Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vogel, Werner
Leizig: VEB Detscher Verlag , 1965
548.5 VOG s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hanindito Haidar Satrio
Abstrak :
Fokus pada penelitian ini adalah mensimulasikan perilaku kristalisasi polipropilena kopolimer impak (IPC) setelah penambahan serat ijuk dan kenaf yang telah dimodifikasi sebanyak 5% fraksi massa. Alkalinisasi dan pemutihan dilakukan untuk memodifikasi serat. Tujuan dari proses tersebut adalah menghilangkan komponen hidrofilik pada serat. Peristiwa kristalisasi dapat dimodelkan secara non-isotermal dengan model kinetika Nakamura. Model tersebut merupakan pengembangan dari model isotermal Avrami. Penambahan serat kenaf dapat menurunkan nilai indeks Avrami (n) sampel IPC mendekati n = 2. Nilai indeks Avrami n = 2 mengindikasikan bahwa sampel mengalami kristalisasi dengan pertumbuhan secara 1-dimensi searah dengan arah serat sehingga menghasilkan anisotropi pada produk akhir. Sedangkan penambahan serat kenaf justru menaikkan nilai indeks Avrami mendekati n = 4. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kristalisasi pada sampel terjadi dengan pertumbuhan secara 3-dimensi dan menghasilkan isotropi pada produk akhir. Morfologi serat menyebabkan perbedaan tersebut. Perlakuan alkalinisasi dapat mengubah morfologi serat sehingga dapat mempengaruhi perilaku kristalisasi dari polipropilena kopolimer impak. ...... The focus of this research is to simulate the crystallization behavior of impact polypropylene copolymer (IPC) after the addition of modified fibers and kenaf fibers by 5% mass fraction. Alkalinization and bleaching are carried out to modify the fiber. The aim of the process is to remove the hydrophilic component in the fiber. The crystallization event can be modeled non-isothermal with the Nakamura kinetics model. The model is a development of the Avrami isothermal model. The addition of kenaf fibers can reduce the value of the Avrami index (n) IPC samples close to n = 2. The value of the Avrami index n = 2 indicates that the sample crystallizes with growth in 1-dimensional direction in the direction of the fiber so as to produce anisotropy in the final product. While the addition of kenaf fibers actually increases the value of the Avrami index to close to n = 4. The value indicates that crystallization in the sample occurs with 3-dimensional growth and produces isotropy in the final product. Fiber morphology causes this difference. The alkalinization treatment can change the morphology of the fiber so that it can influence the crystallization behavior of the impact copolymer polypropylene.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Priadi
Abstrak :
ABSTRAK
Laporan ini merupakan hasil penelitian proses pembuatan lembaran aluminium 2024 dengan cara canal yang dilanjutkan dengan proses perlakuan panas.. Tujuan penelitian ini adalah dalam usaha penguasaan teknalogi canai dan pengaruh parameter proses (temperatur, persen reduksi, peluasan dan lain-lain) serta perlakuan panasnya terhadap perubahan struktur mikro, sifat fisik dan sifat mekanik paduan aluminum 2024l.

Penelitian dimulai dari pembuatan bahan baku paduan aluminium 2024 selanjutnya dihomogenisasi pada temperatur 490 °C selama waktu 10 jam agar dihasilkan paduan yang bebas dari segregasi mikro dan inklusi serta distribusi presipitat yang tersebar merata dalam matriks a, sehingga hasil canali panas yang dilanjutkan dengan canai dingin mempunycri kualitas baik: Bakal baku paduan aluminium 2024 hash homogenise si tersebut dideformasi dengan menggunakan proses canai panas pada t emperatur 350 °C dan 400 °C dengan persen reduksi masing-masing 30 % den 50 %. Kemudian hasil canal panas tersebut dideformasi lebih lanjut dengan menggurnakan proses canai dingin dengan persen reduksi sebesar 50%.

