Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nindya Dwi Tamara
Abstrak :
ABSTRACT
Skripsi Ini membahas sejarah lahirnya gerakan etnonasionalisme Kurdi di Irak, upaya-upaya yang dilakukan etnis Kurdi untuk memperoleh otonomi wilayah Irak Utara, dan dinamika perjuangan etnis Kurdi di Irak. Penelitian ini adalah sebuah penelitian sejarah. Etnis Kurdi adalah sebuah etnis dengan jumlah besar yang tidak memiliki negara sendiri. Gerakan etnonasionalime Kurdi di Irak dalam upaya memperoleh wilayah otonominya selalu mengalami pasang surut. Faktor geografi Kurdistan yang terbagi ke dalam empat negara, penindasan kolonial maupun rezim lokal yang kerap dialami etnis Kurdi, status etnis Kurdi sebagai minoritas, pemanfaatan etnis Kurdi oleh negara asing dalam mencari kepentingannya, dan ambisi etnis Kurdi untuk memiliki negara Kurdistan yang merdeka merupakan latar belakang lahirnya perjuangan Kurdi. Setiap kali pemerintah pusat Irak lemah sebagai akibat dari kekacauan internal misalnya, pada 1958 penggulingan Monarki, kudeta Baath pada 1968, dan Perang Irak-Iran pada 1980-1988, Kurdi mendesak maju. dan setiap kali Kurdi melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Irak, maka akan mendapatkan serangan balik yang lebih brutal. Puncaknya adalah ketika kampanye genosida pada rezim Sadam Husein. Dengan menggunakan gas beracun yang menewaskan ratusan ribu orang Kurdi. Pada 1991, setelah Perang Teluk, Presiden AS George H. W. Bush telah mendorong suku Kurdi untuk mengangkat senjata melawan Sadam. Ketika Sadam kembali menekan pemberontakan Kurdi dengan cara brutal. Sekutu Perang Teluk memberlakukan zona larangan terbang dan mendirikan tempat perlindungan yang aman di Irak Utara dan memberikan perlindungan internasional bagi etnis Kurdi untuk pertama kalinya.
ABSTRACT
This undergraduate thesis focuses on the birth history of the Kurds ethnonationalism movement in Iraq, the efforts of Kurds to gain the autonomy of the region in northern Iraq, and the dynamics of the Kurds struggle in Iraq. This research use a historical method. Kurds ethnic are an ethnic group with large numbers that do not have their own country. An effort of the Kurds ethnonationalism movement in Iraq to obtain a region autonomous always ups and downs. The geographical factors of Kurdistan are divided into four different countries, colonial oppression and local regimes that Kurds ethnic felt, Kurds ethnic status as a minority, Kurds ethnic used by foreign countries to gain their own goals, and Kurds ethnic ambition to have an independent state of Kurdistan are the factors that triggers a Kurds struggle. Whenever the Iraqi central government was in bad situation caused internal troubles, for example, in 1958 the overthrow of the Monarchy, the Baath coup in 1968, and the Iraq Iran War in 1980 1988, the Kurds pressed forward. and all of the Kurds rebellions against the Iraqi government, it will get a more brutal counter attack. The peak is when the campaign of genocide in Saddam Hussein regime. By using poison gas that killed hundreds of thousands of Kurds. In 1991, after the Gulf War, US President George H. W. Bush had encouraged the Kurds to take up arms against Sadam. When Sadam suppressed over the Kurdish rebellions in a brutal ways, Gulf War allies imposed a no fly zone and created a safe haven in northern Iraq and provided international protection for Kurds ethnic for the first time.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Jamaludin
Abstrak :
Dalam tesls ini, penulis ingin menjelaskan Kebijakan Luar Négeri Turki dalam mengatasi masalah Kurdi. Tema ini sangat menarik bagi penulis karena masalah Bangsa Kurcli tidak hanya dihadapi oleh negara Turki saja, namun juga melibatkan beberapa negara tetangga Turki yang menghadapi permasalahan dengan Bangsa Kurdi. Dinamika intemal para aktor politik Turki berkenaan dengan perkembangan penanganan masalah Kurdi dan hubungan antamegara dalam mengatasi masalah ini juga menarik untuk disimak, karena berkaitan dengan kepentingan negara masing-masing. Dengan menggunakan teori Snyder dan Coplin mengenai proses pengambilan keputusan, model proses pembuatap kebijakan luar negeri dari Allison, dan juga didukung oleh pendapat Holsti mengenai interaksi antaraktor serta teori Frankie mengenai faktor ekstemal dalam pembuatan keputusan Iuar negeri, penulis mencoba membahas masaiah tersebut Tesis ini merupakan kajian kualitatif. Penelitian tesis ini adalah deskriptif. Data penelitian diperoieh melalui teknik pengumpulan data kepustakaan. Dari penelitan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa daIam penyelesaian masalah Kurdi, selain peranan dominan dari kalangan mi1iter, pihak eksekutif dan partai politikjuga memainkan peranan penting dalam penyelesaian masalah tersebut. Hubungan Turki dengan negara- negara tetangga juga sedikit banyak dipengaruhi oleh perkembangan konflik Kurdi di kawasan tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T3309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Sarah Azani
