Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febriliyan Samopa
"ABSTRAK
Untuk mengkompresi data menggunakan teknik kuantisasi vektor, dibutuhkan sebuah codebook yang dibentuk dari vektor-vektor yang dihasilkan dari data asal. Banyak metode-metode untuk membentuk codebook ini, yang bersifat deterministik maupun yang bersifat non-deterministik. Salah satu metode deterministik yang paling sering digunakan adalah Algoritma Lloyd. Sayang sekali Algoritma Lloyd ini memiliki kompleksitas n2 sehingga tidak cocok digunakan pada data yang menghasilkan jumlah vektor yang sangat besar. Pendekatan non-deterministik pun (neural network, aproksimasi) bukan merupakan pilihan yang baik untuk jumlah vektor yang besar, karena sifat non-deterministik tersebut menyebabkan waktu eksekusinya tidak dapat diperkirakan dan memiliki rentang yang besar pula seiring dengan membesarnya jumlah vektor.
Metode Fair-Share Amount ini dibuat khusus untuk men-generate codebook dari jumlah vektor yang besar. Dengan waktu eksekusi yang relatif singkat dan hasil yang cukup baik (error yang cukup kecil) metode ini cocok dipergunakan untuk jumlah vektor data yang besar karena kompleksitasnya hanyalah n 2log n. Tetapi metode ini bukannya tanpa kelemahan, karena metode ini sangat tidak cocok untuk diterapkan pada jumlah data yang kecil. Pada jumlah data yang kecil error yang dihasilkan relatif lebih besar dibanding dengan metode-metode lain yang ada pada saat ini."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2001
T40517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Adi Nugraha
"
ABSTRAK
Pada skripsi ini dilakukan beberapa uji coba untuk melihat pengaruh matriks kuantisasi terhadap kualitas gambar rekonstruksi. Pada uji coba pertama dilihat kualitas beberapa gambar rekonstruksi dengan menggunakan matriks kuantisasi yang sama. Pada uji coba kedua dilihat peranan matriks kuantisasi dalam menjaga kualitas gambar pada batas target kesalahan tertentu, dan pada uji coba ketiga dilihat hubungan dari rasio kompresi dengan kualitas gambar yang diperoleh.
Ketiga uji coba ini dilakukan pada sepuluh gambar kelabu (greyscale) yang bezukuran 200 x 200 pixel dan mempunyai kedalaman 8 bit. Setiap gambar ini disimpan dalan file dengan format RAW.
Dari hasil uji coba diperoleh, hasil rasio kompresi optimum diperoleh pada target AGE (Average Greyscale Error) 2 %, dengan rasio kompresi 73,67 % - 78,34 % dengan menggunakan tiga jenis matriks kuantisasi.
"
1997
S39010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaefudin Jaelani
"Kuantisasi Dirac merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk mengkuantisasi sistem terkonstrain. Lagrangian yang akan dikuantisasi adalah Lagrangian sistem kuantum (fermion) terkonstrain. Namun ada problem yang muncul dalam proses kuantisasi Lagrangian sistem tersebut. Problem tersebut ialah kerapatan Hamiltonian sistem mengandung variabel turunan terhadap waktu. Hal tersebut diakibatkan karena Lagrangian sistem mengandung variabel turunan orde kedua terhadap waktu. Problem tersebut akan menyulitkan kita dalam perhitungan relasi Poisson braket antara variabel sistem. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan transformasi medan (pendekatan) pada Lagrangian sistem, agar Lagrangian sistem tidak mengandung turunan orde kedua terhadap waktu. Sehingga, kerapatan Hamiltonian kanonik tidak lagi mengandung variabel turunan terhadap waktu. Dengan menggunakan prosedur Dirac, kita akan memperoleh Hamiltonian primer sistem yang siap untuk dikuantisasi.

