sejauh mana padanan tersebut dapat digunakan oleh pemakainya. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan entri istilah sapaan yang berupa istilah kekerabatan dalam Kamus Umum Indonesia Prancis karya Pierre Labrousse. Data yang diperoleh berjumlah 74 buah entri dengan 89 buah padanan. Untuk mengetahui ketepatan padanan, digunakan teori analisis komponen makna dari Nida dan Taber. Kemudian meneliti tipe padanan dan penyajian padanannya berdasarkan teori Zgusta dan Al-Kasimi. Hasilnya menunjukkan bahwa padanan yang tepat sebanyak 40 buah (44,94%), padanan yang kurang tepat sebanyak 45 buah (51,69%), dan 3 buah (3,37%) padanannya menyimpang. Tipe padanan yang digunakan adalah tipe padanan terjemahan, sebanyak 25 buah (28,09 %), tipe padanan terjemahan +gloss 20 buah (22,47%), tipe padanan penjelasan sebanyak 6 buah (6,74%), tipe padanan penjelasan + gloss sebanyak 4 buah (4,50%) serta yang hanya berupa gloss sebanyak 34 buah (38,20%). Berdasarkan penyajian padanannya, dari entri yang berjumlah 74 buah menunjukkan bahwa 39 buah (52,70%) hanya dapat digunakan untuk memahami teks BSu bagi pemakai BSa ; sebanyak 9 buah (12,16%) dapat digunakan oleh pemakai BSa untuk memahami dan mendeskripsikan BSu. Sedangkan yang dapat digunakan untuk memahami teks BSu bagi pemakai BSa dan untuk memproduksi ujaran dalam BSa bagi pemakai BSu sebanyak 24 buah (32,43%) dan sebanyak 2 buah (2,71%) dapat digunakan oleh pemakai BSa untuk memahami dan mendeskripsikan BSu serta dapat digunakan pula oleh pemakai BSu untuk memproduksi ujaran dalam BSa. Penyusun kamus pada dasarnya sudah berusaha untuk memberikan padanan yang tepat dan baik. Akan tetapi karena perbedaan kebudayaan (dalam hal ini adanya culture-bound, words yaitu kata-kata yang terikat budaya) maka penyusun mengalami kesulitan untuk memperoleh padanan yang tepat dalam BSa. Untuk mengatasi hal itu diperlukan kecermatan dan pendalaman kebudayaan Indonesia terutama yang berkaitan dengan istilah sapaan yang berupa istilah kekerabatan bahasa Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Emma L. M.
Abstrak :
Makian, sebagai salah satu perwujudan perasaan manusia, dapat di katakan bersi fat universal karena setiap manusia yang normal dapat dipastikan pernah marah atau pernah merasa jengkel. Bagaimanapun kuatnya seorang manusia berusaha mengendalikan diri, pada suatu saat ketika emosi memuncak, ia akan mengeluarkan 1uapan marahnya atau rasa jengkelnya dengan makian, secara sadar ataupun tidak sadar. Karena sifatnya yang universal ini, maka dapat dikatakan bahwa di dalam setiap bahasa terdapat kata-kata yang dipilih para penuturnya untuk memaki. Tentu saja pilihan kata yang digunakan untuk memaki dalam setiap bahasa berbeda-beda dan bersifat khas sesuai dengan dengan latar belakang kebudayaan bahasa itu masing-masing. Karena sifatnya yang universal sekaligus khas ini maka penulis ingin melihat padanan makian di dalam sebuah kamus dwi bahasa Indonesia-Francis (Dictionnaire General Indonesien-Francais atau DIF) mengingat bahwa sebuah kamus dwibahasa merupakan jembatan yang nenghubungkan dua masyarakat bahasa yang berbeda. Atau dengan kata lain, objek utama dalam kamus dwi bahasa adalah menerjemahkan pesan-pesan suatu masyarakat bahasa yang berhubungan dengan masyarakat bahasa lain secara memuaskan.Adapun hal-hal yang diteliti dalam skripsi ini, yang berjudul Makian dalam Kamus _Dictionnaire General Indonesien-Francais karya Pierre Labrousse_ adalah: 1. Apakah makna makian Bahasa Sumber (dalam hal ini Bahasa Indonesia) setara dengan makna padanannya dalam Bahasa Sasaran (dalam hal ini Bahasa Francis). 2. Bagaimanakah bentuk padanan makian Indonesia yang diberikan, apakah berbentuk makian juga atau berbentuk penjelasan. Untuk menganalisis ketepatan makna padanan makian digunakan analisis komponen makna dan untuk menganalisis bentuk padanan makian dilakukan dengan bantuan kamus Nouveau Dictionnaire des Injures (DI). Bila padanan makian itu terdapat dalam DI maka bentuknya makian juga; jika tidak terdapat dalam DI maka bentuknya bukan makian. Setelah mengadakan analisis data dapat terlihat bahwa: 1. Dari segi bentuk padanan, penyusun kamus DIF telah berusaha sedapat-dapatnya menyelaraskan bentuk (makian SI diberikan padanan dalam bentuk makian juga) karena 55 dari 75 data yang di teliti berbantuk makian. 2. Dilihat dari segi semantik maka padanan makian dapat di katakan masih cukup rnemadai karena 46 dari 75 data yang diteliti memiliki komponen makna yang relatif tetap. Tetapi harus disayangkan adanya 24 data yang maknanya kurang tepat dan bahkan terdapat 5 data yang maknanya tidak tepat. Sementara itu dari 29 padanan makian yang kurang memadai maknanya, 19 di antaranya dalam bentuk makian juga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, penyusun kamus DIF ini lebih mementingkan segi bentuk daripada segi makna karena jumlah padanan yang berbentuk makian lebih besar (73,33X) daripada padanan yang bermakna relatif tepat (61,33%). Hal ini patut di sayangkan karena dalam kamus dwibahasa yang terpenting adalah makna agar pesan-pesan masyarakat bahasa asing tersampaikan dengan baik. Kekurangtepatan atau ketidaktepatan informasi makna makian dapat menyesatkan atau merugikan bahkan membahayakan para pemakai kamus karena menyangkut bahasa kasar yang peng_gunaannya tidak sembarang waktu atau sembarang kesempatan. Oleh karena itu tanpa mengurangi penghargaan yang tinggi atas jerih payah penyusun kamus DIF, maka penulis ingin menyarankan, jika mungkin, dilakukan pemeriksaan kembali khususnya yang rnanyangkut makian. Akhirnya, dengan segala kekurangannya, penulis meng_harapkan panelitian ini bermanfaat, sekeci1 apapun, sebagai pembuka jalan bagi penelitian yang selanjutnya yang lebih mandalam terutama mengenai makian BI yang sepanjang pengetahuan penulis masih luput dari perhatian para ahli BI.
1987
S14274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library