Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aries Syafrizal
Abstrak :
Makhluk hidup termasuk manusia membutuhkan air sebagai sumber kehidupan. Air digunakan oleh manusia untuk metabolisme tubuh, keperluan rumah tangga dan kegiatan yang mendukung kehidupannya (Enger dan Smith, 2000). Mengingat pentingnya fungsi air bagi manusia, tersedianya air baik secara kualitas maupun kuantitas harus dipelihara untuk menjamin kehidupan sekarang dari masa datang. Selain sebagai sumber kehidupan, air adalah sumberdaya alam terbarukan (Salim, 1993). Tersedianya air di dunia menurut Kodoatic et al. (2002) adalah dalam bentuk air asin, air tawar dan air dalam bentuk lain. Jumlah keseluruhan air di dunia sebesar 1.385.984.610 Km3 yang terdiri atas air laut 1.338.000.000 Km3 (96,53%), air tawar 35.029.210 Km3 (2,53%), dan air dalam bentuk Iain 47.984.610 Km3 (3,47%). Dilihat dari persentase potensi air di dunia, tersedianya air tawar paling sedikit jumlahnya tetapi dibutuhkan oleh mahluk hidup yang paling besar. Kebutuhan air tawar di dunia untuk air baku air minum di dapat dari air hujan, dan sumber-sumber air seperti mata air, Sungai, rawa, danau, dan lain-lain. Pengambilan air baku Kota Palembang sebagaian besar dari Sungai Musi dan anak sungainya. Pengambilan air tawar dari sumur dalam atau air tanah dalam saat kemarau tidak dapat dilakukan, karena Formasi lapisan tanah di wilayah Palembang berupa lapisan alluvial, sehingga air tanah dalam tidak tersedia. Tersedianya air baku dari Sungai Musi secara kuantitas terpenuhi sepanjang tahun, tetapi secara kualitas menjadi masalah saat terjadi pasang surut. Permasalahan yang harus diteliti mengingat masyarakat tergantung sekali pada air baku Sungai Musi adalah pengaruh pasang surut pada penurunan kualitas air baku yang berimplikasi pada pengolahan air minum. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air baku. Jika terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air baku, diajukan hipotesis lanjutan yaitu terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air minum. Metode penelitian pengaruh pasang surut pada kualitas air baku dan air minum yang digunakan adalah deskriptif analitik. Pembuktian hipotesis parameter kualitas air menggunakan uji statistik. Uji statistik yang di gunakan adalah T-Test karena data kualitas air yang digunakan bersifat rasio dan jumlah sampel kurang dari 30 (Sugiyono, 1999). Pemilihan sampel dengan metode pertimbangan (purposive) untuk menentukan waktu dan tempat pengambilan sampel (Sudjana, 1996). Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random). Pengolahan data menggunakan alat bantu program microsoft excel dan uji statistik dengan alat bantu program SPSS. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air baku yang didasarkan pada baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Paramater yang mengalami perubahan sehingga melampaui baku mutu antara lain adalah pH, TSS, BOD, COD, DO, Posfat, NH3-N, H2S, Sulfat dan Total Coliform. Hasil uji statistik membuktikan hanya terdapat satu parameter yang menerima Ho yaitu parameter TDS, sisanya menolak Hipotesis Nol (Ho) dengan tingkat kepentingan antara 0,00 sampai 0,05. Untuk perubahan kualitas air minum akibat pasang surut, parameter yang mengalami perubahan didasarkan pada baku mutu menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Persyaratan Air Minum antara lain adalah pH, kekeruhan dan khlorida. Hasil uji statistik memperlihatkan hanya parameter khlorida yang menolak 1-10 dengan tingkat kepentingan 0,00. Tingkat kekeliruan (a) yang di gunakan dalam uji hipotesis adalah 0,05 atau terjadi 5 kesalahan dalam 100 sampel. Perubahan kualitas air baku akibat pasang surut akan mengalami peningkatan oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor gejala alam dan Faktor degradasi lingkungan. Faktor gejala alam disebabkan kemarau panjang seperti El-Nino atau tingginya curah hujan seperti La-Nina, sedangkan faktor degradasi lingkungan disebabkan deforestrasi daerah aliran sungai (DAS) dan pencemaran limbah domestik dan industri. Faktor gejala alam tidak dapat dikendalikan tetapi faktor degradasi lingkungan dapat dikelola untuk mengurangi dampak pasang surut yang