Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isnandito Duarsa
Abstrak :
Solanesol merupakan senyawa alkohol poliisoprenoid rantai panjang dengan sembilan unit isoprena yang banyak ditemukan pada tanaman Solanaceae. Senyawa ini memiliki berbagai manfaat terutama dalam industri farmasi yaitu sebagai intermediet dalam sintesis senyawa seperti koenzim Q10, vitamin K2, dan sebagai antibakteri, antijamur, antivirus, antikanker, serta antiinflamasi. Namun, senyawa ini belum banyak yang dapat mengisolasi secara efektif sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menentukan metode separasi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan solanesol murni dari ekstrak daun tembakau melalui perlakuan pH dan proses pemisahan kromatografi kolom. Pelarut yang digunakan adalah petroleum eter dan etanol. Pengamatan dilakukan dengan memvariasikan tingkat keasaman pH 2, 3, dan 4, serta tinggi rasio kolom kromatografi 1:5 dan 1:10. Pada penelitian ini durasi pengeringan daun tembakau, suhu pengeringan daun tembakau, ukuran partikel daun tembakau, dan perbandingan pelarut yang digunakan pada daun tembakau dijaga dalam kondisi tetap. Analisis kuantitatif solanesol dilakukan dengan metode High-Performance Liquid Chromatography (HPLC). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemisahan dengan variasi pH menghasilkan konsentrasi solanesol optimal pada pH 2 sebesar 102,78 mg/L dan pemisahan menggunakan kromatografi kolom didapatkan rasio optimal adalah 1:5 pada fraksi ke-4 dengan konsentrasi solanesol sebesar 11,35 mg/L. ......Solanesol is a long chain polyisoprenoid alcohol compound with nine isoprene units which is commonly found in Solanaceae plants. This compound has various benefits, especially in the pharmaceutical industry, namely as an intermediate in the synthesis of compounds such as coenzyme Q10, vitamin K2, and as antibacterial, antifungal, antiviral, anticancer, and anti-inflammatory. However, not many of these compounds have been able to isolate effectively, so research is needed to determine an effective separation method. This study aims to obtain pure solanesol from tobacco leaf extract through pH treatment and column chromatography separation process. The solvents used were petroleum ether and ethanol. Observations were made by varying the acidity of pH 2, 3, and 4, as well as the high ratio of the chromatographic column 1:5 and 1:10. In this study, the duration of drying of tobacco leaves, drying temperature of tobacco leaves, particle size of tobacco leaves, and the ratio of solvents used in tobacco leaves were kept in constant conditions. The quantitative analysis of solanesol was carried out using the High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. Based on the research that has been done, the separation with variations in pH resulted in the optimal solanesol concentration at pH 2 of 102,78 mg/L and the separation using column chromatography obtained the optimal ratio of 1:5 in the fourth fraction with a solanesol concentration of 11,35 mg/L.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Retnowati,
Abstrak :
Sambung nyawa {Gynura procumbens [Lour] Merr.) merupakan tanaman berkhasiat yang banyak ditemukan di beberapa negara di Asia. Untuk pengobatan, bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya. Daun sambung nyawa banyak dimanfaatkan untuk mengobati beberapa jenis penyakit seperti diabetes mellitus, darah tinggi, antiinflamasi, luka bakar, dan beberapa jenis penyakit kulit lainnya. Bahkan akhir-akhir ini banyak dipakai sebagai obat anti kanker dan obat antihiperlipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menentukan struktur senyawa kimia yang terdapat dalam fraksi n-heksana daun sambung nyawa. Isolasi senyawa kimia ini dilakukgp dpngan cara merendam daun tersebut dengan n-heksana disertai pengadukan agar proses ekstraksi berjalan dengan baik. Filtrat n-heksana yang diperoleh dipekatkan dan dilakukan uji bercak memakai KLT dengan pelarut pengembang yaitu /?