Dirac Quantization is a procedure that is used to quantize a constraint system. Lagrangian that will be quantized is a Lagrangian of constraint quantum system (fermion system). But there is a problem in quantizaton process of the Lagrangian of the system. The problem is there are exist firrst order time derivative variables in the Hamiltonian density. It is caused by the fact that the Lagrange equation of the system has the second order derivatives. So, the problem will generate difficulty in the Poisson brakect relation between variables of the system. To solve this problem, the field transformation to the system Lagrange equation is used, so the Lagrange equation now does not consist of second order derivatives variables. As a result, the Hamiltonian density is free from the derivatives variables anymore. By using Dirac procedure, we will get the primary Hamiltonian of the system that is ready quantized."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Yuliani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi metode line profile sebagai cara kuantisasi dan analisa pemeriksaan sinus paranasal dalam citra computed radiography CR . Sampel berupa citra CR dari 45 pasien pediatrik dengan rentang usia 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan 10-15 tahun dibagi berdasarkan anatomi yang dijadikan objek kuantisasi yaitu konka nasalis inferior, sinus maksilla, sinus frontal, sinus sphenoid, dan sinus ethmoid, dan dianalisa menggunakan metode line profile. Garis uji line profile dibuat dengan posisi dan ukuran tetap terhadap acuan berupa tulang bony landmark dengan menggunakan perangkat lunak ImageJ. Analisa dilakukan secara kualitatif; yakni membandingkan line profile pasien dengan hasil diagnosis radiolog, dan kuantitatif; yakni membandingkan line profile pasien didiagnosis abnormal dengan baseline dari line profile pasien didiagnosis normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kualitatif metode ini menunjukkan efektivitas untuk anatomi objek konka nasalis inferior, sinus maksilla, dan sinus frontal dengan kecocokan antara kuantisasi dan hasil diagnosis radiolog sebesar 82, 81, dan 100 berturut-turut. Sedangkan secara kuantitatif metode ini efektif untuk objek sinus maksilla dan sinus frontal dengan tingkat kecocokan 89 pada sinus maksilla dan 50 pada sinus frontal.

This study was performed to quantize computed radiography images on paranasal sinuses examination of pediatric patients. Images of paranasal sinuses examination from 45 pediatric patients at the age ranges of 1 5 years, 5 10 years and 10 15 years were grouped by radiologists rsquo anatomical interests, namely inferior nasal concha, maxillary sinuses, frontal sinuses, sphenoidal sinuses and ethmoid sinuses. Test lines were positioned with respect to each image rsquo s bony landmarks, followed by quantization performed by generating a profile of pixel value along each test lines using ImageJ. The profiles were analyzed both qualitatively and quantitatively. Whereas qualitative analysis compared the line profile of patients diagnosed with and without abnormality by the radiologist, quantitative analysis compared the line profile of images with abnormality with a baseline generated from images without abnormality. Qualitative assessment shown that the method can be applied for anatomical interests of inferior nasal concha, maxillary sinuses, and frontal sinuses with an agreement to radiologist diagnosis of 82, 81 and 100, respectively. On the other hand, quantitative analysis demonstrated a feasibility of this method on anatomical interests of maxillary sinuses and frontal sinuses with 89 and 50 agreement to radiologist diagnosis for maxillary and frontal sinuses, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Buono
"Suara merupakan suatu besaran yang memenuhi syarat sebagai ciri biometrik yang efektif dan efisien. Namun demikian, suara adalah fenomena yang merupakan perpaduan multidimensi serta dipengaruhi berbagai aspek, seperti karakteristik pembicara (dimensi titik artikularis, emosi, kesehatan, umur, jenis kelamin, dialek), bahasa, dan lingkungan (background dan media transmisi), sehingga sistem yang telah dikembangkan hingga sekarang belum bisa bekerja dengan baik pada situasi real. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dilakukan.
