Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nita Handayani Hasan
"Maraknya penggunaan bahasa asing di media luar ruang menjadikan bahasa Indonesia kian terdesak. Ambon sebagai kota yang berkembang juga tidak luput dengan fenomena tersebut. Dengan menggunakan foto-foto di media luar ruang di Kota Ambon, penelitian ini membahas penggunaan bahasa Indonesia di media luar ruang di Kota Ambon. Tujuan dari penelitian ini mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di media luar ruang, baik dari segi perhitungan keterkendalian, maupun pendeskripsian hasil perhitungan yang ditunjang dengan hasil wawancara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 50 foto media luar ruang di Kota Ambon. Foto-foto tersebut dianalisis instrumen yang dibuat oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Hasil perhitungan tersebut kemudian didukung dengan wawancara mendalam. Hasil perhitungan menunjukkan Kota Ambon berada pada peringkat terkendali III, yang berarti termasuk wilayah/daerah yang penggunaan bahasa asingnya agak terkendali dengan agak mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia, dan pelestarian bahasa daerah sebagai penguatan bahasa nasional agak baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa Indonesia masih dipilih sebagai bahasa di media luar ruang di Kota Ambon. Meskipun demikian, hal tersebut mulai mengalami kemunduran. Munculnya pusat-pusat perbelanjaan yang menggunakan istilah asing menjadikan wajah media luar ruang di Kota Ambon mulai mengalami perubahan. Hal tersebut diperparah dengan kurangnya pengawasan dari pihak pemerintah, dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya penggunaan bahasa Indonesia di media luar ruang."
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2019
400 JIKKT 7:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Handayani Hasan
"Fenomena penggunaan bahasa asing pada ruang publik semakin memprihatinkan. Penggunaan bahasa asing dalam penamaan toko, perumahan, dan hotel seolah-olah memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan kosakata bahasa Indonesia. Adanya anggapan tersebut semakin membuat bahasa Indonesia semakin tersisihkan. Padahal, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Masih banyak nama toko, perumahan, dan hotel yang memiliki nilai jual yang tinggi walaupun menggunakan kosakata bahasa Indonesia. permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kondisi penggunaan bahasa pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon; dan bagaimana penerapan kaidah kebahasaan pada papan nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon. Tujuan diadakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat ketaatan penerapan kaidah bahasa Indonesia oleh pemilik usaha di Kota Ambon. Metode yang digunakan yaitu deskriptif analisis. Peneliti menggunakan sampel nama-nama toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon untuk dianalisis struktur frasanya. Simpulan yang diperoleh yaitu mayoritas penamaan toko, perumahan, dan hotel di Kota Ambon lebih memilih menggunakan kosakata bahasa asing dibandingkan kosakata bahasa Indonesia. Pola frasa yang digunakan pada penamaan toko, perumahan, dan hotel diKota Ambon yaitu M –D. Pola M –D merupakan pola frasa bahasa Inggris."
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2020
400 JIKKT 8:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Margie Civitaria Siahay
"ABSTRAK
Kota Ambon merupakan salah satu kota yang pernah dilanda konflik agama beberapa
tahun yang silam (1999-2004). Meskipun kini telah dinyatakan aman dan kondusif, namun
terlihat bekas konflik masih terasa, terutama di ruang bermukim masyarakat yang sudah terpola
sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing sejak konflik dahulu hingga kini. Hal ini
pada akhirnya turut berdampak pada keberadaan ruang kota (ruang publik) yang semakin
menurun kualitas lingkungannya.
Segregrasi yang terjadi di dalam kawasan bermukim pada akhirnya menurunkan kualitas
ruang kota. Ruang kota yang dapat menjadi ruang publik yang digunakan oleh masyarakat
sebagai bagian dari publik pun tidak tercapai dengan baik. Desain dihadirkan sebagai mediator di
antara kedua pihak yang terpisah dalam pola bermukim ini. Perancangan dengan menggunakan
konsep Shared Space diharapkan akan dapat mengembalikan harmoni ruang kota dengan
menghadirkan desain ruang yang menjadi mediasi atau jembatan dengan tujuan untuk menjadi
pemersatu keragaman etnis dan agama di dalam ruang publik di kota Ambon. Konsep shared
space akan menampilkan kembali integritas dan keseimbangan serta ‘sense of place’ dalam
kawasan pusat kota terkususnya ruang publik, dan mengembalikan identitas Ambon pasca
konflik agar menjadi ruang ruang kebersamaan antar komunitas dengan culture oriented dan
berlandaskan kearifan lokal ikatan persaudaraan Pela-Gandong.

ABSTRACT
Ambon city is one of the city that has been hit by religious conflict many years ago
(1999-2004). Although it has now been declared safe and conducive, but it appears that the
conflict is still felt, especially in communities living space (residences) that has been patterned
in accordance with their religious beliefs since the conflict a few years ago until now. Therefore,
it affects the existence of the urban space (public space), this causes a decreased quality of the
city environment.
Segregation that occurred in the area of residences in the end make the quality of urban
space has decreased significantly. Urban space should be a public space that is used by the
community as part of the public was not achieved well. In this thesis, the design presented as a
mediator between the two parties separated in this living space. Design by using the concept of
Shared Space is expected to be able to restore the harmony of urban space which can be a
mediation or a bridge with the aim to unite ethnic and religious diversity in the public space in
the city of Ambon. The concept of Shared Space will bring back integrity and balance as well as
the 'sense of place' in the downtown area especially public space, and returns the identity of the
city of Ambon in the post-conflict period, in order to become a space of togetherness among
communities with culture-oriented and based on local wisdom, which is the bond of Pela-
Gandong."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43456
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library