Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yurita Amarya S
Abstrak :
Kosmetik yang digumakan harus aman, bermutu dan bermanfaat, untuk itu kosmetik hams dibuat sesuai dengan aspek CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik). Industri kosmetik banyak terdapat di Jakarta, namun belum semua menerapkan CPKH. Disinilah diharapkan peran Badan POM untuk meningkatkan kcpatuhan industri kosmetik dalam penerapan CPKB. Penelitian ini menggunakan metode kualitatifl Sumber data berasal dari sumber data primer yaitu hasil wawancara mendalam dengan pejabat di Badan POM, Balai Besar POM dan penanggungjawab produksi pada industri kosmetik. Sumber data sekunder yaitu buku literatur, peraturan perundang-1mdangan,_lapomn, dan arsip, intemct. Setelah data dipercleh lalu dilakukan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa pengawasam Badan POM terhadap kepatuhan penerapan CPKB, tidak lepas dengan kebijakan lintas sektor. Sedangkan rendahnya kepatuhan pencrapan CPKB industri kosmetik dapat ditingkatkan dengan pembinaan tidak hanya tentang CPKB tapi perlu juga tcntang bagaimana pengembangan usahanya. ......The use of cosmetic must be safe, qualified and have bene5ts, for that the cosmetics must be manufactured in accordance with the CPKB (Good Manufacturing Procedure of Cosmetic). There are many cosmetics industries in Jakarta, but not all of them apply the CPKB. In this regard interference of The National Agency of Drug and Food Control (NADFC) is expected to increase compliance of cosmetics industrie in applying the CPKB. The research used the qualitative method. 'l'he source of data obtaind from the primer data as the result of performed in interviewing the The National Agency of Drug and Food Control (NADFC) oiiicial, Provincial NADFC and cosmetics production Manager. Source for the secondary data as liturature, regulation of the constitution, report and file, internet. After obtaining data’s followed by performing the qualitative analysis. Based on examination result and the completion of the data’s analys is therefor con eluded that The National Agency of Drug and Food Control (NADFC) supervision regarding the compliance in applying the CPKB is related with the other institution concem. Where as decreasing in compliance to apply CPKB in cosmetics industries can be increased by development not only about the CPKB but also needed how to develop their business.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T34359
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Dwiyanti
Abstrak :
Penelitian mengenai budaya konsumen dan permasalahan jati diri kaum perempuan Jepang dalam masyarakat kontemporer, dengan latar belakang gejala maraknya pemanfaatan praktek bedah kosmetik. Penelitian difokuskan kepada kaum perempuan (tanpa pembedaan usia) yang tinggal di perkotaan di Jepang, dengan latar belakang kurun waktu tahun 1990-an hingga tahun 2003. Konsep dan teori dalam penelitian ini mengacu pada paham posmodern. Tujuannya untuk melihat latar belakang maraknya bisnis bedah kosmetik dilihat dari konsep budaya konsumen serta hubungannya dengan pandangan mengenai jati diri yang berlaku dalam masyarakat di kota-kota besar di Jepang dan pengaruhnya terhadap kaum perempuan.Penelitian dilakukan dengan metode kepustakaan. Data empiris yang digunakan berupa artikel-artikel dan ikian-iklan dari majalah Jepang tahun 2000-2003 mengenai bisnis bedah kosmetik. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa maraknya bisnis bedah kosmetik terbukti didukung oleh budaya konsumen, melalui sikap konsumsi perempuan Jepang di perkotaan yang memiliki kebebasan dalam memilih produk, memiliki gaya hidup konsumtif, dan memiliki kekuatan mikro ekonomi. Faktor pendukung yang lain adalah komodifikasi bedah kosmetik yang dengan gencar menjadikan bedah kosmetik sebagai suatu komoditas yang begitu mudah dijangkau dan dapat diperoleh dengan biaya relatif terjangkau. Pandangan masyarakat kontemporer Jepang mengenai pentingnya penampilan menyebabkan adanya segmentasi kelompok sosial berdasarkan penampilan fisik. Akibatnya muncul hasrat dari sebagian kaum wanita Jepang yang merasa kurang dalam penampilan fisiknya untuk mengubah bentuk tubuh mereka melalui bedah kosmetik, agar mereka dapat memperoleh kepercayaan diri untuk memasuki kelompok sosial yang mereka inginkan. Berdasarkan konsep jati diri dan presentasi tubuh dalam posmodernisme, cara mengkonsumsi bedah kosmetik dengan tujuan memenuhi kepuasan batin dan mendapatkan kedudukan sosial yang mereka inginkan merupakan suatu ekspresi diri menuju proses penemuan jati diri. Dengan dimulai dengan memperbaiki bentuk tubuh, harapan yang ada adalah bahwa hal itu juga dapat memperbaiki pandangan akan karakter mereka.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindawati Kurniawan