terjadi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pasang surut di kualitas air baku dan air minum. Perubahan kualitas air baku selain membahayakan manusia jika memanfaatkan air baku sebagai air minum tanpa proses pengolahan, juga berimplikasi pada proses pengolahan air minum PDAM Tirta Musi. lmplikasi yang terjadi antara lain adalah kerusakan bangunan akibat pH yang rendah, implikasi proses pengolahan air minum dan implikasi pada biaya proses pengolahan. Untuk mengatasi permasalahan kualitas air baku yang disebabkan pasang Surut, pemerintah disarankan memperbaiki dan menyelaraskan peraturan yang berlaku. Untuk mengurangi degradasi Iingkungan yang mengakibatkan peningkatan perubahan kualitas air baku oleh pasang surut, pemerintah disarankan menerapkan sistem pengelolaan sungai terpadu. Untuk pihak PDAM Tina Musi, perbaikan proses dan penambahan proses pengolahan air minum harus memperhatikan periode dan pengaruh pasang surut. Pertimbangan pemilihan proses pengolahan air minum yang digunakan selain mempertimbangkan faktor teknis dan ekonomis, juga harus mempertimbangkan faktor lingkungan Masyarakat yang mengambil air baku untuk air minum disarankan untuk memperhatikan periode pasang surut dan melakukan proses pengolahan air minum sebelum memanfaatkanya.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S9254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Natasya Tanuwijaya
Abstrak :
Terlepas dari usaha untuk meningkatkan akses berkelanjutan ke air minum yang aman, ratusan juta orang masih bergantung pada sumber air unimproved. Untuk meningkatkan kualitas air minum, berbagai pengolahan air rumah tangga dan metode penyimpanan aman telah dikembangkan dan dikenalkan sebagai intervensi alternatif. Namun, informasi mengenai kualitas air minum dan prevalensi praktik pengolahan air minum rumah tangga, terutama dari perspektif dan tingkat kepuasan masyarakat masih sangat minim. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kualitas air minum di Kota Metro, menganalisis persepsi dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap air minumnya, serta menganalisis hubungan antar variabel. Survei lapangan dan observasi (n=281), serta pengambilan sampel air minum (n=79) dilakukan pada rumah tangga di Kota Metro. Pengujian kualitas sampel air minum dilakukan untuk parameter kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS), dan E. Coli. Pada uji kekeruhan dengan turbidimeter, ditemukan 4% sampel (n=79) memiliki kekeruhan yang melebihi baku mutu dengan rata-rata 1,3 NTU sedangkan uji TDS dengan multi-parameter probe menemukan bahwa tidak terdapat sampel yang melebihi baku mutu dengan rata-rata 82,46 mg/l. Tingkat risiko E. Coli pada air minum E. Coli beragam dengan rata-rata melebihi baku mutu Permenkes No. 492 Tahun 2010 yaitu sebesar 43,14 MPN/100 ml. Berdasarkan uji analisis korelasi Spearman Rank’s, ditemukan bahwa seluruh variabel memiliki korelasi yang signifikan antara persepsi serta tingkat kepuasan dengan kualitas air minum. Nilai korelasi Spearman dari tiap hubungan berada dalam rentang 0,232 hingga 0,276 sehingga seluruh variabel berkorelasi lemah dengan arah hubungan positif dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan berkekuatan lemah antara persepsi dan tingkat kepuasan masyarakat dengan kualitas air minum dimana semakin baik kualitas air minum, persepsi dan tingkat kepuasan masyarakat juga semakin baik. Adapun rekomendasi yang perlu dilakukan dari studi ini ialah melakukan pemantauan dan pemeliharaan rutin pada sumber air minum mulai dari air tanah hingga depot air minum isi ulang dimana ditemukan kontaminasi E. Coli dengan risiko tinggi dan mengkomunikasikannya, mengadakan kampanye yang merekomendasi pengolahan air minum rumah tangga dan perawatan wadah penyimpanan air minum sesuai rekomendasi STBM pilar ke-3.  ......Despite efforts to improve sustainable access to safe drinking water, hundreds of millions of people still depend on unimproved water sources. To improve drinking water quality, various household water treatment and safe storage methods have been developed and introduced as alternative interventions. However, information on drinking water quality and the prevalence of household drinking water treatment practices, especially from the perspective and level of community satisfaction, is still very minimal. This study was conducted to examine the quality of drinking water in Metro City, analyze the perception and level of community satisfaction with drinking water, and analyze the relationship between variables. Field surveys and observations (n=281), as well as drinking water sampling (n=79) were conducted on households in Metro City. Testing the quality of drinking water samples was carried out for the parameters of turbidity, TDS, and E. Coli. In the turbidity test with a turbidimeter, it was found that 4% of the samples (n=79) had turbidity that exceeded the quality standard with an average of 1,3 NTU, while the TDS test with a multi-parameter probe found that there were no samples that exceeded the quality standard with an average of 82,46 mg/l. The level of risk of E. Coli in drinking water of E. Coli varies with the average exceeding the quality standard of Permenkes No. 492 of 2010 which is 43,14 MPN/100 ml. Based on the Spearman Rank's correlation analysis test, it was found that all variables had a significant correlation between perceptions and levels of satisfaction with drinking water quality. The Spearman correlation value of each relationship is in the range of 0.232 to 0.276 so that all variables are weakly correlated with the direction of the positive relationship and indicate that there is a weak relationship between perceptions and levels of community satisfaction with drinking water quality where the better the quality of drinking water, perceptions and levels of community satisfaction also getting better The recommendations that need to be carried out from this study are carry out routine monitoring and maintenance on drinking water sources ranging from ground water to refill drinking water depots where high-risk E. Coli contamination is found and communicate it, conduct campaigns recommending household drinking water treatment and maintenance of drinking water storage containers according to the recommendations of the STBM-3rd pillar.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatima Risha Dianty
Abstrak :
Terbatasnya cakupan layanan air bersih perpipaan dari PDAM menyebabkan sebagian besar masyarakat Kota Bekasi masih memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih. Masalah dalam penelitian ini yaitu masyarakat cenderung mengonsumsi air tanah tanpa mengetahui kondisi, keamanan dan kualitas air tanah.Tujuan penelitian adalah menganalisis pengetahuan masyarakat terkait kualitas air tanah, hubungan antara persepsi masyarakat dengan kualitas air minum, perilaku masyarakat terkait praktik penanganan dan pengolahan air minum, serta mengevaluasi penyediaan air minum yang aman di Kelurahan Jatiluhur, Sumur Batu, dan Jatirangga, Kota Bekasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode campuran yang menggabungkan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat pengaruh signifikan kualitas air minum pada persepsi masyarakat serta tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat dengan variasi penggunaan metode pengolahan air minum. Kesimpulan penelitian ini yaitu pemanfaatan air minum yang berasal dari air tanah perlu untuk mempertimbangkan aspek pengetahuan, persepsi, dan perilaku masyarakat. ......Limited coverage of piped water service has resulted that majority of people in Bekasi City still using groundwater as main source of clean water. People tend to consume groundwater without knowing the condition, safety and quality of groundwater. The aim of this research was to analyze community knowledge regarding groundwater quality, relationship between public perceptions and drinking water quality, community behavior regarding drinking water handling and processing practices, and evaluate the provision of safe drinking water in Jatiluhur, Sumur Batu, and Jatirangga Sub-district. The research method used is mixed method. The results showed that statistically there was no significant effect of drinking water quality on public perceptions and no significant relationship between public perceptions and variation of drinking water treatment methods. The conclusion of this research is that the utilization of drinking water originating from groundwater needs to consider the aspects of knowledge, perceptions and behavior of the community.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Arif Yuliantono
