Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chinthia Rahadi Putri
"Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb. merupakan tanaman Indonesia yang memiliki beragam manfaat salah satunya sebagai peningkat nafsu makan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimasi suatu ekstraksi hijau menggunakan NADES berbasis glukosa-asam organik (1:3) dengan metode Ultrasonic Assisted Extraction (UAE) terhadap senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang terkandung pada tanaman temulawak. Berdasarkan hasil skrining kombinasi asam laktat dan glukosa mampu menarik senyawa kurkuminoid dan xantorizol lebih tinggi dibandingkan kombinasi lainnya. Proses optimasi ini menggunakan variabel-variabel berupa persentase penambahan air pada NADES (10%, 20%, dan 30%), waktu ekstraksi (10 menit, 20 menit, dan 30 menit), serta rasio serbuk-pelarut (5 mL/g, 10 mL/g, dan 15 mL/g). Kombinasi kondisi optimasi pada tiap levelnya menggunakan metode Response Surface Methodology dengan aplikasi Design Expert 13. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan instrumen KLT Densitometri dengan eluen yang digunakan adalah kloroform dan diklorometan (6:4) dengan panjang gelombang yang digunakan adalah 224 nm serta 425 nm. Kondisi paling optimum dalam ekstraksi ini adalah pada saat persentase penambahan air 30%, lama waktu ekstraksi 20 menit, dan rasio serbuk dengan pelarut 1:15 mL. Pada ekstrak NADES-UAE diperoleh senyawa kurkuminoid 6,64 ± 0,054 mg/g serbuk dan senyawa xantorizol 17,62 ± 0,203 mg/g serbuk. Hasil dari optimasi ini diperbandingkan dengan metode konvensional berupa maserasi-etanol 96%. Kadar senyawa kurkuminoid pada ekstrak maserasi yang diperoleh adalah 2,37 ± 0,015 mg/g serbuk dan senyawa xantorizol yang diperoleh adalah 9,14 ± 0,011 mg/g serbuk. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi UAE-NADES ini lebih efektif untuk menarik senyawa kurkuminoid dan xantorizol dibandingkan metode maserasi-etanol 96%.

Javanese Turmeric or Curcuma xanthorrhiza Roxb. is an Indonesian plant and one of its benefit is for an appetite enhancer. The aim of this study was to optimize a green extraction using glucose-organic acid (1:3) based NADES-Ultrasonic Assisted Extraction (UAE) method of curcuminoids and xanthorizol compounds contained in javanese turmeric. This optimization process used variables such as water content of NADES (10%, 20%, and 30%), extraction time (10 minutes, 20 minutes, and 30 minutes), and solid-liquid ratio (5 mL/g, 10 mL/g, and 15 mL/g). The combination of optimization conditions at each level used Response Surface Methodology method with the Design Expert 13 application. The determination of the levels was carried out using a TLC Densitometry instrument with the eluents used were chloroform and dichloromethane (6:4) with the wavelengths used were 224 nm and 425 nm. The most optimal condition in this extraction was when the water content of NADES was 30%, with 20 minutes extraction time, and 1:15 mL of the solid-liquid ratio. The NADES-UAE extract obtained curcuminoid compounds of 6.64 ± 0.054 mg/g powder and xantorizol compounds 17.62 ± 0.203 mg/g powder. The results of this optimization were compared with the conventional method of maceration-ethanol 96%. The content of curcuminoid compounds in the maceration extract obtained was 2.37 ± 0.015 mg/g powder and the xanthorizol compound obtained was 9.14 ± 0.011 mg/g powder. Thus, it can be concluded that the UAE-NADES extraction method was more effective for extracting curcuminoids and xanthorizol compounds than the 96% ethanol-maceration method.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuningtyas Nirmala Putri
"Saat ini, pengembangan sediaan fitofarmaka perlu dilakukan suatu uji quality control (QC) untuk menjamin mutu dan keamanan dari sediaan tersebut. Oleh karena itu, standardisasi dan metode analisis yang valid baik pada bahan baku maupun produk jadi merupakan faktor penting dalam pengembangan sediaan fitofarmaka. Sediaan fitofarmaka yang digunakan untuk mengobati diare banyak mengandung ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val). Biomarker dari ekstrak daun jambu biji yaitu kuersetin, sedangkan biomarker dari ekstrak rimpang kunyit yaitu kurkuminoid. Kadar dari kurkuminoid dan kuersetin dapat dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis tanah dan tempat tumbuh.