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini menggambarkan bagaimana pengenaan, perhatian, dan interpretasi khalayak terhadap iklan kosmetik Avon, sehingga dapat terbentuk suatu pengetahuan. Gambaran tersebut diperoleh dengan melakukan studi kuantitatif terhadap 100 mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, angkatan 1988. Melalui kerangka pemikiran yang didasarkan atas teoriteori mengenai efek komunikasi, pengetahuan mahasiswi ini dilihat dari unsur pengenaan, perhatian, dan interpretasi terhadap iklan tersebut. penelitian, diketahui bahwa secara umum pengenaan media pada responden relatif tinggi, yang ternyata diikuti pula dengan pengenaan iklannya, dimana sebagian besar responden menaruh perhatian pada iklan-iklan yang di majalah Femina dan Kartini. Dari hasil juga ada Secara khusus, iklan-iklan kosmetik baik iklan Avon ataupun iklan kosmetik lainnya ternyata mampu menarik perhatian responden. Adanya perhatian responden terhadap iklan Avon antara lain dikarenakan tingginya frekuensi penampilan iklan sehingga frekuensi untuk melihat iklan pun semakin besar. Interpretasi responden terhadap iklan Avon tersebut, relatif sesuai dengan apa yang diinginkan pengik1an. Pengenaan, perhatian, dan interpretasi terhadap iklan kosmetik Avon ini, memberi pengetahuan yang cukup baik. Responden dapat mengingat unsur ilustrasi dengan baik , namun untuk unsur copy, sebagian besar responden hanya mampu mengingat headline iklan. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa ternyata responden yang menggunakan produk kosmetik, cenderung memiliki pengetahuan yang relatif lebih baik dibanding yang tidak menggunakan.
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S9260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjarif M. Wasitaatmadja
Jakarta: UI-Press, 1997
613.488 SJA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sijabat, Eunike Natalia Marsaulina
Abstrak :
ABSTRAK Jumlah penjualan kosmetik di Indonesia terus bertambah tiap tahunnya. Sejak tahun 2009 tercatat penjualan kosmetik telah mencapai Rp 7,56 triliun dan naik menjadi Rp 11,2 triliun pada tahun 2013. Dapat terlihat peningkatan yang signifikan dalam penjualan kosmetik di Indonesia, yang disebabkan oleh budaya kecantikan telah meningkat dan melekat di kehidupan wanita Indonesia. Hal ini memicu adanya persaingan yang ketat di antara pemain di industri kecantikan yang ada di Indonesia. Sebanyak 760 perusahaan kosmetik tersebar di seluruh pelosok Indonesia, dan pada tahun 2015 omzetnya diperkirakan mencapai Rp 20 triliun dengan nilai ekspor sebesar Rp 16 triliun. Namun industri kosmetik di Indonesia ternyata tidak dikuasai oleh merek-merek lokal. Dikatakan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur (BIM) Kemenperin Indonesia bahwa, kosmetik impor membanjiri Indonesia. Jika diakumulasikan, persentasenya mencapai 55%, dan sisanya yaitu 45% merupakan kosmetik lokal. Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk menganalisa apa saja faktor yang mempengaruhi brand loyalty dalam perilaku pembelian kosmetik di Indonesia. Terdapat enam faktor yang mempengaruhi brand loyalty, yaitu brand name, cosmetic design, cosmetic quality, cosmetic price, promotion, dan service quality. Kuesioner disebarkan pada 505 pengguna kosmetik yang tersebar di wilayah Indonesia. Penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif serta analisis regresi berganda dengan SPSS 17.0. Penemuan penelitian ini adalah bahwa brand name, cosmetic quality, cosmetic price, dan service quality mempengaruhi brand loyalty secara signifikan.
ABSTRACT Number of cosmetic products sale increases each year. Since 2009, cosmetic product sales recorded to be 7.59 billion rupiahs followed by increase in 2013 to be 11,2 billion rupiahs. We can see a significant change of sales number here caused by this new culture of beauty that has been a major topic here in Indonesia. This legit increase in this industry has led a tight competition in the market. There are currently 760 beauty products companies in Indonesia and the sum of revenue was about 20 billion rupiahs and worth of export products to be 16 billion rupiahs. Director of BIM (Basis industri Manufaktur) said that Cosmetic products industry is not controlled by local products but mostly by import products. The numbers are 55% of industry belongs to import products and the rest of 45% belongs to local products. The main purpose of this writing is to analyze the factors that contribute in customer?s loyalty of cosmetic products in Indonesia. There are six factors identified, as factors of brand loyalty, there are brand name, cosmetic design, cosmetic quality, cosmetic price, promotion, and service quality. To get a valid information, I conducted 505 questionnaire spread out throughout all of Indonesia as a source of information of this writing. This research is using descriptive method, with multiple analysis using SPSS 17.0 program. The result of this research is that brand name, cosmetic quality, cosmetic price, and service quality affect brand loyalty significantly.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harjanti
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai salah satu merek yang dipasarkan oleh perusahaan kosmetika PT Bunga, Kosmetika Lily menunjukkan kinerja yang terus menurunn, bahkan sudah mulai merugi.

