Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dita Ayu Dwi Prasanti
Abstrak :
ABSTRAK
Pada industri otomotif terdapat proses elektroplating sebagai bagian dari proses produksi. Proses ini menghasilkan limbah dengan kandungan logam nikel yang cukup tinggi kisaran 27,6 - 34,8 mg/L. Adsorpsi merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah secara fisik yang memiliki desain sederhana dan mudah dalam pengaplikasiannya. Salah satu adsorben alami yang dapat dipakai untuk menyisihkan logam nikel adalah kulit buah jeruk lokal dari jenis jeruk siam (Citrus nobilis var microcarpa). Pada penelitian ini, percobaan adsorpsi dilakukan secara batch dengan metode two-level full factorial design untuk mendapatkan waktu kontak dan dosis adsorben optimum. Dari hasil penelitian, kulit jeruk berhasil dijadikan sebagai karbon aktif dengan nilai bilangan iodin sebesar 364,29 mg/gr, nilai kadar air sebesar 2,9%, dan densitas sebesar 0,623 g/mL. Proses adsorpsi secara batch dapat menyisihkan nikel sebanyak 18,3% dengan kombinasi dosis adsorben optimum sebesar 36 g/L dan waktu kontak optimum 70 menit. Data ekuilibrium adsorpsi nikel menunjukkan kecocokan dengan model isotherm Freundlich dengan nilai kapasitas adsorpsi sebesar qe = 0,23 mg/g. Data kinetika adsorpsi menunjukkan kecocokan dengan pseudo-second order model dengan nilai laju kinetika knikel = 0,04 g/mg.menit.
ABSTRACT
In the automotive industry there is an electroplating process as a part of the production process. This process produces a waste with nickel metal content that high enough with range of 27.6 to 34.8 mg/L. Adsorption is one of physical waste treatment alternative which has a simple design and easy to apply. One of natural adsorbent that can be used to reduce a nickel metal is local orange peel from tangerine family (Citrus nobilis var microcarpa). In this study, an activated carbon successfully made from orang peel with iodine number 364,29 mg/gr, water content 2,9%, and density 0,623 g/mL. Batch adsorption experiments with two-level full factorial design method was conducted to get the optimum contact time and optimum adsorbent dosage. From the result of this research, the batch adsorption can reduce 18,3% nickel with a combination of 36 g/L optimum adsorbent dose and 70 minutes optimum contact time. Adsorption equilibrium data of nickel were best fitted by Freundlich isotherm model with adsorption capacity values of qe = 0,23 mg/g. Adsorption kinetics data were best fitted by the pseudo-second order kinetics model with a rate value knikel = 0,04 g/mg.minute.
2016
S64521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Donny Risnanda Herdien
Abstrak :
Terapi diabetes dengan obat antidiabetes (OAD) yang umum digunakan memiliki efek samping yang tidak diinginkan serta masih tingginya harga OAD menjadi permasalahan, sehingga perlu dicari atau dikembangkan alternatif OAD lain yang lebih aman, efektif, dan murah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara in vitro dan in vivo, flavonoid memiliki khasiat dalam menurunkan kadar glukosa darah. Kulit buah jeruk mengandung banyak senyawa flavonoid. Namun pemanfaatannya belum maksimal walaupun jumlah produksi jeruk dunia sangat tinggi. Penulisan review ini bertujuan untuk mengulas informasi terkini mengenai efek flavonoid pada kulit jeruk dalam manajemen diabetes serta mekanisme molekulernya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya didapatkan bahwa flavonoid kulit jeruk dapat memperbaiki metabolisme glukosa, aktivitas enzim hati, pensinyalan insulin dan regulasi lipogenesis, memperbaiki kerusakan pada sel islet pankreas dan stimulasi sekresi insulin, dan melindungi dari penyakit komplikasi diabetes. Secara keseluruhan, flavonoid kulit jeruk sebagai antidiabetes yang dapat mencegah peningkatan kadar gula darah dan menurunkan resistensi insulin. Flavonoid berperan dalam penghambatan enzim