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan kondisi optimum analisis kurkuminoid dan kuersetin serta mengetahui kadarnya dalam tablet obat diare yang mengandung ekstrak daun jambu biji dan rimpang kunyit dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) densitometri. Hasil penelitian menunjukkan fase gerak terbaik adalah toluenaseton-metanol-asam format (46:8:5:1) pada panjang gelombang 426 nm untuk kurkuminoid dan 303 nm untuk kuersetin. Kurva kalibrasi kurkuminoid antara 612-1632 ppm, dan kuersetin antara 81,12-405,6 ppm. Batas deteksi dan kuantitasi kurkuminoid berturut-turut sebesar 100,65 ppm dan 335,49 ppm, sedangkan batas deteksi dan kuantitasi kuersetin berturut-turut sebesar 17,92 ppm dan 59,72 ppm. Kadar rata-rata kurkuminoid sebelum dikoreksi sebesar 2541,59 μg/g dan kadar rata kuersetin sebelum dikoreksi sebesar 306,55 μg/g. Perolehan kembali kurkuminoid adalah 71,02 % dan kuersetin adalah 94,57 %. Kadar rata-rata kurkuminoid setelah dikoreksi sebesar 3578,70 μg/g dan kadar rata kuersetin setelah dikoreksi sebesar 324,16 μg/g.

Recently, developing of phytopharmaca needs quality control (QC) test to ensure the quality and safety. Thus, standardization and validation analysis methods of raw materials and product are an important factor in developing of phytopharmaca. The phytopharmaca for diarrhoea treatment contains extract of guava leaves and turmeric rhizome. Biomarker from extract of guava leave is quercetin, while biomarker from turmeric rhizome is curcuminoid. Curcuminoid and quercetin contents are influenced by the age of plants themselves, cultivate type and place of growth.
The purpose of this research was to get the analysis method for curcuminoid and quercetin contents in diarrhoea tablet contains extract of guava leaves and turmeric rhizome with using High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC) method densitometry. The result shows toluene-acetone-methanol-formic acid (46:8:5:1) is the best mobile phase at 426 nm for curcuminoid and 303 nm for quercetin. The calibration curve of curcuminoid between 612-1632 ppm, and quercetin between 81,12-405,6 ppm. Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantitation (LOQ) of curcuminoid is 100,65 ppm and 335,49 ppm respectively, while Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantitation (LOQ) of quercetin is 17,92 ppm and 59,72 ppm respectively. The average content of curcuminoid before corrected is about 2541,59 μg/g and quercetin is 306,55 μg/g. The recovery of curcuminoid is 71,02 % and quercetin 94,57 %."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32916
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arry Yanuar
"Sik.looksigenase merupakan enzim yang mengkonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan berperan penting dalam menimbulkan respons inflamasi. Oleh karena itu obat-obat antiinflamasi baru umumnya dikembangk.an berdasarkan aktivitas inhibisi i.iklooksigenase.
Ku1kumin, senyawa aktif dari Curcuma longa, dan analog alamiahnya memiliki aktivitas inhibi􀀖i 􀄑iklooksigenase yang teramati secara in vitro dan m vivo pada penelitian sebelumnya Pada penelitian ini, dilakukan pengujian secara in Jili< o melalui penambatan moleku!er menggunakan AutoDock 4 0 untuk mcngamati aktivitas inhibisi siklooks1genasi beberapa analog kurkuminoid sintesis.
Dari hasil penambatan molekuler kemudian analog diperingkatkan berdasarkan 􀆱G ikatan dan konst.anta inhibisinya. Ki. Analog yang diuji memili.ki rataan 􀇏G kluster terendah -10,287 kkal/mol dan tertinggi - 9,220 kkal/mol Sedangkan Ki terendah adalah 22,997 nM dan tertinggi adalah 130,744 nM. Daerah pengikuuin substrat yang penting adalah Ser 353, Tyr 355, Tyr 385, dan Trp 387"
2009
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Trisnayanti
"ABSTRAK
Rimpang temulawak (Curcurna xanthorrhiza Roxb) adalah salah satu jenis sintplisia yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku jamu. Rimpang ini mudah terkontaminasi oleh kapang Aspergillus flavus yang berasal dari tanah karena kadar amilumnya yang tinggi. Adanya kontaminasi kapang ini akan mengurangi khasiat temulawak bila digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
Radiasi gamma telah digunakan untuk membasmi serta menurunkan angka kapang dan angka bakteri pada bahan baku dan sediaan jamu. Pada penelitian ini telah dipelajari efek radiasi gamma pada aktivitas antikapang dari minyak atsiri dan kurkuminoid temulawak, pada pertumbuhan Aspergillus flavus. Dipelajari pula efek radiasi gamma pada karakteristik kedua komponen tersebut.
