Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Setiawati
Abstrak :
Berjenis-jenis tanaman Solanum yang tumbuh di Indonesia diketahui kaya akan kandungan obatnya. Salah satu di antaranya adalah Solanum khasianum yang cukup potensial kandungan solasodinnya untuk dijadikan sebagai bahan dasar obat kontrasepsi. Penanaman eksplan petiolus S. khasianum pada medium LS (1964) yang diberi 2,4-D 1,0 mg/l dan BAP 2,5 mg/l akan terbentuk kalus. Kalus diketahui menghasilkan senyawa metabolit sekunder bila diekstraksi. Kandungan metabolit sekunder tersebut dapat ditingkatkan dengan menambah kolesterol ke dalam medium sub kultur kalus, yang berfungsi sebagai prekursol. Perlakuan yang dicobakan adalah menggunakan kolesterol sebanyak 50 mg/l dan 100 mg/l serta kontrol (tanpa kolesterol). Dari hasil analisis statistik diperoleh, bahwa pemberian masing-masing kolesterol memberikan pengaruh pada pertambahan berat basah kalus, sehubungan dengan pembentukan metabolit sekunder. Bentuk hubungan ini secara jelas terlihat pada kurva pertumbuhan kalus.Dalam hal ini diduga produksi metabolit sekunder terjadi pada saat pertumbuhan sel sedang menurun.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Yusuf
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam rangka usaha mendapatkan bibit tanaman eboni Diospyros Celebica secara besar-besaran, dilakukan percobaan tentang mikropropagasi secara teknik kultur jaringan melalui kultur meristem serta embriogenesis somatis. Meristem yang dikultur diambil dari tunas apikal dan tunas aksilar kecambah eboni umur 3 bulan. Kalus terbentuk pada medium MS dengan penambahan (2-4) ppm 2,4D + 2 ppm kinetin dan (2-4) ppm NAA + 2 ppm kinetin. Kultur suspensi embriogenesis somatik sampai usia 3 bulan masih berbentuk embryoid yang kelak akan membentuk tunas muda pada medium yang cocok. Induksi kalus untuk morfogenesis atau plantlet sampai umur 3 bulan belum berbentuk, hanya terdapat propagul-propagul pada permukaan kalus. Kultur meristem tunas apikal tumbuh baik pada medium MS + 2 ppm NAA + 8 ppm kinetin sedangkan untuk tunas aksilar pada medium MS -r- 4 ppm NAA + 8 ppm kinetin.
ABSTRACT
Mikropropagation Through Meristem Culture And Somatic Embryogenesis Of Ebony Diospyros Celebica BAKHIn the framework of research to get seedlings of ebony, Diospyros celebica in a large scale, a micropropagation experiment was carried on according to the tissue culture methodes through meristem culture and somatic embryogenesis. Meristem to be cut--ured were taken from the apical and axillary buds from 3 months seedlings of ebony. Calus was formed on MS medium enriched with (2-4) ppm 2,4D + 2 ppm kinetin and (2-4) ppm NAA + 2 ppm kinetin. Suspension culture of somatic embryogenesis still in embryoid from up to 3 months which later will turn to young shoots if it were grown in the appropriate medium. Callus induction for more phogenesis and plantlets gave no result up to 3 months, there were propagules only on the callus surface. Meristem culture of apical buds grew well in MS medium enriched with 2 ppm NAA + 8 ppm kinetin while meristem culture of axillary buds in MS medium enriched with 4 ppm NAA + 8 ppm kinetin.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Bunga potong lili (Lilium longiflorum) adalah salah satu komoditas tanaman hias yang memiliki nilai jual cukup tinggi, umumnya digunakan untuk dekorasi atau penghias ruangan. Lili merupakan tanaman hias berumbi dan telah dikenal luas sebagai salah satu dari tiga besar tanaman hias berumbi (Robinson dan Firoozabady 1993)....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indah Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Taraxacum officinale Weber ex F. H. Wigg, herba berkhasiat obat dan bersifat apomiksis. Perbanyakan tunas kultur jaringan telah dilakukan untuk penyediaan bibit berkualitas. Namun, perubahan jumlah kromosom dapat terjadi pada tanaman hasil regenerasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah kromosom T. officinale hasil regenerasi in vitro. Analisis jumlah kromosom dari ujung akar dilakukan terhadap 24 tanaman hasil regenerasi akar, 27 tanaman hasil regenerasi helai daun, 21 tanaman hasil regenerasi tangkai daun dan 102 akar dari biji (kontrol) menggunakan metode orcein Squash. Hasil menunjukkan bahwa jumlah kromosom dari biji maupun tanaman hasil regenerasi in vitro bervariasi. Kisaran jumlah kromosom tanaman regenerasi adalah 2n= 8--39 dengan sel diploid (2n = 2x = 16) adalah sel terbanyak, sedangkan kontrol adalah 2n = 10--38 dengan sel triploid (2n = 3x = 24) adalah sel terbanyak. Variasi jumlah kromosom tersebut disebabkan adanya sifat apomiksis yang diturunkan oleh tanaman induk.