Abstrak :
Pertumbuhan penduduk Kota Depok menyebabkan meningkatnya kebutuhan air minum yang harus diolah oleh PDAM Kota Depok. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Legong merupakan salah satu instalasi yang beroperasi di Kota Depok dengan kapasitas eksisting 1400 l/s. IPA tipe Konvensional memiliki kapasitas awal 300 l/s mengalami uprating hingga 1000 l/s untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun kualitas air baku yang diolah mengalami fluktuasi. Untuk mengolah air baku tersebut, IPA Legong menggunakan desinfektan klorin yang memungkinkan pembentukan Disinfection By-Products (DBP) berupa asam haloasetat (HAA) dan total trihalometana (TTHM). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air baku dan produksi serta menganalisis pembentukan DBP menggunakan software Watpro. Parameter yang akan dianalisis kualitasnya adalah TOC, UV 254, kekeruhan, kesadahan, alkalinitas dan amonia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat parameter air baku yaitu amonia yang tidak memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2021 yakni melebihi 0,1 mg/l. Sementara itu kualitas air produksi telah memenuhi baku mutu Permenkes No.2 Tahun 2023. Untuk dapat menentukan parameter yang memiliki pengaruh terbesar pada pembentukan DBP dilakukan analisis sensitivitas pada parameter TOC, pH, UV 254 dan dosis klorin. Berdasarkan analisis tersebut, kondisi maksimum parameter memberikan pengaruh terbesar pada pembentukan TTHM sebesar 8,93 μg/l dan HAA sebesar 74,1 μg/l. Kondisi tersebut meningkatkan risiko terkena kanker berdasarkan penilaian Excess Cancer Risk (ECR) yang melebihi 10-4. Karena hal tersebut, diperlukan optimasi jangka pendek yaitu pengurangan dosis klorin yang digunakan sampai 4 mg/l dan optimasi jangka panjang berupa penggantian jenis desinfektan seperti ozon dan sinar UV sehingga dapat meminimalisir kehadiran DBP. ...... The population growth of Depok City has led to an increase in the demand for drinking water that must be processed by the Depok City PDAM. Legong Water Treatment Plant (IPA) is one of the installations operating in Depok City with an existing capacity of 1400 l/s. Conventional type IPA has an initial capacity of 300 l/s uprating to 1000 l/s to meet these needs. However, the quality of raw water treated fluctuates. To treat the raw water, Legong IPA uses chlorine disinfectants which allow the formation of Disinfection By-Products (DBP) in the form of haloacetic acid (HAA) and total trihalomethane (TTHM). This study aims to analyze the quality of raw and production water and analyze the formation of DBP using Watpro software. The parameters to be analyzed for quality are TOC, UV 254, turbidity, hardness, alkalinity and ammonia. The results showed that there is a raw water parameter, ammonia, which does not meet the quality standards of Government Regulation No.2 of 2021, which exceeds 0.1 mg/l. Meanwhile, the quality of production water has met the quality standards of Permenkes No.2 of 2023. To be able to determine the parameters that have the greatest influence on the formation of DBP, a sensitivity analysis was carried out on the parameters TOC, pH, UV 254 and chlorine dose. Based on this analysis, the maximum condition of the parameters has the greatest influence on the formation of TTHM of 8.93 μg/l and HAA of 74.1 μg/l. These conditions increase the risk of developing cancer based on the Excess Cancer Risk (ECR) assessment which exceeds 10-4. Because of this, short-term optimization is needed, namely reducing the dose of chlorine used to 4 mg/l and long-term optimization in the form of replacing disinfectant types such as ozone and UV light so as to minimize the presence of DBP.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Maryam Sayyidina
Abstrak :