Untuk mengatasinya, strategi pemasaran yang disarankan adalah berdasarkan strategi pemasaran terpadu, yang dimulai dengan identifikasí kesempatan pemasaran yang dipunyai kosmetika Lily, melalui serangkaian analisis terhadap sumber daya perusahaan, pesaing, pasar, dan pelanggan. Kemudian hal itu dikembangkan secara sinergis menjadi serangkaian strategi yang membentuk suatu sistem pemasaran yang berkesinambungan.

Berdasarkan identifikasi kesempatan pemasaran, diketahui bahwa kosmetika Lily masih mempunyal kesempatan untuk lebih berkembang lagi, sekalipun persaingan cukup ketat dan perkembangan permintaan terhadap kosmetika di Indonesia hanya 4,16%, bahkan untuk sediaan yang dijual kosmetika Lily ha.mpir tídak berkembang.

Untuk itu, sesuai dengan struktur industrinya yang cenderung bersifat persaingan monopolistik, kosmetika Lily mesti menggunakan kunci sukses pemasaran kosmetika, yaitu diferensiasi dengan positioning jelas dan tepat serta promosi atau komunikasi tentang positioning yang dipilih dengan jitu dan agresif

Strategi pengembangan produk merupakan langkah pertama yang mutlak dilakukan oleh kosmetika Lily, termasuk repositioning produk, terutama mengingat bahwa produk-produknya bersifat me too.

Adapun repositioning kosmetika Lily harus bersifat unik dan menunjukkan diferensiasi yang jelas ketimbang para pesaingnya. Sedangkan diferensiasi yang dipilih adalah diferensiasi produk. Dalam hal ini disarankan agar kosmetika Lily mengambil ceruk pasar kosmetika modern yang masih kosong, yaitu segmen kosmetika antialergi, sehingga positioning baru kosmetika Lily adalah kosmetika yang aman bagi setiap jenis kulit. Di samping itu, Iangkah tersebut juga untuk menghindarkan pertarungan langsung dengan para pesaing utama, mengingat perbedaan posisi dan pangsa pasar yang sangat jauh.

Langkah kunci sukses berikutnya adalah promosi yang agresif dan terpadu antara above dan below the line, yaitu berupa pemasangan iklan di televisi dan consumer beauty class & demo, publikasi melalui para pakar (dokter kulit), untuk mengkomunikasikan diferensiasi tersebut di atas.

Melihat posisi harga dan kekuatan distributor kosmetika Lily, maka untuk strategi pertumbuhan intensif selanjutnya diarahkan kepada penjualan massal (tidak eksklusif di counter BA saja seperti sekarang), yaitu berupa penetrasi pasar ke toko toko kosmetika dan kelontong. Langkah ini kemudian dilanjutkan dengan perluasan pasar ke manca negara, dengan mulai melakukan langkah-langkah berorientasi ekspor.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ningky Sasanti Tjahyati Susatyo-Munir
Abstrak :
ABSTRACT
Inspired by the fast development of knowledge-based competitiveness theories, in the beginning of 2000, Christine Soo and Timothy Devinney of Australian Graduate School of Management, University of New South Wales in Australia worked together with David Midgley of a leading business school INSEAD in Fontainebleau, France to conduct an exploratory study to identify variables that affect knowledge creation process in a company. The study identified there are 11 significant variables that play significant roles in the knowledge creation process of a company. The said eleven variables are: (1) formal collaboration activity, (2) formal interaction activity, (3) information acquisition activity, (4) knowledge acquisition activity, (5) creativity in problem solving and decision making activity, (6) completeness in problem solving and decision making activity, (7) consensus in problem solving and decision making activity, (8) new knowledge creation, (9) innovation, (10) individual absorption, and (11) organizational absorption.