Pada penelitian ini dilakukan kajian terhadap teknik higher order statistics (HOS) dan model Mel-Frequency Cepstrum Coefficients (MFCC) sebagai ekstraksi ciri yang diintegrasikan dengan Hidden Markov Model (HMM) sebagai pengenal pola untuk menghasilkan sistem identifikasi pembicara yang lebih robust terhadap noise, khususnya Gaussian Noise. Penelitian yang dilakukan lebih difokuskan pada bagian ekstraksi Ciri dari sistem identifikasi pembicara. Sementara ini, bagian pengenal pola menggunakan teknik yang telah banyak dikaji pada berbagai riset pemrosesan suara dan memberikan hasil yang baik, yaitu HMM. Strategi yang dilakukan adalah melalui pendekatan empiris untuk menunjukkan kegagalan teknik ekstraksi ciri konvensional, yaitu ID-MFCC yang berbasis power spektrum, pada lingkungan ber-noise, dilanjutkan dengan mengkaji permsalahannya, dan diusulkan teknik ekstraksi berbasis HOS untuk mengatasi pemasalahan tersebut. Berikutnya adalah melakukan serangkaian percobaan untuk menunjukkan efektifitas teknik yang diusulkan, studi komparasi dan mengajukan suatu usulan rancangan sistem.
Berdasar bukti empiris, terlihat bahwa permasalahan 1D-MFCC adalah pada inputnya, yaitu power spektrum yang bersifat tidak stabil terhadap noise. Pada penelitian ini diusulkan untuk mengganti power spektrum dengan bispektrum yang secara teori lebih robust terhadap noise. Teknik yang diusulkan adalah suatu metodologi untuk mengekstrak nilai bispektrum sinyal suara dengan MFCC dan diintegrasikan dengan HMM untuk membentuk sistem identitikasi pembicara. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan perluasan teknik ID-MFCC menjadi 2D-MFCC. Untuk meningkatkan efektifitas sistem, diusulkan teknik kuantisasi sebagai cara merepresentasikan nilai bispektrum sehingga distribusi spasialnya terakomodasi, dan dilanjutkan dengan transformasi wrapping dan kosinus seperti pada MFCC.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknik konvensional yang berbasis pada power spektrum dapat menangkap ciri suara tanpa penambahan noise dengan baik dan jika dipadukan dengan Mel-Frequency Cepstrum Coefficients (MFCC) sebagai ekstraksi ciri dan HMM sebagai pengenal pola, maka akan menghasilkan sistem dengan akurasi di atas 98.8%. Namun demikian, dengan penambahan noise 20 dB, nilai power spektnlm mengalami perubahan secara nyata, sehingga akurasi sistem jatuh hingga level di bawah 50%. Teknik penghapusan noise secara adoptive mampu meningkatkan akurasi menjadi 77.7%, namun dengan noise yang lebih besar, teknik ini gagal bekeqia dengan baik.
Sistem yang dikembangkan dengan menggunakan bispektrum sebagai penentu ciri dipadukan dengan MFCC yang diperluas ke dua dimensi berhasil memberikan akurasi 99.9% untuk sinyal suara asli. Namun untuk sinyal dengan noise 20 dB, akurasi sistem menjadi sekitar 70%. Optimasi pada bentuk Elter pada proses MFCC dengan algoritma genetika mampu meningkatkan alcurasi menjadi 88.8% Akan tetapi dengan noise yang lebih tinggi, sistem gagal bekerja dengan baik.