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini fokus kepada pembahasan mengenai persoalan bangsa Kurdi sebagai kelompok minoritas di Timur Tengah. Permasalahan yang diteliti di dalam tesis ini yaitu kepentingan bangsa Kurdi pada konflik yang melanda Suriah sejak 2011 lalu serta bagaimana strategi yang ditempuh untuk merealisasikan kepentingannya. Teori yang digunakan antara lain basic human needs theory, self-determination theory, serta Communalism. Tesis ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif serta pengambilan data dengan metode library research dan wawancara. Adapun hasil penelitian ini adalah kepentingan dari bangsa Kurdi terutama bangsa Kurdi Suriah yaitu mendirikan pemerintahan otonomi di Suriah berbentuk federasi serta berlandaskan nilai-nilai demokrasi yang dapat menunjang hak-hak kaum Kurdi di Suriah. Sementara strategi yang ditempuh kelompok Kurdi Suriah terutama dari PYD yaitu memanfaatkan kondisi instabilitas politik Suriah dengan mendeklarasikan pemerintahan otonomi di Rojava, mendeklarasikan The Social Contract sebagai landasan pemerintahan, menguasai sumber daya alam dan melakukan ekspansi wilayah, aliansi dengan Amerika Serikat dan Rusia, serta memanfaatkan media sosial dan internet untuk menyebarkan propaganda. Penelitian juga menemukan bahwa fragmentasi yang terjadi di antara bangsa Kurdi di Timur Tengah sangat berpengaruh terhadap perkembangan politik bangsa Kurdi di Suri
ABSTRACT
This thesis focused on discussions about the problems of the Kurds as a minority group in Middle East. The problems examined in this thesis are the interests of the Kurds especially in Syria in the Syrian conflict since 2011 and how the strategies pursued to realize their interests. Theories used include the basic human needs theory, self-determination theory, and Communalism. This thesis used a qualitative method with a descriptive approach and data collection using the library research method and interview. The results of this study are the interest of the Syrian Kurds is to establish an autonomous government in Syria in the form of a federation and based on democratic values that can support the rights of Kurds in Syria. While the strategies pursued by the Syrian Kurdish groups, especially from PYD, is to take the advantages of the Syrian political instability conditions by declaring an autonomous government in Rojava, declaring The Social Contract as the foundation of the government, controlling natural resources and expanding regions, alliances with the United States and Russia, and utilizing the media social and internet to spread propaganda. The study also found that the fragmentation of the Kurds in the Middle East greatly influenced the political development of the Kurds in Syria
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2018
T52443
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Chasif Ascha
Abstrak :
Penelitian ini membahas hubungan antara Kurdistan Regional Government (KRG) dan Kurdistan Worker's Party (PKK) dalam kajian Hubungan Internasional. Pada dekade 90an, hubungan antara KRG dan PKK saling bermusuhan dengan jalan peperangan. Namun hubungan mereka mengalami dinamika yang juga merembet ke wilayah Kurdistan Suriah dalam beberapa peristiwa semenjak dimulainya Arab Spring. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola hubungan antara KRG dan PKK dalam kurun waktu 2012-2019. Penelitian ini memakai metode kualitatif melalui studi pustaka. Dalam menganalisis, penulis menggunakan pendekatan Konstruktivisme melalui konsep sistem internasional, identitas dan kepentingan, serta tindak tutur. Penulis berpendapat bahwa dinamika hubungan antara KRG dan PKK menujukkan adanya proses transformasi antara sistem hubungan Lockean yang ditandai dengan adanya rivalitas dan sistem hubungan Kantian pada tindakan kerja sama atau solidaritas di antara mereka. Pada hubungan yang menunjukkan rivalitas, terjadi pertentangan antara identitas ideologi KRG dan PKK. Pebedaan identitas tersebut menghasilkan sebuah rivalitas dengan upaya masing-masing aktor untuk mengejar kepentingannya masing-masing. Dalam hubungan kerja sama atau solidaritas antara KRG dan PKK, identitas Kurdi menjadi identitas kolektif yang menjadi dasar dari tindakan mereka. Proses pembentukan dan rekonseptualisasi sistem hubungan di antara keduanya juga melibatkan tindak tutur yang mengandung maksud dan makna tertentu dari tokoh-tokoh aktor baik ketika dalam sebuah hubungan rivalitas ataupun juga dalam tindakan kerja sama