-heksana dan etil asetat pada perbandingan 4: 1. Kemudian dilakukan pemisahan menggunakan kromatografi kolom dengan silika gel sebagai fasa diam dan fasa geraknya berupa campuran n-heksana dan etil asetat dengan gradien kepolaran yang meningkat. Fraksi yang diambil untuk analisa lebih lanjut adalah komponen A dan komponen B. Setelah proses rekristalisasi, komponen A berupa padatan putih dan komponen 8 berupa kristal putih berbentuk jarum. Kedua komponen ini ditentukan strukturnya dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR dan GCMS. Komponen A merupakan senyawa hidrokarbon yaitu n4)entakosana dengan rumus molekul C25H52- Sedangkan komponen B merupakan senyawa golongan steroid yaitu Bi adalah stigmaterol dengan rumus molekul C29H48O dan 82 adalah (3-sitosterol dengan rumus molekul C29H50O.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutomo Mahardima
Abstrak :
Didemnum sp. merupakan salah satu organisme laut yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber senyawa bioaktif. Penelitian dilakukan untuk menguji toksisitas pada ekstrak Didemnum sp. dari Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), fraksinasi dengan kromatografi cair-cair, kromatografi kolom, dan uji biuret. Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak kasar Didemnum sp. bersifat aktif dengan nilai LC50 sebesar 545,113 μg/ml. Hasil fraksinasi yang aktif adalah fraksi etil asetat dan air dengan nilai LC50 sebesar 89,210 μg/ml dan 138,468 μg/ml secara berturut-turut. Fraksinasi dengan kromatografi kolom menghasilkan 7 fraksi. Fraksi yang paling aktif adalah fraksi ke-7 dengan nilai LC50 sebesar 7,449 μg/ml. Uji biuret memberikan hasil negatif. ...... Didemnum sp. is one of marine organism which can be used as one of bioactive compound resource. This research was conducted to test the toxicity of Didemnum sp. extract from Semak Daun Island Seribu Islands Jakarta. Methods which used in this research were Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), fractionation with liquid-liquid chromatography, column chromatography, and biuret test. The result from BSLT showed that Didemnum sp. crude extract was active with LC50 value 545,113 μg/ml. The active fractionation product was ethyl acetate and water fraction which has LC50 value 89,210 μg/ml and 138,468 μg/ml respectively. Column chromatography fractionation produced 7 fractions. The most active fraction was the 7th fraction which has LC50 value 7,449 μg/ml. Biuret tests were negative.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Adani Putri
Abstrak :
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit dengan penderita yang cukup banyak di dunia. Indonesia sendiri merupakan negara yang menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbanyak sedunia. Berbagai pengobatan selalu dikembangkan untuk menurunkan jumlah penderita diabetes tiap tahunnya, salah satu pilihan adalah pengobatan herbal. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tanaman dari suku Clusiaceae memiliki khasiat sebagai anti diabetes, Calophyllum hosei Ridl. merupakan salah satunya. Dalam penelitian ini, C. hosei akan diteliti lebih lanjut khasiatnya terhadap penghambatan alfa-glukosidase yang akan menentukan apakah tanaman ini memiliki khasiat sebagai anti diabetes. Ekstrak etanol dari tanaman C. hosei difraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan butanol sehingga dihasilkan fraksi bertingkat. Fraksi-fraksi tersebut kemudian diuji aktivitas penghambatan alfa-glukosidase menggunakan alat spektrofotometri multiwell dengan panjang gelombang 405 nm untuk menentukan nilai persen inhibisi yang akan digunakan untuk menentukan nilai IC50. Fraksi yang berpotensi memiliki khasiat kemudian dipisahkan dengan menggunakan kromatografi kolom dengan pelarut bertingkat. Subfraksi yang dihasilkan kemudian diuji aktivitas penghambatan alfa-glukosidase untuk menentukan nilai persen inhibisi. Subfraksi yang paling tinggi persen inhibisinya kemudian akan dicari nilai IC50. Fraksi n-heksan, etil asetat, butanol dan air masing-masing memiliki IC50 sebesar 327,88; 119,4; 34,43 dan 102,33 ppm. Sedangkan subfraksi teraktif memiliki nilai IC50 sebesar 84,36 ppm. Akarbose yang digunakan sebagai pembanding memiliki nilai IC50 sebesar 91,17 ppm.