Teknik kuantisasi skalar terhadap nilai bispektrum yang dilanjutkan dengan proses wrapping dan transfomasi kosinus seperti yang dilakukan pada MFCC mampu meningkatkan robustness sistem terhadap noise dengan akurasi 99.5% dan 83% masing-rnasing untuk sinyal asli dan sinyal dengan penambahan noise 20 dB. Namun untuk noise 10 dB, teknik ini gagal bekerja dengan baik. Dari percobaan dengan teknik kuantisasi velctor, terlihat bahwa rata-rata nilai bispektrum di atas kuartil tiga adalah penduga terbaik bagi nilai bispektrum setiap channel dengan jumlah 400 channel. Selain itu nilai parameter yang optimum pada proses ekstraksi ciri dengan kuantisasi vektor dilanjutkan dengan proses wrapping dan transformasi kosinus pada sinyal dengan penambahan noise adalah jarak filter linear 75, jarak Elter logaritma 1.06 dan proporsi filter linear dan legaritma 30:20. Kinerja sistem menunjukkan peningkatan yang berarti dengan akurasi 88% dan 75.5% masing-masing untuk sinyal dengan penambahan noise 20 dB dan 10 dB. Namun demikian untuk sinyal asli justru lebih rendah, yaitu dengan akurasi maksimum hanya 94.5%. Hal ini berarti bahwa teknik ekstraksi ciri yang efektif tergantung dari kualitas sinyal masukan. Oleh karena itu sistem yang dikembangkan sebaiknya dilengkapi di bagian awalnya dengan kemampuan untuk menduga kualitas sinyal masukan.
Dari studi eksploratif terhadap nilai autokorelasi dan ragam sinyal suara, diperoleh bahwa kualitas sinyal dapat diidentifikasikasi dengan besaran yang dirumuskan sebagai negatif dari logaritma perkalian nilai absolut autokerelasi dari lag 1 hingga lag 21. Nilai ambang untuk membedakan sinyal sesuai kualitasnya dengan besaran tersebut adalah di antara 7 hingga 15. Jika nilai besaran tersebut kecil, maka teknik 1D-MFCC lebih sesuai untuk diterapkan. Sedangkan untuk hal lainnya, disarankan menggunakan teknik kuantisasi vektor terhadap nilai bispektrum sebagai pengekstraksi ciri. Berdasar nilai ambang inilah disusun prototipe sistem identifikasi pembicara menggunakan software Matlab.

Mel-Frequency Cepstrum Coefficients (MFCC) as speech signal feature extraction technique and integrated with Hidden Markov Model (HMM) as classifier to form a speaker identification system that more robust to Gaussian Noise. The experiments is focused on the subsystem of feature extraction, whereas in the subsystem of classifier, we use the HMM. In this research, we show the ineffectiveness of lD-MFCC as feature extraction in the noisy environment empirically, analysis the problem and propose some techniques for feature extraction to handle the problem. Next, we conduct a series of experiments to show the effectiveness of the propose methods. Finally, we make a comparison among methods to capture the characteristics of each and propose a prototype of speaker identification system.
According to the result, the main problem with 1D-MFCC is in the aspect of its input, i.e. power spectrum. This quantity is not stable enough with existing noise. In this research we replace the power spectrum by bispectrum that more robust to noise. Then, the propose methods is focused on how to extract the bispectrum value and integrate with HMM to form the speaker identification system. Firstly, 1D-MFCC extended into 2D-MFCC, so the technique workable for bispectrum value as the input. In order to improve the system performance, we use scalar and vector quantization for bispectrum value representation and continue with wrapping and cosines transform prior to classifier process.
The experiments show that the conventional method based on power spectrum (ID-MFCC) gives a good result for signal without addition by Gaussian noise, with 98.8% of accuracy. Nevertheless, with noise only 20 dB, the system performance drop significantly with accuracy below 50%. The noise canceling technique can improve the accuracy up to 77.7%, but fails for noise more than 20 dB. The 2D-MFCC that developed using bispectrum as speech signal feature gives 99.9% of accuracy for original signal and 88.8% for signal corrupted by 20 dB of noise. Compare with ID-MFCC, this system performance is higher. Nevertheless, for noise more than 20 dB, the system fails.