Dosis radiasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 0, 5, 10, 30, dan 50 kGy, serta variasi penyimpanan selama 0 dan 3 bulan. Aktivitas antikapang kedua komponen pada A. flavus diamati dengan mengukur diameter hambatannya pada media agar padat PDA (Potato Dextrose Agar). Sedangkan karakteristik kedua
komponen diperiksa dengan menggunakan alat GC untuk minyak atsiri dan HPLC untuk kurkuminoid, serta spektroskopi FTIR untuk keduanya.
Dari hasil penelitian mi terlihat bahwa minyak atsiri temulawak mempunyai aktivitas antikapang pada pertumbuhan Aspergillus flavus, baik yang disiinpan maupun yang tidak. Sebaliknya, kurkuminoid temulawak meinberikan efek stimulator pada pertumbuhan Aspergillus tiavus, baik pada rimpang yang disimpan maupun yang tidak.
Radiasi gamma dan interaksi antara dosis iradiasi dan penyimpanan tidak berpengaruh pada aktivitas antikapang minyak atsiri pada P < 0,05. Minyak atsiri dari rimpang yang disimpan selama 3 bulan memperlihatkan aktivitas antikapang yang lebih tinggi dari pada yang tidak disimpan. Namun sebaliknya, efek stimulator dari kurkuminoid temulawak ini tidak dipengaruhi oleh radiasi dan penyimpanan.
Berdasarkan kromatograin masing-masing komponen dan spektroskopi FTIR-nya, iradiasi hingga 50 kGy tidak merubah karakteristik minyak atsiri dan kurkuminoid temulawak."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Christinauly
"Ekstrak Andrographis paniculata dan Curcuma domestica mempunyai banyak aktivitas farmakologi sehingga sudah mulai dikembangkan produk sediaan herbal yang mengandung campuran ekstrak herbal tersebut. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan suatu metode kontrol kualitas untuk menjamin efek terapi yang konsisten dari sediaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimum untuk analisis kuantitatif senyawa aktif campuran ekstrak herbal tersebut secara simultan.dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis densitometri. Senyawa yang ditetapkan kadarnya adalah andrografolid dan kurkuminoid.
Hasil penelitian menunjukkan fase gerak terbaik adalah kloroform-metanol (9:1). Metode ini mempunyai linearitas, presisi, dan perolehan kembali yang cukup baik. Batas deteksi andrografolid dan kurkuminoid adalah 79,54 ng dan 390,69 ng. Batas kuantitasi andrografolid dan kurkuminoid adalah 265,13 ng dan 1.302,29 ng.

Andrographis paniculata and Curcuma domestica extracts have various pharmacological activities so that many herbal medicinal preparation contain the mixtures of these extracts. Therefore, it is necessary to develop a quality control method in order to ensure its consistent therapeutic effect. This research tried to find optimum condition for quantitative analysis of bioactive compounds in these herbal mixtures simultaneously using thin layer chromatography densitometry method. Those compounds are andro- grapholide and curcuminoid.