yang utamanya merupakan mekanisme utama obat-obatan dan juga penghambatan pada level ekspresi gen dan sifatnya sebagai antioksidan. Penelitian lebih lanjut mengenai keamanan dan efikasi flavonoid dibutuhkan untuk pengembangan flavonoid kulit buah jeruk sebagai terapi alternatif diabetes melitus. ......Diabetes therapy with commonly used of antidiabetic drugs (ADD) have unwanted side effects and the high price become problematic, so it is necessary to find or develop other safer, more effective, and inexpensive ADD alternatives. Based on research models in vitro and in vivo, flavonoids are proven to have efficacy in lowering blood glucose levels. In the citrus peel, flavonoid compounds are abundant. However their utilization is not optimal even though the mass production is very high. This study is to review current information regarding the effects of flavonoids on citrus peel in diabetic management and their molecular mechanisms. Based on the results of research that has been conducted by previous researchers, it was found that the flavonoids of citrus peel can improve glucose metabolism, hepatic enzyme activity, insulin signalling and lipogenesis regulation, repair damage to pancreatic islet cells and stimulate insulin secretion, and protect against complications of diabetes. Overall, citrus peel flavonoids as an antidiabetic can prevent an increase in blood sugar levels and reduce insulin resistance, the two hallmarks in diabetes melitus. Flavonoids play a role in enzyme inhibition, which is the main mechanism of medicine as well as inhibition at the level of gene expression and its antioxidant properties. Further research on the safety and efficacy of flavonoids is needed for the development of citrus fruit peel flavonoids as an alternative therapy for diabetes melitus.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlisa Sintikhe Kaleb
Abstrak :
Jeruk limau merupakan bahan alam dengan beragam manfaat, namun penelitian mengenai pemanfaatannya masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi minyak atsiri kulit jeruk limau dalam aktivitas antitirosinase, antielastase, dan antibakteri penyebab jerawat. Metode ekstraksi minyak atsiri menggunakan metode Microwave-Assisted Hydro-Distillation (MAHD), sedangkan analisis senyawa kimia dilakukan dengan GC-MS. Pada uji antitirosinase, asam kojat memiliki IC50 sebesar 4,96 µg/mL, sedangkan minyak atsiri kulit jeruk limau memiliki IC50 sebesar 251,36 µg/mL. Pada uji antielastase, kuersetin sebagai pembanding memiliki nilai IC50 24,1 µg/mL, sementara minyak atsiri kulit jeruk limau memiliki IC50 sebesar 46,56 µg/mL. Uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes menunjukkan zona hambat sebesar 13,04-16,05 mm, sedangkan pada S. aureus menunjukkan zona hambat 15,06-22,16 mm yang berpotensi kuat dalam menghambat bakteri penyebab jerawat. Hasil analisis GC-MS menunjukkan keberadaan senyawa aktif seperti sitronelol, d-limonena, sitronelal, β-pinena, dan α-terpeniol dalam minyak atsiri. Senyawa-senyawa tersebut memiliki potensi aktivitas biologis terkait penghambatan tirosinase, elastase, dan bakteri penyebab jerawat. Penemuan ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan produk perawatan kulit yang berbasis bahan alam. ......Lime is a natural ingredient with various benefits, but research on its utilization is still limited. This study aims to examine the potential of lime peel essential oil in anti-tyrosinase, anti-elastase, and antibacterial activities against acne-causing agents. The essential oil extraction method used Microwave-Assisted Hydro-Distillation (MAHD), and the chemical compound analysis was conducted using GC-MS. In the anti-tyrosinase test, kojic acid had an IC50 of 4.96 µg/mL, while lime peel essential oil demonstrated an IC50 of 251.36 µg/mL. In the anti-elastase test, quercetin as a comparator had an IC50 value of 24.1 µg/mL, where