Diabetes mellitus is a disease with a lot of patients in the world. Indonesia itself is a country that ranks fourth in the number of diabetics worldwide. Various treatments have always been developed to reduce the number of people with diabetes each year, alternative options such as herbal medicine is one of them. A lot of experiences shown that plants from family clusiaceae have a efficacy as an antidiabetic drug, one of them is Calophyllum hosei Ridl. In this study, C. hosei will be further examined efficacy against inhibition of alpha-glucosidase that will determine whether this plant has efficacy as an anti diabetic drug. The ethanol extract from plant C. hosei Ridl. is fractionated by using a funnel to obtain fraction of n-hexane, ethyl acetate, butanol and water. Fractions are then tested as alpha-glucosidase inhibition activity as a parameter using a multiwell spectrophotometry with a wavelength of 405 nm to determine the percent inhibitory values that will be used to determine the IC50 value. Faction that has potential, which is ethyl acetate fraction, then isolated using column chromatography with solvent that gradually rising its polarity. Subfractions then tested using alpha-glucosidase inhibition activity as a parameter to determine the percent inhibition values. Subfraction with highest percent inhibitory then used as a sample to determine the IC50 value. Fraction of n-hexane, ethyl acetate, butanol and water each have IC50 of 327.88; 119.4; 34.43 and 102.33 ppm. While the most active subfraction from ethyl acetate fraction has IC50 value of 84.36 ppm. Acarbose, which has used as a comparator, has IC50 value of 91.17 ppm.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riswanto
Abstrak :
Kurkumin merupakan senyawa aktif yang terdapat dalam rimpang kunyit (Curcuma domestica) dalam bentuk campuran kurkuminoid dengan desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin. Kurkumin menunjukkan aktivitas farmakologi yang lebih baik dibandingkan dengan dua komponen kurkuminoid lain dan karena sulitnya pemisahan kurkuminoid, kurkumin murni menjadi langka dan mahal. Metode isolasi kurkumin dengan kemurnian lebih dari 90% berusaha diperoleh. Rekristalisasi menggunakan sistem aseton-air pada suhu 2-5 oC selama 1 jam dan kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 dengan fase gerak diklormetan-metanol (95:5) dikerjakan untuk memperoleh kurkumin dengan kemurnian lebih dari 90%. Isolat dari rekristalisasi dan kromatografi kolom diperiksa dengan kromatografi lapis tipis densitometri dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan panjang gelombang maksimum, titik lebur, spektrum inframerah, 1HNMR, 13CNMR, dan LC-MS. Hasilnya, pada percobaan dengan rekristalisasi tidak dapat diperoleh kurkumin dengan kemurnian lebih dari 90%. Sebaliknya, kromatografi kolom menghasilkan kurkumin dengan kemurnian mencapai 90,04%. Kesimpulannya, kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak diklormetan-metanol (95:5) dapat digunakan untuk memperoleh kurkumin dari kurkuminoid rimpang kunyit dengan kemurnian lebih dari 90%.