serta solidaritas. ......This research discusses the relations between Kurdistan Regional Government (KRG) and Kurdistan Worker’s Party (PKK) on International Relations study. In the decade of the '90s, the relations between KRG and PKK was characterized in the form fighting each other. But the relations experienced certain dynamics and expanded into Syrian Kurdistan in several events since the start of the Arab Spring. This research aiming to explain characteristic of relations between KRG and PKK in the period of 2012 to 2019. This thesis use qualitative method through library research. In the analysis, the researcher uses the Constructivism approach through the concept of the international system, identity and interest, as well as speech acts. The researcher argues that the dynamics of the relations between KRG and PKK indicated the transformation of the Lockean system which characterized by rivalry and Kantian system in the cooperation and solidarity acts. In the rivalry relations, the are clash of ideological identities between KRG and PKK. The disparity of identity resulted rivalry with the efforts of two actors to attain the interests. In the cooperation and solidarity relations between KRG and PKK, Kurds identity became collective identity which is the basis of their actions. The Process of structure construction and reconceptualization among the two actors involving speech acts that contained the intentions and purposes from the KRG and PKK’s figures either in the rivalry or in the cooperation and solidarity.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Gumilang
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas peristiwa terjadinya pembantaian suku Kurdi di Halabja, Irak Utara yang terjadi pads masa pemerintahan Saddam Hussein pada tahun 1988, serta faktor yang menyebabkan peristiwa ini terjadi. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis. Peristiwa pembantaian suku Kurdi di Irak utara ini terjadi di salah satu perkampungan suku Kurdi bemama Halabja. Peristiwa ini merupakan serangkaian kampanye yang terjadi pada hari Jum'at 16 Maret 1988. Saddam mengeluarkan kebijakan ini berdasarkan karena pribadi Saddam yang keras dan politik tiran dan terror yang dianutnya akibat pengaruh Iingkungan yang penuh dengan kekerasan. Katakter Saddam semakin tampak terlihat selama bergabung dengan Partai Baath. Yaitu Partai yang menganut tribalisme dengan mengutamakan dan memumikan etnis Arab. Suku Kurdi telah melakukan pemisahan diri untuk membentuk Negara Kurdistan yang merdeka jauh sebelum rezim Saddam dan Baath berkuasa karena deskriminasi etnis dan sektarian. Berkuasanya ideologi partai Baath membuat suku Kurdi semakin meningkatkan aksi perjuangannya dengan serangkaian pemberontakan, akan tetapi selalu dibalas oleh rezim Saddam dan Baath dengan berbagai 'penindasan Hak Asasi manusia. Perang Iran-Irak menjadi media puncak suku Kurdi untuk menggulingkan Rezim Saddam Hussein. Suku Kurdi membantu Iran di perbatasan Irak, rezim Saddam pun menganggap Kurdi hanya sebagai pengkhianat dan penyulit pemerintahan Bagdad. Sehingga Saddam pun tanpa memikirkan segi kemanusian lagi, tanpa ragu memilih Halabja sebagai tempat untuk uji cobs senjata pemusnah massal yang barn dibuat oleh perusahaan senjata Irak Atomic Energy.
Abstract
This undergraduate thesis focuses on the event and the factor which caused a massacre of Kurds race in Halabja, North Iraq that occurred on Friday, March 16, 1988, in Saddam Hussein regime. This research uses analytical description method. The massacre of Kurds Race in North Iraq occurred in a Kurds village named Halabja. Saddam made a policy which was about the use of mortal gas bomb in Halabja based on his authoritarian characteristic and the politic of tyranny and terror that he done from the influence of his rough environment. His tyranny characteristic was even much more able to be seen when he joined Baath Party, a party which followed tribalism that concern to prior and purify Arab ethnicity. Kurds ethnic had been tried to separate themselves from Iraq to form an independent Kurdistan country long before Saddam and Baath governed because of the ethnic discrimination and belief. When Baath Part ideology governed, Kurds Race had increased their fight with series of rebellion but Saddam Regime and Baath Party responded by oppressing the Kurds human rights. Iran-Iraq war became the peak of Kurds Race's fight to overthrow Saddam Hussein regime by helping Iran through the Iraq confine. Saddam regime then called Kurds,ts a traitor which had caused many obstacles to Iraq government so that without considering the effect of humanity crises, Saddam chose Halabja as a place for nuclear weapon test that was made by a weapon company, Iraq Atomic Energy.