ABSTRACT
Taraxacum officinale Weber ex F. H. Wigg, herbaceous medicinal plant and apomictic. Multiplication of shoots using tissue culture was used to obtain high quality seedlings of T. officinale. THoweverT, Tchanges inT Tchromosome numberT TcanT ToccurT Tin regenerated plantsT. The research aim was to determine the chromosomes number of regenerated plants from culture in vitro. Analysis of chromosome number from root tips samples on 24 plants regenerated from root, 27 plants regenerated from leaf blade, 21 plants regenerated from petiole and 102 root of grown seeds using orcein squash method were done. The results showed that seed (control) and regenerated plants have variation in chromosome number. The range of Chromosome number from regenerated plants were 2n=8--39, and cells with diploid number (2n = 2x = 16) as most observed. The range in controls were 2n=10--38, and cells with triploid number (2n = 3x = 24) as most observed. Variation numbers of chromosome caused by apomixis in parent plant passed to regenerated plants.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43771
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Rahayu
Abstrak :
Penelitian di bidang kultur jaringan tanaman menunjukkan bahwa sel-sel dalam kultur kalus dan suspensi sel dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang sama dengan yang terdapat pada tanaman, (Nickel, 1980; Mantel]'& Smith, 1983 dan Pawelka dkk., 1986). Ogutuga dan Nortcote telah berhasil memperoleh salah satu alkaloid yaitu kafein dari kultur jaringan teh (lihat Nickel, 1980). Analisis polifenol dalam kalus dari potongan batang teh, menunjukkan adanya katekin, leukosianin, bila potongan organ tersebut ditanam dalam medium Heller (Forrest, 1969. Salah satu klon teh yang ada di Indonesia dengan sifat tidak rentan terhadap serangan fungi dan berproduksi dengan baik adalah TRI 2025 (Setiawati & Nasikun, 1991). Untuk mengetahui pertumbuhan kalus dari teh (Camellia sinensis (0.) Kuntze) klon TRI 2025 dan kandungan tannin dari potongan daun yang ditanam dalam variasi medium, maka telah dilakukan penanaman potongan daun the (Camellia sinensis) (0). Kuntze) dalam medium, modifikasi Murashige dan, Skoog (MS) dengan penambahan 2,4-D: 1 dan 3 ppm serta kinetin 3 ppm. Produktivitas kalus pada umur 4bulan tertinggi pada medium MS+2;4'-D ,3 ppm (F, ) ; 1,4138 g dan pada P6 : 1,5871 g serta berat kering : 0,3892 g dan 0,4789 'g. Namun kebutuhan nutrient untuk memperoleh kalus yang meningkat sesuai, dengan umur dari 2;3 dan 4 bin adalah medium P6. Kandungan tannin dari 1 g berat basah kalus pada P6 umur 4' bin adalah 0,58030 setiap 1 g berat kering kalus sebesar 0,0917 g. Hal ini tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya dengan rata-rata: 0,4801 g berat basah dan berat kering kalus: 0,,08102 g. Perbandingan antara kandungan tannin pada kalus umur 4 bulan dalam medium P6 sama dengan kandungan tannin dalam daun tanaman induknya baik dari bahan segar: 0,5803 dan 0,58171 g dan bahan kering: 0,0917 g dan 0,0987 g. Dengan demikian kandungan tannin dari semua bahan segar jauh lebih besar 58,2% daripada kandungan tannin dari bahan kering 9,27%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam langkah alternatif memperoleh senyawa metabolit sekunder dari teh.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wardaya
Abstrak :