Dari penelitian didapat bahwa setelah proses canai panas terjadi proses rekristalisasi butir, dimana nilai kekerasan menjadi relatif sama (homogen) pada seluruh permukaan material. Proses canai panas yang dilakukan mengakibatkan terjadinya peningkatan kekerasan paduan Aluminium 2024 dari 62 HB menjadi 88 HB dan 91 HB (kondisi; temp. 350 °C, reduksi 30 % dan 50 %) serfta menjadi 80 HB dan 89 HB (kondisi: temp. 400 °C, reduksi 30 % dan 50 %). Dam struktur mikro terlihat bahwa butir berubah menjadi pipih . Temperatur canai panas yang optimal terletak pada 350 °C, karena pada kondisi tersebut terdapat peningkatan nilai kekerasan yang lebih linggi dari canai pada temperatur 400 °C . Proses canal dingin dengan reduksi 50 % terhadap material hasil canai panas, akan menaikkan kekerasan sebesar 30 %. Mampu canal dingin paduan A1--2024 tidak lebih dari 60 % (maksimal reduksi kumulalif), karena reduksi yang lebih tinggi akan menyebabkan plat aluminium 2024 hasil canai panas menjadi retak dan pecah. Dari struktur mikro terlihat bahwa selelah canal dingin butir kristal menjadi sangal pipih dan memanjang sehingga kekerasan aluminium 2024 meningkat. Proses perlakuan panas dengan cara solution treatment, T4 pada temperatur 495 °C selama 50 menit dan dicelup dingin (quench) sampai mencapai temperatur ruang mengakibatkan menurunnya kekerasan tetapi meningkaikan kekuatan tarik aluminium 2024 dari kondisi sebelum dilakukan proses perlakuan panas hal ini disebabkan presipitat CuA12 telah tersebar merata dalam matrik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Haerul Thamrin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan dan karakterisasi paduan Sn-Zn dengan menggunakan XRF, XRD dan DSC. Karaktersisasi untuk mengetahui struktur, Kristalisasi dan Sifat Termal Paduan Sn?Zn. Penelitian dengan mengunakan alat uji DSC bekerja pada suhu 31° C hingga 400 °C dan laju 10°C/menit. Paduan Sn? Zn pada penelitian ini berasal dari unsur-unsur murninya yang dilebur secara bersamaan pada suhu sekitar 600°C selama 10 sampai 15 menit. Persen berat (wt % ) Zn dibanding Sn yang digunakan adalah 6 %. 40% dan 41%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan wt % Zn, mempengaruhi Struktur , sifat termal Paduan Sn-Zn dan juga cenderung menghambat kristalisasi Sn. ......In this research, manufacture and characterization of Sn-Zn alloys using XRF, XRD, DSC and SEM. Characterization for to know microstructure, heat capacity Cp as a function of temperature (T) of Sn-Zn solder material. Research tools DSC test worked at temperature 31°C to 400°C and the rate of 5°C / min. Sn-Zn solder material in this study originated from the pure elements are melted together at a temperature of about 700°C for 10 to 15 minutes. Zn than the weight percent of Sn used was 6%, 30%, 40% and 41%.. The results showed that the addition of weight percent Zn, influence to microstructure of sample Sn-Zn and Sn tends to inhibit the growth of crystals.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29883
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Fatimah Atmadiputri
Abstrak :
Optimasi sintesis ZSM-5 pada beberapa variabel operasi serta pengkajian sintesis ZSM-5 secara mikroskopik terutama pada pembentukan gel aluminosilika, proses nukleasi hingga pertumbuhan kristal yang melibatkan berbagai reaksi telah dilakukan. Sintesis dilakukan dengan metode hidrotermal pada suhu 180°C dan tekanan autogenous menggunakan template organik etilendiamin (EDA). Kondisi optimum sintesis ZSM-5 didapatkan dengan memvariasikan rasio mol SiO2/Al2O3 dan gel aging menggunakan acuan waktu kristalisasi berdasarkan studi periode induksi dan pertumbuhan kristal ZSM-5 yang dilakukan. Karakterisasi