With the use of the said eleven variables, a study is conducted in 43 fully-fledged companies that develop, produce and sell their proprietary - not licensed - cosmetics. The objective of this study is to identify, analyze and elucidate the structure of knowledge creation model in national private, large scale cosmetics companies in Indonesia.

Some statistical techniques were used to analyze data with the help of LISREL (Linear Structural Relation) software of 8.53 versions. Different from the research conducted by Soo, Midgley and Devinney (2000, 2002), Structural Equation Modeling (SEM) instead of Partial Least Square (PLS) was used to investigate into the model presented in this research.

The research revealed that the structure of knowledge creation model of large-scale national private cosmetics companies in Indonesia is not identical to the structure of knowledge creation model developed by Soo, Midgley and Devinney (2000). The differences in the model are attributable to five factors, all of which resulting from the differences in data source, data gathering method and analysis tool.
2004
D578
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiyani
Abstrak :
ABSTRAK
Pada metode peramalan iritasi terhadap kulit dan mata dari suatu zat ataupm produk jadi,seperti kosmetika, yang telah ada, masih dijumpai beberapa kelemahan seperti tidak adanya zat pembanding untuk peinbacaan reaksi, lamanya waktu yang dipenlukan serta membutuhkan bahan dan peralatan yang tidak sedikit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode peramalan iritasi yang lebih sederhana dapat dilakukan pada kelinci jantan strain New Zealand, dengan menggunakan pembanding larutan Resorsinol (60 mg/0,l cc untu.k kulit.dan:6 mg/O,1 cc untuk mata),. dengan waktu kontak selama 4 jam, waktu pengarnatan 24 jam (untuk kulit) dan 1 jam (untuk mata).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meryanti
Abstrak :
Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang sering dijumpai dalam produk kosmetik. Vitamin ini tidak hanya berfungsi sebagai pelembab alami tetapi juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan, anti radang dan melindungi kulit dan kerusakan yang diakibatkan oleh sinar ultra violet. Sabun sebagai salah satu kosmetik pembersih juga menggunakan vitamin E yang berperan sebagai pelembab alami dan antioksidan. Penelitian jul bertujuan untuk mencari metode analisis vitamin E secara kromatografi gas dengan menggunakan kolom baja tahan karat yang berisi OV-17 3% dalam Kromosorb WHIP 80/100 mesh, dengan panjang kolom 1 m, diameter 3,2 mm, detektor ionisasi nyala dan gas N 2 sebagai pembawa. Penyiapan sampel dilakukan dengan cara penyarian menggunakan heksan. Hasil optimum metode kromatografi gas dicapai pada temperatur kolom 230°C, temperatur ruang suntik 300°C dan temperatur detektor 300°C. Atenuasi rekorder 2, sensitivitas detektor 102 dan tekanan gas N2 300 kPa. Analisis menggunakan metode mi memberikan basil uji perolehan kembali sebesar 98,76% ± 0,76 %. Kadar vitamin E sebagai a-tokofenl asetat yang terdapat dalam empat sampel sabun berkisar antara 0,05%-0,09%. ......Vitamin E is one of the vitamin which is often found in cosmetic products. The function of vitamin E are a natural moisturizer, anti-inflammatory, antioxidant and skin protector against the damage caused by ultra violet radiation. Soap as one of the cleansing cosmetics also uses vitamin E as a natural moisturizer and antioxidant. The aim of this research is to find the method of analysis vitamin E by using Gas Chromatography with stainless steel column containing stationary phase OV-17 3 % in Chromosorb WI-IP 80/100 mesh, 2 m length, 3,2 mm diameter, flame ionization detector and N2 as a carrier gas. The sample preparation was done by extraction using hexane. And optimum / result of Gas Chromatography at column temperature 230°C, injector port temperature 300°C and detector temperature 300°C. Recorder attenuation 2, sensitivity detector 102 and N2 gas pressure 300 kPa. The recovery test of this method have 98,76% ± 0,76%. The concentration of vitamin E as a-tocopheryl acetate in four soap samples were 0,05%-0,09%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>