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kadar MDA dan GSH pada kultur jaringan dan homogenate sel plasenta penderita preeklampsia yang diberikan kurkumin dosis rendah (0,01 mM) dan dosis tinggi (0,1 mM) dibandingkan dengan tanpa pemberian kurkumin sebagai kontrol. Rancangan Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental in vitro kultur jaringan plasenta penderita preeklampsia dengan sampel sebanyak 10. Kultur plasenta menggunakan medium RPM1 + FBS 20 % dan kurkumin dengan metode tabung menurut Rand dan dikultur selama 72 jam. Kultur dibagi dalam 3 kelompok yaitu ; Kelompok kontrol, kelompok pemberian kurkumin dosis rendah (0,01 mM) dan kelompok pemberian kurkumin dosis tinggi (0,1 mM). Kadar MDA diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Pemeriksaan kadar GSH dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 412 nm. Data dianalisis dengan uji t berpasangan dengan batas kemaknaan 0,05. Hasil : Kadar MDA yang terlarut pada medium kultur jaringan yang diberikan kurkumin dosis rendah (0.01 mM) 12,01 ± 4,55 nmol/mL dan yang terlarut dalam homogenat sel 5,18 ± 3,07 nmol/mg protein. Kadar MDA yang terlarut dalam supematan kultur dan homogenat sel plasenta dengan pemberian kurkumin dosis tinggi (0,1 mM) 10,19± 3,91 nmol/mL dan 4,30 ± 2,40 nmol/mg protein. Kadar MDA lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Kadar GSH yang terlarut pada medium kultur jaringan dan homogenat sel plasenta yang diberikan kurkumin dosis rendah (0.01 mM) 11,40 ± 2,51 .tg/ml dan 5,99 ± 3,68 pg/mg protein, sedangkan kadar GSH yang diberikan kurkumin dosis tinggi (0,1 mM) 11,84 ± 2,39 µg/mL and 6,20 ± 3,64 .tg/mg protein. Kadar GSH lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Tetapi pemberian kurkumin dosis rendah pada homogenat sel tidak dapat meningkatkan kadar GSH secara bermakna. Kesimpulan : Pemberian kurkumin dosis rendah dan dosis tinggi dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan kadar GSH secara bermakna pada medium kultur jaringan plasenta penderita preeklampsia.
OBJECTIVE: To determine the effect of curcumin supplementation on MDA and GSH production in placental culture and homogenate in preeclampsia. STUDY DESIGN: The study was an in vitro experimental study. Placentae were obtained from women with preeclampsia (n = 10). The tissue was cultured in RPMI + FBS 20% + antibiotic for 72 hours using the Rand method. The cultures were divided into 3 groups. The first was control, to the second group 0.01 mM (low dose) curcumin was added and the third with 0.1 mM (high dose) curcumin. Supernatant and homogenate of the cultures were analyzed spectrophotometrically for MDA (with absorbtion read at 530 nm) and GSH (with absorbtion read at 412 nm). RESULTS: The concentration of soluble MDA in the supernatant of the placental culture given low dose curcumin (0.01 mM) was 12.01 ± 4.55 nmol/mL, while the concentration in the homogenate was 5.18 ± 3.07-nmol/mg proteins. The concentration of MDA in the supernatant and homogenate of placental culture given high dose of curcumin (0.1 mM) was 10.19± 3.91 nmol/mL and 4.30 ± 2.40 nmollmg protein. These concentrations were significantly lower than in the control group (p < 0.05). The concentration of GSH in the supernatant and homogenate in low dose curcumin supplementation were 11.40 ± 2.51 µglml and 5.99 ± 3.68-pg/mg proteins, respectively. In the high dose curcumin supplementation group, the soluble and homogenate GSH concentrations were 11.84± 2.39 µg/mL and 6.20 ± 3.64-pg/mg protein. These results were significantly higher than the results of the control group (p < 0.05), but in the homogenate of group given low dose curcumin supplementation the increase were not significant. CONCLUSION: Low dose and high dose curcumin supplementation decreased MDA levels and increased GSH levels significantly in the supernatant of placental tissue culture in preeclampsia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library