Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Anggraini M.
Abstrak :
Penggunaan obat-obat saluran akar dalam perawatan endodontik dimaksudkan untuk membantu tercapainya keadaan steril saluran akar. Sampai saat ini obat-obat yang dipakai sebagai obat saluran akar cukup banyak, tetapi sejauh mana efektivitas bahan-bahan tersebut dalam mematikan mikroorganisme penyebab infeksi pulpa gigi masih perlu diuji kembali. Dari penelitian-penelitian terdahulu, pengujian efek bakterisida obat-obat saluran akar selalu dilakukan terhadap kuman-kuman standar. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kemampuan bakterisida Ledermix, ChKM, dan Calxyl pada kuman-kuman anaerob yang diisolasi langsung dari 13 penderita yang mengalami infeksi pulpa/periapeks pada gigi akar tunggal di Poliklinik FKG UI. Ketiga macam obat tersebut memiliki mekanisme kerja yang berlainan dalam mematikan kuman. Uji resistensi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metoda tabung dan cakram. Kuman-kuman anaerob dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kokus gram positif (12 koloni) dan batang gram negatif (11 koloni), berdasarkan morfologi sel dan pewarnaan Gram. Kuman-kuman tersebut dibiak ulang pada perbenihan BHI, yang mengandung masing-masing obat saluran akar. Kemudian dieram secara anaerob pada temperatur 37 oC selama 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas bakterisida Ledermix pada kuman-kuman anaerob penyebab infeksi pulpa/periapeks (kokus gram positif dan batang gram negatif) adalah 100%. Efektivitas bakterisida ChKM pada kuman anaerob penyebab infeksi pulpa/periapeks adalah 69.6%, pada kokus gram positif 73% dan batang gram negatif 67%. Sedangkan efektivitas bakterisida Calxyl pada kuman anaerob penyebab infeksi pulpa/periapeks (kokus gram positif dan batang gram negatif) adalah 0%. Secara statistik jumlah koloni kuman anaerob penyebab infeksi pulpa yang mati akibat efek bakterisida Ledermix lebih banyak dibandingkan ChKM maupun Calxyl. Namun jumlah koloni kuman kokus gram positif yang mati akibat efek bakterisida Ledermix dan ChKM sama banyaknya. Sedangkan jumlah koloni kuman batang gram negatif yang mati akibat efek bakterisida Ledermix lebih banyak dibandingkan ChKM maupun Calxyl. Jumlah koloni kuman anaerob penyebab infeksi pulpa baik kokus gram positif maupun batang gram negatif yang mati akibat efek bakterisida ChKM lebih banyak dibandingkan Calxyl.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentius Setyarahardja
Abstrak :
PENDAHULUAN Kuman anaerob adalah kuman yang peka terhadap O2, karena 02 merupakan bahan toksik terhadap kuman ini; makin lama kontak dengan 02, kondisi dan jumlah kuman yang hidup makin menurun (1-3). Dalam 10 tahun terakhir ini penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman anaerob tampak meningkat. Sebagian besar kuman anaerob penyebab infeksi adalah anggota flora normal kuman anaerob, yang karena sesuatu hal masuk ke dalam bagian tubuh yang bukan tempatnya (1). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa perneriksaan terhadap kuman anaerob perlu dilaksanakan secara rutin di laboratorium mikrobiologi. Salah satu syarat dalam usaha mengisolasi dan mengidentifikasi kuman anaerob dari bahan-bahan pemeriksaan adalah suasana lingkungan pertumbuhan yang babas 02. Untuk memperoleh suasana tersebut telah dikenal beberapa cara, diantaranya (1, 3-7): 1. Silinder anaerob (anaerobic jar) 2. Roll tube technique 3. Anaerobic glove box Kedua cara tersebut terakhir di atas adalah cara-cara yang lebih canggih dibandingkan cara yang percama, akan tetapi kedua cara ini dalam penggunaannya memerlukan biaya yang besar, tempat yang lebih luas, dan tenaga laboratorium yang berpengetahuan cukup mengenai teknik anaerob serta perawatan alat-alatnya. Oleh sebab itu kedua cara ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan dalam laboratorium rutin. Untuk suatu laboratorium mikrobiologi yang sederhana dengan tenaga, ruangan dan dana yang terbatas, maka cara dengan mempergunakan silinder anaerob merupakan cara yang lebih dianjurkan (1,7). Suasana optimal untuk pertumbuhan kuman anaerob dapat diperoleh melalui 2 cara, yaitu dengan evacuation replacement system dan Gaspak/ Gaskit anaerobic system (1, 3-5, 7). Evacuation replacement system merupakan cara standar yang telah mengalami beberapa kali modifikasi dan penyempurnaan sejak ditemukannya oleh McIntosh dan Fildes. Cara tersebut sampai kini masih tetap dipergunakan. Untuk mempergunakan cara ini disamping silinder anaerob diperlukan pampa isap, manometer, silinder-silinder gas yang masing-masing berisi gas H2, CO2 dan N2 serta alai pengisi gas untuk memindahkan gas dari silinder gas ke dalam silinder anaerob. Proses anaerob-iosis dilaksanakan dengan mengeluarkan udara dart dalam silinder dan memasukkan gas N2 atau H2 yang diulangi 5 sampai 7 kali. Pada penggantian terakhir dimasukkan gas H2 dan CO2 atau gas N2, H2 dan CO2 (1). Proses pengeluaran dan penggantian tersebut di atas, di seksi anaerob laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) hanya dilakukan satu kali. Gas yang dipergunakan adalah gas H2 dan CO2.1 Gaspak anaerobic system pertama kali diperkenalkan oleh Brewer dan Allgeier (8), cara ini mempergunakan 'generator H2 dan C02' sebagai penghasil gas H2 dan C02. Gaspak generator merupakan suatu kit untuk sekali pakai (disposable) yang diproduksi dan dipasarkan oleh Becton, Dickinson UK Ltd.; dengan memasukkan air ke dalamnya, maka generator H2 dan C02 akan menghasilkan gas H2 dan CO2 (1, 7-9).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library