sampel menggunakan X-ray Diffraction dengan radiasi logam Cu-K?. Berdasarkan hasil sintesis yang diperoleh, kondisi optimum yang dapat dicapai adalah rasio mol SiO2/Al2O3 = 100 dan gel aging selama 5 hari dengan kristalisasi selama 48 jam. Dengan kondisi ini terbentuk kristal ZSM-5 dengan persentase kristalinitas sebesar 84%. ......Optimation of ZSM-5 synthesis condition and investigated the synthesis of ZSM-5 in microscopic primarily on aluminosilika gel formation, nucleation to crystal growth process that involves many reactions have been done. Synthesis is carried out by hydrothermal method at temperature of 180°C and autogenous pressure using an organic template ethylenediamine (EDA). Optimum condition achieved by making variation of SiO2/Al2O3 mole ratio and gel aging using crystallization time based on induction and ZSM-5 crystal growth period study. Characterization of samples using X-ray Diffraction with Cu-K? radiation. Based on synthesis results obtained, optimum conditions can be achieved is SiO2/Al2O3 mole ratio = 100 and the gel aging for five days with crystallization time of 48 hour. With this condition ZSM-5 crystals formed on the percentage of 84% crystallinity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51674
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vetri Nurliyanti
Abstrak :
Kebutuhan sel surya ekonomis telah memicu perkembangan teknologi sel surya lapisan tipis dari bahan baku yang murah, berlimpah dan ramah lingkungan, salah satunya adalah sel surya Cu2ZnSnS4 (CZTS). Namun sebagai senyawa semikonduktor kuartener, pembentukan fasa tunggal CZTS cukup sulit karena melibatkan banyak elemen yang cenderung membentuk fasa-fasa yang dapat menurunkan kualitas dari sel surya CZTS. Tantangan ini memberi peluang bagi pengembangan material sel surya alternatif berbasis senyawa semikonduktor biner/tersier seperti Cu2SnS3 (CTS). Telah dilakukan sintesis serbuk senyawa CTS dalam reaksi fasa padat menggunakan bahan baku serbuk elemen Cu, Sn, dan S dengan variasi komposisi prekursor (S-rich, Sn-rich dan Cu-poor). Proses sintesis diawali dengan pencampuran serbuk Cu, Sn dan S menggunakan mortar-pestle dan rotary mixing selama 3 jam lalu dianil pada temperatur 200-600 0C dengan waktu tahan 1 jam. Mekanisme kristalisasi fasa CTS dianalisis menggunakan DTA-TGA dan XRD. Hasil analisis kualitatif dengan XRD menunjukkan bahwa metode sintesis ini belum menghasilkan fasa murni CTS. Fasa CTS mulai terbentuk pada temperatur > 340 0C melalui reaksi antar fasa-fasa biner Cu2-xS, SnS dan elemen S. Kemurnian dan kristalinitas fasa CTS paling optimal dihasilkan oleh sampel Cu-poor dengan temperatur anil optimal adalah antara 340-420°C dan 507-600°C. Hasil uji morfologi dengan SEM menunjukkan serbuk CTS polikristalin teraglomerasi dengan bentuk dan ukuran serbuk yang tidak homogen. Besar energi celah pita rata-rata yang diuji dengan Diffuse Reflectance Spectroscopy UV-VIS adalah sekitar 1,67 eV. ......The need for economical solar cells has stimulated the development of thin film solar cell (TFSC) technology using inexpensive, earth-abundant and non-toxic photovoltaic (PV) materials, like Cu2ZnSnS4 (CZTS). However, as a quaternary semiconductor compound, the growth and the formation of a single phase CZTS is difficult because of the formation of secondary phases which will alterits PV properties. Hence, it was thought to explore the ternary semiconductor compound like CTS as an alternative PV material. CTS compound powder has been synthesized by solid state reaction using elemental powders Cu, Sn and S.. The effect of Sulfur (S) and Tin (Sn) content in precursor on the purity and crystallinity of CTS material has been