The result showed that chloroform-methanol (9:1) is the best mobile phase. This method has quite good linearity, precision, and recovery. The limit of detection for andrographolide and curcuminoid are 79,54 ng and 390,69 ng. The limit of quantitation for andrographolide and curcuminoid are 265,13 ng and 1.302,29 ng."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nathasya Humaira Adriani
"ABSTRAK
Tanaman kunyit Curcuma longa telah lama dikenal manfaatnya sebagai tanaman obat. Pada penelitian ini, pemurnian senyawa kurkuminoid terhidrogenasi dengan katalis Pd/C telah berhasil dilakukan. Senyawa kurkuminoid dihidrogenasi untuk menghilangkan warna kuning agar dapat dijadikan dasar studi penggunaan kurkuminoid sebagai senyawa aktif dalam obat kumur. Senyawa kurkuminoid didapatkan melalui ekstraksi menggunakan Soxhlet kemudian dihidrogenasi selama 210 menit. Senyawa hasil hidrogenasi ini kemudian dipisahkan menggunakan kromatografi kolom gravitasi dengan n-hexana:etil asetat sebagai eluen sehingga didapatkan tetrahidrokurkuminoid dengan konversi sebesar 23,45 . Pemurnian terhadap senyawa tetrahidrokurkuminoid menjadi tiga senyawa, yaitu tetrahidrokurkumin THC , tetrahidrodemetoksikurkumin THDC , dan tetrahidrobisdemetoksikurkumin THBDC . Ketiga senyawa ini dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan diketahui bahwa ketiga senyawa ini memiliki perbedaan puncak serapan, yaitu pada 282 nm untuk senyawa THC; pada 283 nm untuk senyawa THDC; dan pada 280 nm untuk senyawa THBDC. Selain itu juga dilakukan karakterisasi dengan spektrometer FTIR dan didapatkan ketiga senyawa ini memiliki puncak serapan CH-sp3 2932 cm-1 dan pergeseran pada serapan C-O 1231 cm-1 dimana ada tidaknya gugus metoksi merupakan ciri khas dari masing-masing senyawa. Ketiga senyawa ini kemudian diuji aktivitas antibakterinya menggunakan metode disk cakram terhadap bakteri Staphylococcus aureusdan Streptococcus mutans. Hasilnya, senyawa THC memiliki aktivitas antibakteri tingkat sedang terhadap bakteri S. aureusdengan zona inhibisi 5,5 mm dan senyawa THDC memiliki aktivitas antibakteri tingkat sedang terhadap bakteriS. mutans dengan zona inhibisi 5,5 mm.

ABSTRACT
Turmeric Curcuma longa has been known for its benefit as one of medicine herbs. In this study, purification of hydrogenated curcuminoid compounds by using Pd C catalyst has been conducted. Curcuminoid compounds were hydrogenated in order to eliminate its yellow color to be used as the basis of the use of curcuminoid as an active ingredient in mouthwash. Curcuminoid compounds obtained from Soxhlet extraction then was hydrogenated for 210 minutes. The hydrogenated compounds then were separated by using gravity column chromatography with n hexane ethyl acetate as an eluent, to obtained tetrahydrocurcuminoid with percent conversion of 23.45 . Afterwards, purification process of tetrahyrocurcuminoid was conducted and three derivative compounds of tetrahydrocurcuminoid were isolated, i.e. tetrahydrocurcumin THC , tetrahydrodemethoxycurcumin THDC , and tetrahydro bisdemethoxycurumin THBDC . These three compounds were characterized by using UV Vis spectrophotometer resulted in three peaks in three different wavelengths 282, 283, and 280 nm for THC, THDC, and THBDC, respectively. Characterization with FTIR spectrometer were also been carried out and these three compounds showed a CH sp3peak 2932 cm 1 and the shift in C O groups 1231 cm 1 , indicated the existancy of methoxy group that can distinguish one compound to others. These three compounds then were evaluated for its antibacterial activity against Staphylococcus aureusand Streptococcus mutans. The result showed that THC had moderate antibacterial activity against S. aureuswith inhibition zone of 5.5 mm and THDC also showed moderate antibacterial activity against S. mutans with inhibition zone of 5.5 mm."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misna Rahma Putri
"Pengobatan kanker payudara saat ini sedang dipertimbangkan karena toksisitas kemoterapi tradisional. Oleh karena itu, penting untuk mencari alternatif berbasis alam dengan toksisitas lebih rendah. Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) mengandung senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang berpotensi sebagai agen antikanker. NADES sebagai salah satu pelarut hijau telah digunakan dalam banyak ekstraksi karena kelebihannya. Namun, belum ada penelitian tentang aktivitas antikanker dari ekstrak NADES temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan aktivitas antikanker dari ekstrak NADES kolin klorida-gliserol (ChCl-Gly) dan ekstrak etanol 96% temulawak pada sel kanker payudara MCF-7 menggunakan uji MTT. Metode antipelarut digunakan untuk memulihkan kurkuminoid dan xantorizol dari ekstrak NADES ChCl-Gly karena toksisitasnya terhadap sel MCF-7. Hasil penelitian menunjukkan persentase pemulihan kembali kurkuminoid dan xantorizol berturut-turut sebesar 17,1% dan 16,47%. Kadar kurkuminoid dan xantorizol dalam ekstrak NADES setelah pemulihan adalah 187,97 ± 0,002 mg/g dan 132,30 ± 0,005 mg/g ekstrak, sedangkan ekstrak etanol mengandung 161,96 ± 0,038 mg/g dan 566,37 ± 0,074 mg/g ekstrak. Nilai IC50 untuk ekstrak NADES dan etanol temulawak berturut-turut adalah 1771,29 µg/mL dan 793,19 µg/mL. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak NADES temulawak tidak menunjukkan aktivitas antikanker, sementara ekstrak etanol memiliki aktivitas antikanker yang lemah.