Curcumin is an active compound that consist in turmeric (Curcuma domestica), as a curcuminoids mixture with desmethoxycurcumin and bidesmethoxycurcumin. Curcumin shows a better pharmacology activities compare to other two curcuminoid compounds, and because of difficulty in curcuminoids separation, a pure curcumin becaming rare and expensive. The method of isolation of curcumin with more than 90% in purity is conducted. Recrystalization using the acetone-water system with the temperature between 2-5 oC for about an hour and open-column chromatography using silica gel 60 as stationary phase with dichlormethane-methanol (95:5) for mobile phase is used to get an magnificent purity level that reach over 90%. The Isolate from the recrystalization and open-column chromatography is examined using thin layer chromatography-densitometry then continued by measuring its maximum wavelenght, the melting point, the infrared spectra, the 1HNMR, the 13CNMR, and the LC-MS. The result using the recrystalization method could not provide curcumin with more than 90% in purity. On the other hand, the open-column chromatography conducted beforehand could be used to obtain curcumin with 90,4% in purity. In conclusion, open-column chromatography using silica gel 60 as stationary phase with dichlormethanemetanol (95:5) for mobile phase can be used to get an magnificent purity level of curcumin from turmeric curcuminoids that reach over 90%.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S33037
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatia Fitri
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan minyak cengkeh sebagai antioksidan alami terbatas dalam makanan, karena baunya yang menyengat. Bau menyengat minyak cengkeh berasal dari senyawa fenolik eugenol yang jumlahnya cukup besar didalam minyak cengkeh. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, minyak atsiri yang tidak signifikan mengandung komponen fenolik telah diklaim memiliki aktivitas antioksidan yang relevan. Aktivitas antioksidan dari senyawa non-fenolik ini dapat dimanfaatkan sebagai studi perbandingan kekuatan antioksidannya dengan senyawa fenolik yang kadarnya sangat besar di dalam minyak cengkeh, sehingga dapat berkontribusi untuk memperpanjang umur simpan makanan mudah teroksidasi. Untuk menganalisis aktivitas antioksidan senyawa non-fenolik diperlukan pemisahan dengan metode ekstraksi cair-cair, ektraksi fase padat dan kromatografi kolom. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis senyawa volatil yang terdapat dalam minyak cengkeh Manado dan Toli-Toli, memisahkan senyawa fenolik dan non-fenolik serja uji aktivitas antioksidan. Hasil yang diperoleh yaitu pada analisis minyak cengkeh Manado dan Toli-Toli terdapat 36 senyawa. Pemisahan senyawa fenolik eugenol dengan ekstraksi cair-cair, diperoleh penurunan eugenol optimum dengan 87,5 mmol NaOH 4 . Metil salisilat dan kavikol tidak terdeteksi setelah ekstraksi. Dua senyawa yaitu ? -ylangen dan kavikol asetat berhasil diidentifikasi setelah ektraksi. Pemisahan dengan kolom kromatografi dan ekstraksi fase padat masing-masing menghasilkan 3 fraksi yang setelah diuji aktivitas antioksidannya ternyata fraksi yang hanya mengandung senyawa non-fenolik masih memiliki aktivitas antioksidan namun cukup rendah apabila dibandingkan dengan senyawa fenolik.
ABSTRACT
The use of clove oil as a natural antioxidant is limited in food, because of its stinging smell. The stinging smell of clove oil comes from the phenolic compound eugenol which is quite large in clove oil. However, in recent years, significant volatile essential oils containing phenolic components have been claimed to have antioxidant activity that is relevant. The antioxidant activity of this non phenolic compound can be utilized as a comparative study of its antioxidant strength with a very large amount of phenolic compounds in clove oil, thus contributing to prolong the storage life of food. To analyze the antioxidant activity of non phenolic compounds required separation by liquid liquid extraction method, solid phase extraction and column chromatography. This study aims to analyze the volatile compounds contained in Manado and Toli Toli clove oil, separating phenolic and non phenolic compounds as well as antioxidant activity test. The results obtained are the analysis of clove oil Manado and Toli Toli there are 36 compounds. Separation of phenolic eugenol compounds by liquid liquid extraction, obtained an optimum eugenol reduction with 87.5 mmol NaOH 4 . Methyl salicylate and chavicol are not detected after extraction. Two compounds were identified after extraction, ylangen and chavicol acetate. Separation with column chromatography and solid phase extraction each yielded 3 fractions which, after being tested for their antioxidant activity, found that the fraction containing only non phenolic compounds still had antioxidant activity but lower when compared to phenolic compounds.
2018
T51448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Muhammad Fathi
Abstrak :
Pembatasan penggunaan daun tembakau kering untuk produksi rokok harus disertai dengan adanya pengembangan produk alternatif non-rokok yang berbahan dasar daun tembakau. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan kandungan senyawa nikotin yang telah diisolasi pada daun tembakau. Nikotin diisolasi dari ekstrak daun tembakau menggunakan metode kromatografi kolom dengan variasi rasio campuran petroleum eter dan etanol sebagai fasa gerak, dimulai dari 8:2, 6:4, 4:6, 2:8, hingga 0:10. Fraksi hasil dari setiap rasio yang berhasil didapatkan, kemudian diuji secara kualitatif dengan menggunakan kromatografi lapis tipis KLT serta secara kuantitatif dengan instrumen HPLC. Proses kromatografi yang dilakukan mampu mengisolasi 4,006 senyawa nikotin dari nilai awal sebesar 4,19 . Didapatkan pula bahwa senyawa etanol baik untuk digunakan dalam mengisolasi nikotin yang terdapat dalam ekstrak daun tembakau.