investigated. The experiment begins by mixing powders of Cu, Sn and S using mortar-pestle and rotary mixing for 3 hours and then annealed at a temperature of 200-600 0C with a hold time of 1 hour. The CTS reaction chemistry was also analyzed based on the DTA-TGA and XRD results. Qualitative analysis by XRD showed that this synthesis method is not yet produce pure phase CTS. The crystallization of CTS began at 340 0C through the reaction between Cu2-xS, SnS and S. Best quality of CTS produced by the addition of 10% S + 10% Sn in the precursors (Cu-poor) and optimal annealing temperature is between 340-420°C and 507-600°C. Morphology of powder as revealed by SEM shows the polycrystalline powder to be agglomerated with inhomogeneous shape and size. The band gap of CTS powder is found to be 1.67 eV from diffuse reflectance spectroscopy
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiansyah Marillio Pane
Abstrak :
Zeolit merupakan material aluminosilikat kristalin yang memiliki berbagai jenis struktur unik yang umumnya terdiri dari senyawa utama SiO2 dan Al2O3. Zeolite Socony Mobil-5 (ZSM-5) merupakan salah satu jenis zeolit dengan struktur MFI yang banyak digunakan sebagai katalis di dunia industri. Telah dilakukan literature review tentang pengaruh berbagai parameter dalam sintesis ZSM-5 terhadap kristalinitas produk ZSM-5 yang dihasilkan. Beberapa parameter sintesis yang dipelajari dalam penelitian ini diantaranya adalah pengaruh waktu kristalisasi, pengaruh rasio molar H2O/SiO2, dan pengaruh rasio molar SiO2/Al2O3. Waktu kristalisasi berpengaruh terhadap pertumbuhan kristal ZSM-5. Rasio molar H2O/SiO2 mempengaruhi kelarutan dan tingkat kebasaan larutan prekursor. Rasio molar SiO2/Al2O3 mempengaruhi fasa produk akhir yang terbentuk. Ketiga parameter sintesis ini sangat menentukan kristalinitas ZSM-5 yang dihasilkan. Formulasi dilakukan dari hasil literature review yang telah dilakukan untuk menentukan parameter-parameter terbaik dalam sintesis ZSM-5 dengan bahan dasar kaolin yang berasal dari Badau, Belitung, Indonesia. Berdasarkan hasil evaluasi, parameter terbaik untuk sintesis tersebut yaitu dengan aging selama 4 jam pada temperatur 80 0C, kristalisasi selama 24 jam pada temperatur 180 0C, rasio molar 0,1Na2O: 1SiO2: 0,025Al2O3: 10H2O, dan penggunaan ZSM-5 seed sebagai Surface Directing Agent (SDA). ......Zeolite is crystalline aluminosilicate material which has many kinds of unique structures, generally with SiO2 and Al2O3 as the main compounds. Zeolite Socony Mobil-5 (ZSM-5) is one species of zeolite which has MFI structure and used widely as catalyst in industry. Literature review about the effects of ZSM-5 synthesis parameters on crystallinity of ZSM-5 product has been conducted. Several parameters being studied on this research are the effects of crystallization temperatures, H2O/SiO2 molar ratio, and SiO2/Al2O3 molar ratio. Crystallization time affected the crystal growth of ZSM-5. Molar ratio of H2O/SiO2 affected the solubility and alkalinity of the precursor solutions. Molar ratio of SiO2/Al2O3 affected the phases of the final product. These three synthesis parameters have a really important role on the crystallinity of ZSM-5 synthesized. Formulation is conducted from the results of the literature review to decide the best parameters on ZSM-5 synthesis from kaolin Badau Belitung, Indonesia. From evaluated results, the best parameters for synthesis processes are aging time 4 hours at 80 0C, crystallization time 24 hours at 180 0C, molar ratio of 0,1Na2O: 1SiO2: 0,025Al2O3: 10H2O, and the usage of ZSM-5 seed as Surface Directing Agent (SDA).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Shaffa Rizky Chandra
Abstrak :