Breast cancer treatment was being reconsidered due to the toxicity of traditional chemotherapy. Therefore, it was important to search for alternative natural options with lower toxicity. The rhizome of temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) contained curcuminoid and xanthorrhizol compounds, which had the potential as anticancer agents. NADES as one of the green solvents had been widely used in various extractions due to its advantages. However, there had been no research on the anticancer activity of temulawak NADES extract. This study aimed to evaluate and compare the anticancer activity of temulawak NADES extract (ChCl-Gly) and 96% ethanol extract on MCF-7 breast cancer cells using the MTT assay. The anti-solvent method was used to recover curcuminoid and xanthorrhizol from temulawak NADES extract due to its toxicity to MCF-7 cells. The results showed a recovery percentage of 17.1% for curcuminoid and 16.47% for xanthorrhizol. The content of curcuminoid and xanthorrhizol in the recovered NADES extract was 187.97 ± 0.002 mg/g and 132.30 ± 0.005 mg/g, respectively, while the ethanol extract contained 161.96 ± 0.038 mg/g of curcuminoid and 566.37 ± 0.074 mg/g of xanthorrhizol. The IC50 values obtained for temulawak NADES and ethanol extracts were 1771.29 µg/mL and 793.19 µg/mL, respectively. It was concluded that temulawak NADES extract did not exhibit anticancer activity, while the ethanol extract showed weak anticancer activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Syaharani Putri Kusumowardhani
"Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakantanaman obat Indonesia yang mengandung senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang memiliki aktivitas biologis yang luas. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) merupakan pelarut hijau alternatif yang memiliki dampak minimal untuk lingkungan karena sifatnya yang biodegradable.Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan menarik senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang memiliki polaritas berbeda dengan pelarut NADES menggunakan metode ekstraksi berbasis utrasonik (UAE) yang dibandingkan dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol. Setelah dilakukan pengujian terhadap 3 kombinasi NADES, kombinasi NADES terpilih diekstraksi dengan 3 variabel bebas hingga dicapai kondisi optimum menggunakan rancangan Response Surface Methodology (RSM). Variabel bebas pada RSM yaitu penambahan air pada NADES (10, 20, 30%), waktu ekstraksi (10, 20, dan 30 menit), dan rasio pelarut terhadap serbuk (15, 20, 25 mL/g). Penetapan kadar kurkuminoid dan xantorizol dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan fase gerak 0,07% asam format–asetonitril (45:55 v/v) lalu dideteksi pada panjang gelombang 425 nm untuk kurkuminoid dan 275 nm untuk xantorizol. Dari hasil analisis, kondisi ekstraksi optimal dihasilkan dari kombinasi NADES kolin klorida-gliserol (1:1) pada variasi 8 dengan kondisi penambahan air pada NADES sebanyak 10%, waktu ekstraksi 20 menit, dan rasio pelarut terhadap sampel 25 mL/g. Kondisi tersebut menghasilkan kadar kurkuminoid sebesar 7,32 mg/g dan kadar xantorizol sebesar 2,01 mg/g. Berdasarkan hasil penelitian, UAE-NADES lebih efektif dalam menarik senyawa kurkuminoid sebesar 7,32 mg/g dan maserasi-etanol lebih efektif dalam menarik senyawa xantorizol sebesar 12,61 mg/g. Kondisi optimum dipilih berdasar solusi RSM dengan kadar kurkuminoid sebesar 4,952 mg/g dan kadar xantorizol sebesar 0,694 mg/g.