Restrictions on the use of dried tobacco leaf for cigarette production must be accompanied by the development of non cigarette alternative products that are made from tobacco leaves. One of the alternatives that can be done is to use the nicotine compound that is isolated from tobacco leaf extract. Nicotine is isolated using column chromatography method with the variation of mobile phase mixture petroleum ether and ethanol, started from 8 2, 6 4, 4 6, 2 8, to 0 10. All of the chromatographic fraction from each mobile phase rsquo s ratio is then tested qualitatively using thin layer chromatography TLC and also quantitatively using HPLC instrument. The column chromatography process can isolate 4.006 of nicotine compound from 4.19 tobacco leaf extract rsquo s nicotine. It is also known that ethanol is good to be used as chromatography rsquo s mobile phase for nicotine isolation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidha Putri Gandasari
Abstrak :
Inflamasi merupakan reaksi pertahanan dari organisme dan jaringannya terhadap infeksi dan terjadi karena adanya pelepasan mediator inflamasi. Leukotrien adalah salah satu mediator inflamasi yang dihasilkan dari asam arakhidonat melalui jalur enzim lipoksigenase. Penghambatan enzim lipoksigenase dapat mencegah produksi leukotrien. Spesies Garcinia diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi. Garcinia porrecta Laness adalah salah satu tanaman dari marga Garcinia yang mampu menghambat lipoksigenase. Penelitian lain menunjukkan ekstrak etil asetat kulit batang Garcinia porrecta Laness memiliki nilai IC50 sebesar 0,52 g/mL. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji aktivitas antiinflamasi dengan metode penghambatan lipoksigenase pada fraksi dari ekstrak etil asetat kulit batang G. porrecta Laness dan penapisan fitokimia dengan teknik KLT kecuali saponin dan tanin pada fraksi teraktif. Fraksi yang diperoleh sebanyak 11 fraksi. Hasil uji menunjukkan fraksi teraktif, yaitu fraksi G memiliki persentase inhibisi sebesar 48,50 . Hasil identifikasi fraksi G menunjukkan adanya flavonoid dan terpenoid.
Inflammation is a defensive reaction of the organism and its tissue to infection and occurs because of the release of inflammatory mediators. Leukotriene is one of the inflammatory mediators produced from arachidonic acid through the lipoxygenase enzyme pathway. Inhibition of lipoxygenase enzyme may prevent leukotriene production. Garcinia species are known to have anti inflammatory activity. Garcinia porrecta Laness is one of the genus of Garcinia which has ability to inhibit lipoxygenase. Another study showed the extract of ethyl acetate cortex of Garcinia porrecta Laness had an IC50 value of 0.52 g mL. The objective of this study was to test anti inflammatory activity by lipoxygenase inhibition method of fraction from ethyl acetate extract of Garcinia porrecta Laness cortex and phytochemical screening by TLC technique except for saponin and tannin at the most active fraction. The fraction obtained is 11 fractions. The test result shows the most active fraction, that is G fraction has inhibition percentage of 48,50 . The result of identification of G fraction shows the presence of flavonoid and terpenoid.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Christina O
Abstrak :
Angkak merupakan beras yang difermentasikan oleh jamur Monascus purpureus dan banyak digunakan sebagai salah satu pewarna alami makanan dimana salah satu syarat zat warna adalah stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fisika dan kimia terhadap tingkat kestabilan angkak dalam bentuk larutan sebagai pewarna alami makanan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengisolasi pigmen merah dari angkak secara kromatografi kolom kemudian diuji stabilitasnya terhadap faktor fisika dan kimia serta diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible. Data diperoleh dari serapan hasil pengukuran spektrofotometer UV-Visible setiap 1 minggu sekali selama 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pigmen merah angkak cukup stabil untuk dapat digunakan sebagai pewarna makanan selama disimpan dalam suhu dingin tanpa terpapar cahaya dan wadah ditutup rapat.