2010
S13343
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Umair Shiddiq Yahsy
Abstrak :
Etnis Kurdi sebagai etnis yang heterogen telah terbagi ke dalam dua kelompok dengan identitas yang berbeda. Kelompok yang pertama adalah etnis Kurdi dengan identitas berdasarkan pendekatan objektif atas asal-usul kebangsaan yang statis. Kelompok yang kedua adalah etnis Kurdi dengan identitas berdasarkan pendekatan subjektif yang dinamis bagi setiap anggotanya untuk dapat berubah dan menentukan hidupnya sendiri. Sebagian kelompok Etnis Kurdi dengan karakteristik asal-usul kebangsaan yang berbeda dengan negara dimana tempat mereka tinggal, melalui semangat etnisitasnya tersebut melahirkan konsep etnonasionalisme untuk dapat mempertahankan eksistensi identitas mereka. Di Turki, konsep nasionalisme etnik yang mereka gunakan telah melahirkan konflik, perlawanan dan pemberontakan kepada pemerintah untuk melakukan gerakan separatis dan untuk membentuk negara sendiri dalam satu kesatuan etnisitas yang absolut. Karakteristik etnis berdasarkan asal-usul kebangsaan yang dimilikinya kerap menjadikan komunitas etnis sebagai sebuah kesatuan kelompok yang memisahkan diri dari segala perbedaan. Konsep etnisitas dengan ciri-ciri budaya yang mencakup bahasa, agama dan adat istiadat yang mutlak merupakan cara bagi setiap etnis untuk mengidentifikasi identitas mereka. Namun, identitas etnis tidaklah statis dan akan selau berproses berdasarkan perubahan ciri-ciri kutural yang dinamis. Maka, identitas etnis sesungguhnya juga bergantung pada keinginan setiap anggotanya untuk dapat menentukan nasibnya sendiri.
Kurdish as a heterogeneous ethnic that has been divided into two groups with distinctive identities. The first group is Kurdish who identity based on an objective approach on a static national origin. The second group is Kurdish whose identity is based on a dynamic subjective approach for each member to change and define his own life as a nation or as an ethnic groups. Some groups of Kurds with the characteristics of national origin which differs from the country where they live, through their ethnic spirit gave birth to ethnonasionalism concept to maintain the existence of their identity. In Turkey, the concept of ethnic nationalism that they use has created conflict, resistance and rebellion to the government being a separatist movement and aiming to form their own country in a single ethnicity as a sovereign nation. Ethnicity which is based on nation identity tend to separate from all the differences as an aethnic community. Ethnicity concepts which contain cultural traits including language, religion and customs are absolutely a way for each ethnic to identify themselves. However, ethnic identity is not static and always develops, based on dynamic cultural changes. Therefore, ethnic identity also depends on the willingness of each member in determining their own destiny.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13363
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Javierra
Abstrak :
Penelitian ini membahas bagaimana hubungan aktor internal dan aktor eksternal yang turut berperan dalam perjuangan etnis Kurdi mencapai tuntutan pengesahan wilayah otonom Kurdistan dengan bentuk pemerintahan otonom Kurdistan Regional Government (KRG). Penelitian ini hendak melihat siapakah aktor yang lebih dominan dalam proses pembentukan KRG. Pembentukan KRG merupakan jawaban atas tuntutan etnis Kurdi yang menginginkan pengakuan atas etnis mereka dan hak otonom atas wilayah Kurdistan di Irak Utara. Dalam skripsi ini juga dijelaskan bagaimana bentuk usaha perjuangan etnis Kurdi untuk mencapai tuntutan mereka. Penelitian ini adalah penelitian eksplanatif dengan metode penelitian kualitatif. Aktor eksternal dan internal sama-sama punya peranan dalam proses pembentukan KRG di Irak Utara pada 2003-2005 lalu. Namun hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa aktor internal yang diwakili oleh Kurdistan Democratic Party (KDP) dan Patriotic Union Kurdistan (PUK) merupakan pihak yang sangat berperan besar dalam perjuangan Kurdi hingga disahkannya KRG. ......This research discusses how the relation among internal actors and external actors which play a role in achieve Kurdish claim who struggle for Kurdistan autonomy region with the Government formation by Kurdistan Regional Government (KRG). This research has purposes to see who actors are more dominant in the process of formatting the KRG. Formatting the KRG were consensus to Kurdish claim for their ethnic recognition and the authority right of Kurdistan area in Northern Iraq. In this paper also described how the form of Kurds struggle to achieve their claims. This research is explanatory research with qualitative research methods. External and internal actors are equally influential in the formation of the KRG in northern Iraq in last 2003-2005. But the results of this study revealed that the actor who had represented internally by the Kurdistan Democratic Party (KDP) and the Patriotic Union of Kurdistan (PUK) as the parties whose play a huge role in the fight and struggle until the ratification of the KRG Kurdish autonomy region has done.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library