Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulkifli
Abstrak :
CO2 merupakan salah satu gas yang secara natural hadir dalam fluida pada praduksi minyak dan gas. Gas C02 yang larut di air diketahui dapat menyebabkan korosi dari pipa baja yang digunakan di lapangan produksi minyak dan gas, Kebanyakan korosi internal pada pipa baja penyalur minyak disebabkan oleh C02 Korosi C02 dalam pipa penyalur minyak dipengaruh oleh beberapa faktor seperti tekanan parsial C02, temperatur dan pH Dalam pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tekanan parsial CO2 terhadap laju korosi pada logam baja dalam suatu media larutan yang dihasilkan dengan menggunakan polarisasi dengan perhitungan kecepatan korosi dari rumus de ward dan milhams. Pengujian ini dilakukan pada baja karbon API 3L X-42 dari pipa penyalur minyak.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Pria Hutama
Abstrak :
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pcngaruh penambahan inhibitor Pendawa 99- H yang berbasis hydrazine pada lingkungan NaCl terhadap laju korosi baja karbon dengan menggunakan metode weight loss. Data yang dihasilkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan optimasi penggunaan inhibitor berbasis hydrazine pada lingkungan air laut. Material yang digunakan sebagai sampel uji adalah baja karbon rendah ST-41 dalam bentuk plat, sementara larutan yang digunakan sebagai lingkungan korosif adalah NaCl dengan konsentrasi 0,5%, 2% dan 3,5%. Penambahan inhibitorPendawa 99-H dilakukan dengan variasi kadar inhibitor sebesar50 ppm, 100 ppm dan 1000 ppm. PengĀ­ekspose-an sampel dilakukan selama tujuh hari, lulu perubahan berat yang terjadi ialah menjadi nilai laju korosi masing-masing sampel. Nilai ini digunakon untuk penentuan efisiensi inhibitor. Hasil laju korosi yang didapat untuk lingkungan NaCl lanpa penambahan inhibitor menunjukkan laju korosi rata-rata sebesar 2,419 mpy pada NaCl 0,5 %; 4,840 mpy pada NaCl 2 %; dan 5,912 mpy pada NaC l 3,5 %. Sementara untuk penambahan inhibitor 50 ppm nilai laju korosi rata-rata 4,299 mpy pada konsentrasi NaCl 0,5%; 4,545 mpy pada konsentrasi NaCl 2%; dan 5,766 mpy pada konsentrasi NaCl 3,5%. Lalu untuk penambahan 100 ppm inhibitor dihasilkan 3,231 mpy pada konsentrasi NaCl 0,5%; 4,429 mpy pada konsentrasi NaCl 2%; dan 4,429 mpy pada konsentrasi NaCl 3,5%. Dan untuk penambahan 1000 ppm inhibitor dihasilkan data laju korosi sebesar 0,916 mpy untuk konsentrasi NaCl 0,5%; 4,107 mpy untuk konsentrasi 25 dan 4,429 mpy untuk konsentrasi NaCl 3,5%. Efisiensi penggunaan inhibitor berbasis hydrazine terhadap penurunan laju korosi pada lingkungan NaCl menunjukkan nilai 62,14% untuk penambahan 1000 ppm inhibitor pada lingkungan NaCl 0,5. Sementara untuk penambahan 50 ppm dan 100 ppm inhibitor pada lingkungan NaCl 0,5% menunjukkan peningkatan laju korosi, dan untuk variable lingkungan NaCl 2% dan 3,5% tidak menunjukkan efisiensi yang tinggi. Penggunaan inhibitor berbasis hydrazine pada lingkungan korosif BaCl pada suhu ruang menunjukkan efisiensi inhibitor yang relative rendah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Eberson
Abstrak :
Korosi pada iogam merupakon suotu permasalahan sering redadi dalam dunia industri. Sudah bonyak dana yang dikeluarkan oleh pihak industri untuk menanggulangi mosalah ini. Permasalahan korosi pada logam dapai diselesaikon dengan cara memilih logam yang tepat/sesuai dengan ling/amgan atau memberikan periakucm kepada logam atau Iingkungon yang akan ditempatkan oleh Iogam. Penelitian ini membohas remrang Iaju korosi Iogam baja karbon yang diceiupkan pada Iarutan asam sulfur yang diberikan inhibitor berbasis sodium suyir. Inhibitor Berbasis Sodium Sum! adalah senyawa sodium suifit yang iergolong ke dalam oxygen scavenger yang berghmgsi untuk rnenarik kandungan oksigen dari larutan dan mengurangi lfju korosi. Pengujian ini dilakukan dalam skaia iaboratorium. Pengujian yang dilalmkan adalah pengujian sialic yang mengacu kepada standard ASTM G1-03 dan ASTM G31 -72. Material yang digunakan adalah bqia karban rendah. Penghirungan Iaju lnorosi dilakukan dengan merode kehilangan