Angkak produced from fermentated rice with Monascus purpureus. It has been used as one of the food colouring agent and it has to be stable. The aim of this research was to figure out the effect of physical and chemical factors to the stability of angkak as one of the food colouring agent. The aim can be achieved by doing isolation of angkak?s red pigment with column chromatography and then being inspected with physical and chemical factors thus measured by using spectrophotometer UV-Visible. The result was got from spectrum absorbance of the measurement by using spectrophotometer UV-Visible for weekly period within a month. The result shows that the angkak?s red pigment is quite stable and can be used as food colouring agent as long as it is packaged in cold temperature with no light and closed seal.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32923
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Onick Dharma Saputra
Abstrak :
Cupri merupakan mineral esensial yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Namun, mineral dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam tidak dapat terabsorbsi dengan baik dan memiliki bioavailibilitas rendah. Sehingga, dibutuhkan suatu pembawa yang dapat mengikat unsur mineral tersebut, salah satu pembawa yang umumnya dapat digunakan adalah asam amino. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan sintesis kompleks antara unsur mineral dengan asam amino. Setelah itu, dilakukan analisis kadar mineral dalam keadaan terikat dan bebas menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom SSA. Karakteristik kompleks dilakukan dengan pengujian menggunakan Sprktrofotometri Inframerah serta pemisahan mineral bebas dan terikat dilakukan dengan metode Kromatografi Kolom Penukar Ion. Hasil menunjukan bahwa sintesis antar unsur mineral dengan asam amino dapat dilakukan dan kadar mineral terikat untuk kompleks cupri-leusin 0,5:0,8, cupri-leusin 0,5:1, cupri-leusin 0,5:1,2 berturut-turut adalah 273,219 mg/g, 74,625 mg/g, 73,274 mg/g, untuk kompleks cupri-sistin 1:0,9, cupri-sistin 1:1, cupri-sistin 1:1,2 berturut-turut adalah 119,423 mg/g, 157,656 ng/g, 126,747 mg/g. Kadar logam bebas untuk kompleks cupri-leusin 0,5:0,8, cupri-leusin 0,5:1, cupri-leusin 0,5:1,2 berturut-turut adalah 2,631 mg/g, 3,291 mg/g, 1,626 mg/g, untuk kompleks cupri-sistin 1:0,9, cupri-sistin 1:1, cupri-sistin 1:1,2 berturut-turut adalah 3,077 mg/g, 1,860 mg/g, 3,303 mg/g.
Copper is an essential mineral the body needs in small amounts. However, minerals in free form or in the form of salt cannot be absorbed well and have a low bioavailability. Therefore, a carrier that can bind the element of the mineral is needed one of those generally capable carriers is the amino acid. Thus in this research, it was done a complex synthesis between mineral elements with amino acids. Next, the mineral content analyses were held in bound and free conditions using Atomic Absorption Spectrophotometry AAS. The complexes characterization was performed by testing using Infrared Spectrophotometry and the separation of free and bound minerals was done by using Chromatography of Ion Exchanger Column method. The results show that the synthesis between mineral elements with amino acids can be performed, and the bound mineral content to the complexes of copper leucine 0.5:0.8, copper leucine 0,5: 1, copper leucine 0,5:1,2 consecutively are 273.219 mg/g, 74.625 mg/g, and 73.274 m/g. Meanwhile, the bound mineral content for the complexes of copper cystine 1.0.9, copper cystine 1:1, copper cystine 1:1.2 orderly are 119.423 mg/g, 157,656 mg/g, and 126.747 mg/g. The free metal content of the complexes of copper leucine 0.5:0.8, copper leucine 0.5:1, copper leucine 0.5:1.2 consecutively are 2.631 mg g, 3.291 mg/g, and 1.626 mg/g. For the complexes of copper cystine 1:0.9, copper cystine 1:1, copper cystine 1:1.2, the free metal contents orderly are 3.077 mg/g, 1.860 mg g, and 3.303 mg/g.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>