as lime peel essential oil showed an IC50 of 46.56 µg/mL. Antibacterial activity against P. acnes showed inhibition zones ranging from 13.04-16.05 mm, indicating strong potential, while S. aureus exhibited inhibition zones of 15.06-22.16 mm, suggesting strong potential in inhibiting acne-causing bacteria. GC-MS analysis indicated the presence of active compounds such as citronellol, d-limonene, citronellal, β-pinene, and α-terpineol in the essential oil. These compounds demonstrated potential biological activities related to the inhibition of tyrosinase, elastase, and acne-causing bacteria. These findings could contribute to the development of natural-based skincare products.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adara Permata Halimatunnisa
Abstrak :
Jeruk limau adalah salah satu sumber minyak atsiri yang dapat dijumpai secara mudah di Indonesia, tetapi belum banyak penelitian yang menguji manfaatnya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi minyak atsiri kulit jeruk limau dalam menghambat aktivitas enzim tirosinase dan elastase, serta melakukan karakterisasi menggunakan pengukuran massa jenis, indeks refraksi, putaran optik, dan analisis GC-MS. Metode ekstraksi minyak atsiri dilakukan menggunakan distilasi air, kemudian pengujian antitirosinase dan antielastase dilakukan dengan mengukur absorbansi minyak atsiri dalam menghambat enzim menggunakan microplate reader. Asam kojat sebagai pembanding uji antitirosinase memiliki IC50 sebesar 4,26 μg/mL, sedangkan minyak atsiri kulit jeruk limau memiliki IC50 sebesar 235,89 μg/mL. Pada pengujian antielastase, pembanding kuersetin menunjukkan IC50 6,12 µg/mL terhadap enzim elastase, sedangkan minyak atsiri kulit jeruk limau memiliki IC50 sebesar 40,66 μg/mL. Nilai massa jenis minyak atsiri kulit jeruk limau sebesar 0,8317 g/mL, indeks refraksi sebesar 1,467, dan perputaran optik sebesar [α] 25 = +35,10 (c=1, neat, λ=589 nm) yang memberikan informasi awal mengenai kebenaran minyak atsiri yang diteliti. Hasil analisis GC-MS menunjukkan adanya senyawa aktif dalam minyak atsiri, yaitu β-pinena, d-limonena, sitronelal, sitronelol, dan α-pinena. Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan kebenaran minyak atisiri kulit jeruk limau dan potensinya sebagai ihibitor tirosinase dan elastase. ......One such source of essential oil is Citrus amblycarpa, commonly known as kaffir lime, which is readily available in Indonesia, but there have been limited studies exploring its potential applications. This research aims to investigate the inhibitory potential of kaffir lime peel essential oil against tyrosinase and elastase enzymes, while also characterizing its physical and chemical properties through density, refractive index, optical rotation, and GC-MS analysis. The essential oil was extracted using water distillation, and its anti- tyrosinase and anti-elastase activities were evaluated by measuring its absorbance using a microplate reader. The positive control, kojic acid, exhibited an IC50 value of 4.26 μg/mL in the anti-tyrosinase assay, while the kaffir lime peel essential oil sample showed an IC50 value of 235.89 μg/mL. In the anti-elastase assay, the positive control, quercetin, displayed an IC50 value of 6.12 µg/mL, while the kaffir lime peel essential oil sample demonstrated an IC50 value of 40.66 μg/mL. The measured density of kaffir lime peel essential oil was 0.8317 g/mL, with a refractive index of 1.467 and an optical rotation of [α]D25 = +35.10 (c = 1, neat, λ = 589 nm). GC-MS analysis identified several active compounds in the essential oil, including β-pinene, d-limonene, citronellal, citronellol, and α-pinene.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Orlando Limouswan
Abstrak :