beraf. Dari hasil penelitian didaparkan bahwa Iaju korosi baja [carbon rendah semakin bertambah seiring dengan penambahan konsentrasi asam sumrt. Pada penambahan berturur-turut 30, 50, 70, dan 100 ppm inhibitor pada lingicungan HZSO4 (98%) sebanyak 0,15 ml seiama riga hari, menunjukkan bahwa Iaju korosi semakin berlcurang dengan bertambahnya jurnlah inhibiror. Sedangkan unluk dengan semalcin bertambahnya wakzu penceiupan maka Iaju korosi pada bcya karbon rendah semokin berkurang. Nilai ejisiensi inhibitor terbesar tedadi dengan penambahan 100 ppm pada H;S04 (98%) sebanyak 0,15 ml .selama tiga hari dengan nilai efisiensi 15, 6%. Kesimpulan Iain yang didapat yaitu bahwa inhitor ini lrurong makfimal jika digunakan dalam lingkungarz asam, kareno kelarutan oksigen dalarn Iinglmngan asam szdfat sedildt.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alim Saadi
Abstrak :
Kegagalan material karena korosi berpengaruh pada operasi kilang sehingga diperlukan analisa dan pemilihan material untuk menjamin kehandalannya. Pelaksanaan Inspeksi Berdasarkan Resiko memerlukan data korosi dan identifikasi material terutama untuk menentukan nilai kemungkinan kegagalan (probability of failure). Terdapat korelasi yang berarti (significant) antara korosi material dengan inspeksi berdasarkan resiko. Pengujian material baja karbon Pipa ASTM A 106 Grade B, Pipa ASTM A 53 Grade B, Pipa KI-R 410 W, Grade P265 GH, Pipa SA 335 Grade P5, dan Pipa ASTM A516 Grade 70 menghasikan laju korosi dan sifat mekanis sebagai acuan pemilihan material. Dari hasil penelitian diperoleh laju korosi terbesar adalah pipa ASTM A 106 Grade B sebesar 1.1649 mpy. Optimalisasi pemilihan material terhadap kelima sampel diperoleh material terbaik adalah pipa KI-R 410 W, diikuti pipa ASTM A 53 Grade B, pipa 516 Grade 70, pipa SA-335 Grade P5 dan terakhir pipa ASTM A 106 Grade B. Pemilihan material yang optimal meningkatkan kehandalan kilang.
Material Failure due to corrosion has a significant role in a plant operation, therefore material has to be analyzed and selected properly to guarantee plant reliability in their operation. Implementations of Risk Based Inspection need some data of corrosion in order to determine the probability of failure. We found a significant correlation between materials failure due to corrosion in Risk Based Inspection. More corrosive material will increase the probability of failure. Experiment on Pipe materials ASTM A 106 Grade B, ASTM A 53 Grade B, Pipe KI-R 410 W Grade P65 GH, Pipe ASTM SA 335 Grade B and Pipe A 516 Grade 70, conclude that corrosion rate, service life and mechanical properties can be used as a basic for materials selections. From the experiment we found the biggest corrosion rate is ASTM A 106 Grade B with 1.1649 mill per year. From the material selection we found the best material is Pipe KI-R 410 W, and than ASTM A 53 grade B, Pipe 516 Grade 70, Pipe SA 335 Grade P5 and Pipe ASTM A 106 Grade B. The correct material selection will increase the reliability of plant.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Bayu Aji
Abstrak :
Baja karbon rendah ASTM A36 umum digunakan pada aplikasi konstruksi, perminyakan, dan struktur kapal. Ketiga aplikasi tersebut memungkinkan adanya tegangan tarik pada saat pemasangan maupun penggunaan. Perilaku korosi baja ASTM A36 dengan fungsi tegangan tarik diamati menggunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan X-Ray Diffractometer (XRD). Baja ASTM A36 dilakukan perendaman pada larutan NaCl 3,5% dengan variasi tegangan tarik 0, 100, dan 200 MPa dan variasi waktu perendaman 1 jam, 4 jam, 8 jam, 24 jam, dan 72 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar tegangan tarik dapat menurunkan ketahanan baja terhadap korosi. Semakin besar tegangan, resistansi logam terhadap serangan korosi semakin menurun serta memungkinkan terbentuknya lubang korosi sumuran yang lebih besar akibat adanya tegangan pada batas butir yang terkorosi. Hasil analisa XRD pada permukaan baja setelah proses korosi menunjukkan adanya fasa berupa Fe, magnetit (Fe3O4), dan NaCl...... ASTM A36 low carbon steel is commonly used in