Javanese turmeric contains curcuminoid and xanthorrhizol that have wide range of biological activities. Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) is an alternative green solvent that has minimal impact on the environment due to its biodegradable nature. This study aimed to evaluate the ability to extract curcuminoids and xantorizol that have different polaritieswith NADES using Ultrasound-Asissted Extraction (UAE) compared to conventional maceration extraction using ethanol. After testing 3 NADES combinations, the selected NADES was extracted with 3 independent variables until the optimum conditions were achieved using the Response Surface Methodology (RSM) design.The independent variables used were the addition of water to NADES (10, 20, 30%), extraction time (10, 20, and 30 minutes), and the ratio of solvent to powder (15, 20, 25 mL/g). The levels of curcuminoids and xanthorrhizol were determined using High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) with a mobile phase of 0.07% formic acid–acetonitrile (45:55v/v) then detected at a wavelength of 425 nm for curcuminoids and 275 nm for xanthorrhizol. From the analysis results, the optimal extraction conditions resulted from the combination of NADES choline chloride-glycerol (1:1) at run 8 with the conditions of adding 10% of water to NADES, 20 minutes extraction time, and solvent to sample ratio 25 mL/g. This condition resulted in curcuminoid levels of 7.32 mg/g and xantorizol levels of 2.01 mg/g. Based on the results of the study, UAE-NADES was more effective in attracting curcuminoid of 7.32 mg/g and maceration-ethanol was more effective in attracting xanthorizolof 12.61 mg/g. The optimum conditions were selected based on the RSM solution, with curcuminoid levels of 4.952 mg/g and xanthorizol levels of 0.694 mg/g."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Meltiara
"Ionic liquid merupakan salah satu jenis pelarut hijau yang sudah banyak diuji keberhasilannya dalam mengekstraksi berbagai senyawa bahan herbal. IL merupakan designer solvent, dimana kation dan anion pada IL bersifat fleksibel menyesuaikan dengan sifat zat aktif target, membuat IL efisien dalam menarik senyawa polar maupun non-polar. Tujuan dari penelitian ini yaitu memperoleh kondisi optimum ekstraksi kurkuminoid dan xantorizol dari rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb.) menggunakan 1-Heksadesil-3-metilimidazolium bromida secara UAE (Ultrasonic Assisted Extraction) serta mengetahui perbandingannya dengan maserasi menggunakan etanol 96%. Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam optimasi yaitu konsentrasi IL (0.05; 0.1; 0.15M), waktu ekstraksi (10; 12.5; 15 menit) dan rasio sampel-pelarut (15; 20; 25 mL/g). Semua variabel di desain menggunakan metode Response Surface Methodology. Kuantifikasi senyawa kurkuminoid dan xantorizol dilakukan menggunakan KCKT UV-Vis menggunakan fase gerak asetonitril (A) dan asam format 0.007% dalam air (B) dengan program elusi gradien 45–85% (A): 0-60 menit dan dideteksi pada panjang gelombang 425 nm dan 275 nm. Hasil kadar senyawa kurkuminoid terbesar diperoleh pada konsentrasi IL 0.05M; waktu ekstraksi 12 menit dan rasio sampel-pelarut 25 mL/g dengan perolehan sebesar 8.709 mg/g. Sementara, kadar xantorizol optimum diperoleh sebesar 14.099 mg/g pada konsentrasi IL 0.05M; waktu ekstraksi 14 menit dan rasio sampel-pelarut 1:24.5 mL/g. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa kadar senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang diekstraksi secara IL-UAE memberikan nilai lebih tinggi dibandingkan metode konvensional. Maserasi temulawak menggunakan etanol 96% hanya mampu menghasilkan kadar kurkuminoid dan xantorizol berturut-turut sebesar 4,92 mg/g dan 12,467 mg/g.