Kurkumin, polifenol hidrofobik yang diekstrak dari rimpang suku temu-temuan telah terbukti dalam banyak studi farmakologi memiliki potensi terapeutik yang beragam, termasuk sifat anti-inflamasi, antioksidan, antikanker, dan antivirus. Oleh karena itu, kurkumin berpotensi untuk dijadikan bahan baku obat herbal. Metode ekstraksi kurkumin yang saat ini paling sering digunakan adalah sokletasi karena menghasilkan yield yang tinggi. Akan tetapi, metode ini memerlukan waktu ekstrak yang lama, penggunaan pelarut organik dalam jumlah banyak, dan melibatkan proses pemanasan yang dapat merusak fitokimia. Ultrasound-assisted extraction (UAE) merupakan salah satu metode alternatif yang dapat dipilih karena metode ini mampu meningkatkan permeabilitas sel sehingga ekstraksi dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat dalam suhu ruang. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi metode UAE dengan menggunakan natural deep eutectic solvents (NADES) berbasis kolin klorida dan asam laktat sebagai pelarut ramah lingkungan dan memiliki biokompabilitas yang lebih baik dibanding pelarut organik. Pengaruh parameter ekstraksi seperti kandungan air dalam pelarut, % (b/v) solid loading, suhu, dan waktu ekstraksi akan diuji. Yield tertinggi yang diperoleh dari ekstraksi kunyit adalah 79,635 mg/g dengan kondisi 20% kandungan air dalam pelarut, 4% solid loading, suhu ekstraksi 350C, dan waktu ekstraksi 60 menit. Kinetika dari optimasi UAE ini kemudian dijelaskan dengan model Peleg dan transfer massa di mana hasilnya sudah kompatibel dengan data eksperimen. Kondisi optimum yang diperoleh dari ekstraksi kunyit selanjutnya digunakan untuk ekstraksi temu mangga dan temu ireng yang memperoleh yield berturut-turut sebesar 31,322 mg/g dan 19,730 mg/g. Berdasarkan yield yang diperoleh, penggunaan pelarut, suhu, dan waktu ekstraksi, metode UAE hasil optimasi dapat dipilih menjadi alternatif metode sokletasi. Selanjutnya, heksana sebagai antipelarut digunakan dalam separasi kurkuminoid dari oleoresin pada kunyit, temu mangga, dan temu ireng yang memberikan recovery kurkuminoid berturut-turut sebesar 39%, 27%, 7%. Solidifikasi kurkuminoid juga dilakukan dengan metode kristalisasi menggunakan pelarut n-heksana dan isopropil alkohol. Akan tetapi, kurkuminoid tidak bisa disolidifikasi dikarenakan masih adanya NADES dalam larutan ekstrak......Curcumin, a hydrophobic polyphenol derived from the plant of ginger family (Zingiberaceae) has been shown in many pharmacological studies to have diverse therapeutic potential, including anti-inflammatory, antioxidant, anticancer, and antiviral properties. Therefore, curcumin has the potential to be used as a raw material for herbal medicines. The most frequently used method to extract curcumin is Soxhlet since it gives high yields. However, this method requires a long extraction time, the use of large amounts of organic solvents, and involves a heating process that can damage the phytochemicals. Ultrasound-assisted extraction (UAE) is an alternative method that can be chosen because this method causes an increase in cell membrane permeability so that extraction can be carried out in a shorter time at room temperature. This study aims to optimize the UAE method, which is a modern extraction method using natural deep eutectic solvents (NADES) based on choline chloride and lactic acid as environmentally friendly solvents and have better biocompatibility than organic solvents. The impact of various process parameters such as solvent water content, % (w/v) solid loading, temperature, and extraction time were investigated. The maximum curcuminoid yields of 79.635 mg/g was achieved based on extraction in 20% water