Penggunaan air tanah oleh sebagian besar masyarakat berpotensi terkontaminasi E.Coli sehingga diperlukan pemantauan mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis hasil pengujian Escherichia Coli pada air minum dan faktor yang memengaruhinya; 2) menguraikan manfaat, tantangan, dan peluang dalam melakukan self-monitoring; dan 3) mengembangkan prosedur untuk memantau Escherichia Coli. Pemantauan mandiri dilakukan alat monitoring on-site yaitu Aquagenx CBT ET+TC Presence/Absence. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa tingkat kontaminasi E.Coli pada sumber memiliki rata-rata bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan point-of-use. Berdasarkan analisis korelasi Pearson, hubungan perlakuan yang dilakukan pada sumber air terhadap berkurangnya jumlah E.Coli dalam air minum memiliki nilai p sebesar 0,35. Self-monitoring memiliki potensi yang cukup besar untuk diimplementasikan dengan akurasi data diantara 85 – 95%. Walaupun demikian, berdasarkan analisis korelasi Pearson, hubungan pemahaman kualitas air minum dengan kualitas air minum memiliki nilai p sebesar -0,383. Langkah yang dilakukan pada pengujian juga tergolong mudah walaupun terdapat langkah-langkah yang cukup menantang. Self-monitoring dapat dikembangkan lebih jauh lagi dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keresahan dari rumah tangga agar mereka dapat lebih efektif dalam melakukan pemantauan. Kontaminasi yang masih bisa ditemukan dalam rumah tangga membuat mereka harus tetap melakukan self-monitoring menggunakan instrumen yang sesuai dengan standar UNICEF.   ......Groundwater has the potential to be contaminated with E.Coli so guidance is needed. This study aims to 1) analyze the results of Escherichia Coli in drinking water and the factors; 2) describe the benefits, challenges and opportunities in conducting self-monitoring; and 3) developing procedures to combat Escherichia Coli. On-site monitoring utilizes Aquagenx CBT ET + TC Presence/Absence as an independent tool. Results indicate E.Coli contamination at the point of use is higher than that at the source. Pearson's correlation analysis shows a p-value of 0.35 between actions at water sources and reduced E. coli in drinking water. Self-monitoring has considerable potential to be implemented because the accuracy ranges from 85 – 95%. In contrast, Pearson's correlation analysis indicates that there is a p-value of -0.383 between the understanding of drinking water quality and the quality of drinking water. Although some test steps pose challenges, most are straightforward. Self-monitoring can be developed further by taking into account the needs and concerns of households so that they can be more effective in carrying out monitoring. Despite contamination risks, households should continue self-monitoring and self-training using UNICEF-standard instruments.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yurika
Abstrak :
Diestimasikan bahwa sekitar 42,3% rumah tangga dari banyak negara di Asia dan Afrika menggunakan lebih dari satu sumber air. Jumlah pengguna multiple water source yang membedakan antara sumber air minum dan air domestik berjumlah 42,2%-52,7% di Kota Bekasi dan 29,1%-39,7% di Kota Metro dari jumlah responden per bulan. Hal ini dapat disebabkan oleh persepsi rumah tangga yang tidak baik sehingga memutuskan untuk menggunakan sumber air alternatif untuk air minum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari persepsi kualitas air minum Kota Metro dan Bekasi dalam pengambilan keputusan penggunaan multiple water source dan mengetahui biaya per tahun yang dibutuhkan untuk keperluan air bersih dengan menggunakan data sekunder dan primer. Perolehan data ini dilakukan dengan survei kuesioner secara berkala selama 12 bulan oleh enumerator dan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu monthly survey melalui telepon dan field survey atau melakukan survei secara langsung ke rumah tangga. Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi sehingga responden memutuskan untuk menggunakan multiple water source, di antaranya adalah persepsi kualitas air minum yang buruk. Oleh karena itu dilakukan uji regresi logistik untuk mengetahui pengaruh persepsi kualitas air minum dalam penggunaan multiple water source. Diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,007 yaitu > 0,05 dan OR sebesar 0,381 yaitu < 1 pada penampilan air yang bermasalah di Kota Bekasi yang menandakan adanya pengaruh signifikan sebanyak 0,381 kali dan penampilan air yang tidak bermasalah sebesar 3,14 kali. Hal ini menandakan bahwa responden yang menggunakan multiple water source cenderung tidak mengalami permasalahan pada persepsi penampilan air.  