Ionic liquid is one of the green solvents studied in relation to its success in extracting natural compounds. Ionic liquids are considered to be designer solvents due to its ability to alter cation and anion combination adapting to the compounds target, making it efficient for extraction on polar and non-polar compounds. The purpose in this study is to find the optimum extraction of curcuminoid and xanthorrhizol from rhizome of javanese turmeric using ionic liquid 1-Hexadecyl-3-methylimidazolium bromide based UAE (Ultrasonic Assisted Extraction) and to compare the effectiveness of the extraction with 96% ethanol by maceration method. Independent variables used for optimization are IL concentration (0.05; 0.1; 0.15M), time extraction (10; 12.5; 15 minutes) and ratio of solvent to powder (15; 20; 25 mL/g). All variables were designed by using Response Surface Methodology (RSM). Curcuminoid and xanthorrhizol quantification was done using HPLC UV-Vis with mobile phase composition of acetonitrile (A) and 0.07% formic acid on water (B) with gradient elution program 45–85% (A): 0-60 min, 65 – 100% (A): 60-75 min, 100% (A): 75-80 min and was detected on a wavelength of 425 (curcuminoid) and 275 (xanthorrhizol). The results showed that the highest curcuminoid content obtained was 8.709 mg/g with IL concentration 0.05M; time extraction 12 minutes and a ratio of solvent to powder 1:25 g/mL. While the highest xanthorrhizol content obtained was 14.099 mg/g with IL concentration 0.05M; time extraction 14 minutes and a ratio of solvent to powder 1:24.5 g/mL. Based on the result, IL-UAE is more effective to attract curcuminoid and xanthorrhizol than the conventional method. Maceration using 96% ethanol of javanese turmeric rhizome only gave results of 4.92 mg/g for curcuminoid and 12.467 mg/g for xanthorrhizol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Aryani
"Pelarut Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) merupakan salah satu pelarut alternatif yang dapat menggantikan pelarut organik. NADES memiliki berbagai kelebihan baik untuk lingkungan maupun proses ekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum ekstraksi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dengan berbagai kondisi ekstraksi menggunakan maserasi kinetik-NADES dan dibandingkan dengan ekstrak digesti-etanol 96%. Desain eksperimen menggunakan RSM Box-Behnken. Senyawa kurkuminoid dan xantorizol dianalisis menggunakan KLT Densitometri dengan fase gerak diklorometana-klorofom (4:6). NADES yang digunakan terdiri dari kolin klorida sebagai penerima ikatan hidrogen dan gula alkohol (gliserol, sorbitol, xylitol) sebagai donor ikatan hidrogen dengan rasio molar 1:1. NADES terbaik yang digunakan untuk optimasi adalah kolin klorida-gliserol dengan temperatur ekstraksi 50oC sebagai suhu ekstraksi terbaik. Kondisi optimum maserasi kinetik-NADES didapatkan pada konsentrasi penambahan air 10%, rasio serbuk pelarut 1:20 g/ml, dan kecepatan agitasi 600 rpm dengan kadar senyawa yang dihasilkan yaitu kurkuminoid 5,54  0,074 mg/g serbuk dan xantorizol 15,32  0,080 mg/g serbuk. Pada ekstraksi digesti-etanol didapatkan kurkuminoid 4,04  0,008 mg/g serbuk dan xantorizol 31,30  0,090 mg/g serbuk. Kadar kurkuminoid yang dihasilkan dari ekstraksi maserasi kinetik-NADES lebih baik dibandingkan dengan digesti-etanol, namun kadar xantorizol yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan digesti-etanol.

Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) is an alternative solvent that can replace organic solvents. NADES has various advantages for both environment and the extraction process. This study aimed to obtain the optimal extraction condition of Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza) rhizomes with various extraction conditions using kinetic maceration-NADES and the result were compared with digestion-96%ethanol extraction. Experimental design was performed through RSM Box-Behnken. Curcuminoid and xanthorrhizol in Javanese turmeric extract were analyzed using TLC Densitometry with dichloromethane-chloroform (4:6) as mobile phase. The selected NADES compositions used choline chloride as hydrogen bond acceptors (HBA) and sugar alcohol (glycerol, sorbitol, and xylitol) as hydrogen bond donors (HBD) with 1:1 molar ratio. The optimal NADES used for optimization is choline chloride-glycerol with optimum extraction temperature of 50oC. The optimum extraction was achieved with 10% water content in NADES, solid to liquid ratio 1:20 g/ml, and agitation speed 600 rpm which obtain 5.54  0.074 mg/g powder curcuminoid and 15.32  0.080 mg/g powder xanthorrhizol. The digestion-ethanol method obtained 4.04  0.008 mg/g powder curcuminoid and 31.30  0.090 mg/g powder xanthorrhizol. Kinetic maceration-NADES extraction produced higher curcuminoid levels than digestion-ethanol method, but it produced lower xanthrorrhizol levels than digestion-ethanol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>