content NADES with 4% solid loading in 350C temperature for 1 hour. Peleg’s model and mass transfer model was used to describes the kinetics of the optimized UAE method, and the results were found to be compatible with experimental data. The optimum conditions obtained from turmeric extraction were then used for the extraction of mango ginger and black turmeric which gives yields of 31.322 mg/g and 19.730 mg/g, respectively. Based on the yield obtained, the use of solvents, temperature, and extraction time, the optimized UAE method can be chosen as an alternative Soxhlet method. Furthermore, hexane as an anti-solvent was utilized in the separation process of curcuminoids from oleoresin in turmeric, mango ginger, and black turmeric which gave curcuminoid recovery of 39%, 27%, 7%, respectively. Solidification of curcuminoids was also carried out by crystallization method using n-hexane and isopropyl alcohol as solvent. However, curcuminoids could not be solidified due to the presence of NADES in the extract solution.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Joshua Y. B.
Abstrak :
Fenomena kristalisasi dari material polipropilena kopolimer impak IPC dimodelkan secara non-isotermal dengan model kinetika Nakamura yang merupakan perluasan dari model kinetika isotermal Avrami. Teori Hoffman-Lauritzen digunakan di dalam kinetika Nakamura untuk menggambarkan kecepatan kristalisasi rata-rata sebagai fungsi dari temperatur. Beberapa parameter pada persamaan Hoffman-Lauritzen seperti konstanta nukleasi dan pre-exponential factor harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan mengacu pada data differential scanning calorimetry DSC dari IPC murni. Hasil permodelan kemudian dibandingkan dengan data DSC dari hasil eksperimen IPC yang ditambahkan 5, 15, dan 25 serat kenaf dengan temperatur pencampuran 170oC dan waktu pencampuran 15 menit. Serat kenaf yang digunakan diberi perlakuan alkalinisasi dengan larutan NaOH 6 selama 8 jam. Penambahan konsentrasi serat kenaf memicu penurunan indeks Avrami n sampel dari n=3 menuju n=2. Indeks Avrami n=2 menunjukkan bahwa sampel mengalami kristalisasi dengan pertumbuhan secara 1-dimensi. Tetapi, terdapat beberapa perbedaan dari kurva kristalisasi antara hasil simulasi dan data eksperimen yang didapatkan. Perbedaan ini dapat disebabkan karena terjadinya fenomena secondary nucleation dan kurangnya masukan kalor yang diberikan pada saat proses pencampuran IPC dengan serat kenaf.
The non isothermal crystallization phenomenon of impact polypropylene copolymer IPC has been modeled using the Nakamura equation model which is an extension of the Avrami equation. The theory of Hoffman Lauritzen is used inside the Nakamura kinetic model to describe the average crystallization rate as a function of temperature. Some parameters of Hoffman Lauritzen need to be calibrated first by considering the differential scanning calorimetry DSC data of pure IPC. We compared the model predictions with the DSC non isothermal crystallinity results of IPC with additions of 5, 15, and 25 kenaf fiber. The mixing temperature and mixing time in this experiments were 170oC and 15 minutes, respectively. The kenaf fiber was pre treated with 6 NaOH for 8 hours. The addition of kenaf fiber showed a decrease in Avrami index of the sample from n 3 to n 2. Indicating that the crystallization process was experiencing a 1 dimensional growth. However, there were several discrepancies between the model predictions and experimental results. The phenomenon of secondary nucleation and the lack of heat input in IPC mixing process with the kenaf fiber could cause these differences.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library