Grafin merupakan salah satu material strategis yang sedang dikembangkan karena morfologi dan sifatnya yang unik. Kelebihan grafin seperti konduktivitas listrik dan termal yang tinggi, luas area spesifik yang besar, serta sifat mekanik yang baik menjadikan grafin berpotensi besar untuk diaplikasikan di berbagai sektor. Namun grafin memiliki kelemahan, yakni proses sintesisnya yang relatif mahal dan berbahaya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode sintesis yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan. Dalam penelitian ini, oksidasi grafit menjadi grafin oksida (GO) dilakukan dengan menggunakan metode Hummers yang dioptimisasi dan reduksi grafin oksida menjadi grafin oksida tereduksi (RGO) dilakukan dengan menggunakan bio-reduktor kulit Apel Malang dan Jeruk Pontianak. Proses oksidasi menghasilkan GO menggunakan NaNO3 selama 4 dan 24 jam dibandingkan dengan proses oksidasi menggunakan H3PO4 selama 20 dan 24 jam. Sedangkan proses reduksi menghasilkan RGO dilakukan dengan variasi waktu reduksi 4, 6, 8, 18, dan 24 jam menggunakan variasi pelarut air dan etanol. GO yang dipreparasi menggunakan metode Hummers termodifikasi dilakukan karakterisasi SEM dan FTIR. Sementara, RGO yang direduksi menggunakan bio-reduktor dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, UV-Vis, dan SEM. Metode Hummers termodifikasi menggunakan H3PO4 selama 24 jam berhasil dilakukan untuk memproduksi GO menyerupai yang dihasilkan metode Hummers konvensional sekaligus mengeliminasi gas-gas beracun. Berdasarkan hasil XRD, diperoleh bahwa reduksi menggunakan bio-reduktor dalam pelarut air lebih efisien dibandingkan dalam pelarut etanol. Waktu reduksi optimum berdasarkan hasil uji XRD, FTIR, dan UV-Vis adalah 8 jam menggunakan bio-reduktor kulit Apel Malang dan Jeruk Pontianak dalam pelarut air. RGO yang dihasilkan dengan waktu reduksi 8 jam tersusun atas 9 lapisan grafin per kristal dengan jarak antar lapisan grafin 3.47 Å dan ukuran kristalit 3.43 nm.
Graphene is one of the strategic materials being developed due to its unique morphology and properties. The graphene has many advantages such as high electrical and thermal conductivity, large specific area, and excellent mechanical properties, so that it offers huge potential for applications in various sectors. However, graphene has a weakness which is the synthesize process that is relatively expensive and dangerous. Therefore, it is necessary to develop a synthesize method that is more affordable and environmentally friendly. In this study, the oxidation of graphite to obtain graphene oxide (GO) was carried out using several optimized Hummers methods and the reduction of graphene oxide into reduced graphene oxide (RGO) was carried out using the bio-reducing agent of Malang Apples and Pontianak Oranges peel extract. A comparative study of the oxidation process using NaNO3 for 4 and 24 hours and the oxidation process using H3PO4 for 20 and 24 hours are discussed. Subsequently, the reduction process in order to obtain RGO was carried out with varied reduction times of 4, 6, 8, 18, and 24 hours using variations of water and ethanol solvents. The prepared GO was characterized by SEM and FTIR spectroscopy. Meanwhile, RGO was characterized by XRD, FTIR, UV-Vis, and SEM. The modified Hummers method using H3PO4 for 24 hours was successfully carried out to produce GO resembling that prepared by conventional Hummers methods as well as eliminating toxic gases. Based on the results of XRD, it was found that the reduction using bio-reducing agents in water solvents was more efficient than in ethanol solvents. Furthermore, the result showed that the optimum reduction time based on XRD, FTIR, and UV-Vis analyses is 8 hours using green reductant of Malang Apples and Pontianak Oranges in water solvents. RGO produced with a reduction time of 8 hours is composed of 9 layers of graphene per crystal with a distance between layers of 3.47 Å and crystallite size of 3.43 nm
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library