In order to improve the system performance, we propose scalar and vector quantization for representation the bispectrum value, and continue with wrapping and cosines transform prior to classifier process. The vector quantization technique yield the system more stable with noise, and gives the highest recognition compare with others, especially for signal corrupted by noise. The accuracy for signal with addition by 20 dB and 10 dB of noise are 89% and 75.5%, respectively. But, for original signal, the accuracy is only around 90%. It means the effective technique for feature extraction depend on the quality of input signal.
According to the exploration of autocorrelation of speech signal, it is shown that the signal quality can be divided by the negative value of multiplication of absolute value of its autocorrelation from lag 1 until lag 21. The threshold lies between 7 and 15. If the value is small enough, it is better for use the lD-MFCC technique. Otherwise, we advise to use the system based on bispectrum represented by vector quantization and continue by the wrapping and cosines transform prior to the classifier process. By using this threshold, we propose a prototype for speaker identification system developed by Matlab software.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2009
D958
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Andria Wardani
"Asam askorbat adalah senyawa kimia yang disebut juga vitamin C dengan rumus molekul C6H8O6 larut dalam air dan memiliki sifat antioksidan. Karena sifatnya yang menguntungkan bagi kesehatan, maka kebutuhan manusia akan vitamin C semakin meningkat. Semakin berkembangnya produk-produk makanan, minuman, obatobatan dsb, yang mengandung vitamin C maka diperlukan pengawasan terhadap kadar vitamin C dalam produk tersebut. Dalam penelitian ini dilakukannya validasi metode analisis vitamin C dengan spektrofotometri UV-Visibel yang selanjutnya digunakan untuk analisis vitamin C pada minuman buah kemasan. Parameter metode validasi dalam penelitian ini meliputi uji presisi, uji linearitas, uji selektifitas, batas deteksi, batas kuantifikasi, uji sampel, dan uji akurasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapat panjang gelombang yang terpilih untuk asam askorbat adalah 243 nm untuk 30 s/d 100 ppm dan 265 nm untuk 30 s/d 0 ppm. Hasil analisis data untuk linieritas, didapatkan koefisien relasi (r) pada 265 nm yaitu 0,997 dan pada 243nm yaitu 0,998. Dengan Limit deteksi adalah 0,607 ppm dan limit kuantitasi adalah 2,024 ppm. Akurasi dari metode ini ditentukan berdasarkan hasil perolehan kembali menggunakan metode spike standar, sedangkan presisi diukur dengan menghitung simpangan baku relative. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode analisis dalam penetapan kadar asam askorbat dengan spektrofotometri UV-Visible merupakan metode yang baik digunakan, relative murah dan mudah yang dapat menghasilkan ketelitian dan ketepatan yang tinggi.

Ascorbic acid is a chemical compound also known as vitamin C with molecular formula C6H8O6 dissolve in water and has antioxidant properties. Because it is beneficial to health, the human need for vitamin C increases. The continued development of food products, beverages, medicines, etc., which contain vitamin C it is necessary to supervise the levels of vitamin C in the product. In this study does validate methods of analysis of vitamin C with UV-visible spectrophotometry was then used for analysis of vitamin C in fruit drinks packaging. Parameter validation methods in the study include a test of precision, linearity test, test of selectivity, detection limit, quantification limit, the test sample, and test accuracy.
Based on research results obtained for the selected wavelength ascorbic acid was 243 nm for 30 s/d 100 ppm and 265 nm for 30 s/d 0.607 ppm. The results of analysis for linearity, obtained relation coefficient (r) at 265 nm is 0.997 and 243nm is 0.998. With the detection limit is 0.607 ppm and the limit of quantization was 2.024 ppm. The accuracy of this method is determined based on the results of spike recoveries using standard methods, while the precision is measured by calculating the relative standard deviation of repeated measurements by ten times. From the results of the study concluded that the method of analysis in the determination of ascorbic acid levels by UV-Visible spectrophotometry is an excellent method to use, relatively inexpensive and easy to produce high precision and accuracy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1241
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library