Kemudian dilakukan juga uji crosstabs atau tabulasi silang 2x2 sebagai pembanding hasil uji regresi logistik. Pengeluaran biaya paling banyak yang diperlukan adalah biaya untuk perbaikan yang mencapai Rp3.980.000 di Kota Bekasi dan Rp5.065.000 di Kota Metro. Pengeluaran yang tinggi digunakan untuk keperluan pembuatan sumur gali atau sumur bor baru di rumah tangga. Air isi ulang dinilai lebih diminati daripada air galon bermerek karena faktor harga yang lebih terjangkau dengan pengeluaran per bulan mencapai Rp468.000 di Kota Bekasi dan Rp593.000 di Kota Metro. Sedangkan untuk air galon bermerek mencapai Rp794.000 di Kota Bekasi dan Rp294.000 di Kota Metro per bulannya. Adapun rekomendasi yang perlu dilakukan adalah pemasangan filter di rumah tangga untuk mengurangi persepsi yang kurang baik terhadap penampilan air. Hal ini dapat didukung oleh pemerintah dengan memberikan anggaran dan melakukan sosialisasi agar rumah tangga dapat dengan mudah memperoleh fasilitas ini. Pelaksanaan inspeksi kualitas air secara berkala ke rumah tangga juga dapat diwujudkan untuk memastikan kualitas air bersih yang baik. ......It is estimated that about 42,3% of households from many countries in Asia and Africa use more than one water source. The number of multiple water source users who differentiate between drinking water and domestic water sources is 42,2%-52,7% in Bekasi City and 29,1%-39,7% in Metro City from the number of respondents per month. This can be caused by the perception of households that are not good so they decide to use alternative water sources for drinking water. The purpose of this study was to determine the effect of perceived quality of drinking water in Metro and Bekasi in making decisions on the use of multiple water sources and to determine the annual cost required for clean water by using secondary and primary data. This data was obtained by means of regular questionnaire surveys for 12 months by enumerators and divided into 2 types, namely monthly surveys by telephone and field surveys or conducting surveys directly to households. There were several problems faced so that respondents decided to use multiple water sources, one of which was the perception of poor drinking water quality. Therefore, a logistic regression test was conducted to determine the effect of perceived quality of drinking water in the use of multiple water sources. Obtained a significance value of 0,007, which is > 0,05 and an OR of 0,381, which is < 1 for the appearance of problematic water in Bekasi City which indicates a significant effect of 0,381 times and the appearance of water that is not problematic is 3,14 times. This indicates that respondents who use multiple water sources tend not to experience problems with the perception of water appearance. Then the crosstabs test or 2x2 cross tabulation was also carried out as a comparison of the results of the logistic regression test. The most expensive expenses required were repair costs which reached Rp3.980.000 in Bekasi City and Rp5.065.000 in Metro City. The high expenditure is used for the purpose of making dug wells or new boreholes in the household. Refill water is considered more desirable than branded gallon water because of the more affordable price factor with monthly expenses reaching Rp468.000 in Bekasi City and Rp593.000 in Metro City. Meanwhile, branded gallons of water reach Rp794.000 in Bekasi City and Rp294.000 in Metro City per month. The recommendation that needs to be done is the installation of filters in households to reduce unfavorable perceptions of the appearance of water. This can be supported by the government by providing a budget and conducting socialization so that households can easily obtain this facility. It is also possible to carry out regular water quality inspections to households to ensure good quality of clean water.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library