construction, petroleum, and ship structure applications. These three applications allow for tensile stress during installation and use. The corrosion behavior of ASTM A36 steel with tensile stress function was observed using Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) and X-Ray Diffractometer (XRD) methods. ASTM A36 steel was immersed in 3.5% NaCl solution with variations in tensile stress of 0, 100, and 200 MPa and immersion time variations of 1 hour, 4 hours, 8 hours, 24 hours, and 72 hours. The results show that the greater the tensile stress, the lower the steel's resistance to corrosion. The greater the stress, the lower the metal's resistance to corrosion attack and allows the formation of larger pits due to stress at the corroded grain boundaries. The results of XRD analysis on the ASTM A36 low carbon steel surface after the corrosion process showed the presence of Fe, magnetite (Fe3O4), and NaCl phases.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Yusuf
Abstrak :
Peralatan dan pipa pada instalasi pengolahan minyak dan gas bumi banyak berhubungan (contact) dengan gas CO2 dan H2S serta fluida-fluida kimia lainnya yang sangat korosif. Data-data hasil pengukuran seperti suhu, tekanan operasi, pH, kecepatan aliran fluida, komposisi dan jenis fluida serta data-data proses lainnya merupakan dasar dari penilaian korosi dan pemilihan jenis material yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kandungan klorida terhadap kenaikan laju korosi pada baja karbon A106 dalam fluida yang tersaturasi gas CO2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah standard ASTM G 31-72 dan NACE Standard RP 0775-99 dimana pengujian ini didasarkan pada pengujian kehilangan berat (weight loss test). Material sampel yang digunakan adalah baja karbon A106. Larutan uji yang digunakan adalah larutan NaCl dengan konsentrasi 0,1%, 1% dan 3,5% kemudian dilakukan saturasi oleh gas CO2. Laju korosi meningkat secara tajam pada rentang konsentrasi NaCl diatas 1%. Peningkatan suhu larutan bersifat linier pada konsentrasi NaCL 0,1%, 1% dan 3,5%. Secara umum model yang dihasilkan pada penelitian ini cukup valid digunakan pada rentang konsentrasi NaCl 1% hingga 3,5% pada rentang suhu 30°C sampai dengan 90°C. ......Both pipes and equipments in oil and gas refineries directly contact with acid gas such as CO2 and H2S and other corrosive components. Measured data of pH, temperature, operating pressure, fluid velocity and type or fluids composition is basic data for corrosion assesment and selection materials. The goal of this research is investigate the effect of chloride content in fluids toward corrosion rate on carbon steel in sytem with CO2 saturated. This research using ASTM G31-72 and NACE Standard RP 0775-99 where the test of specimen based on weight loss test. Type of material sample are carbon steel A106. The Solution is NaCl solution with concentration about 0,1%, 1% and 3,5%. Afterwards the solution is saturated with CO2. Corrosion rate increase rapidly in the range of NaCl concentration above 1%. Increasing temperature of solution is linear function in the range of NaCl concentration between 0,1% to 3,5%. Generally, the model in this research is valid in the range of NaCl concentration between 1% to 3,5% and temperature between 30°C to 90°C.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21393
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Gde Rai Supartha
Abstrak :
Inhibitor oil soluble mempengaruhi laju korosi benda uji baja karbon API 5 L Grade B, yang merupakan material yang umum digunakan sebagai pipa penyalur minyak dan gas bumi. Pengujian sifat fisika kimia menunjukan bahwa kelarutan inhibitor oil soluble yang digunakan memiliki kelarutan yang tinggi di dalam fasa minyak yaitu kerosin dan terdispersi di dalam fasa air (synthetic brine water). Pengujian emulsifikasi dari inhibitor oil soluble dilakukan pada sistem yang mengandung perbandingan fasa air (brine) dan fasa minyak (kerosin) 80 : 20. Hasil pengamatan menunjukan secara keseluruhan tidak ditemukan pembentukan emulsi yang stabil. Analisa spektrum serapan FT-IR inhibitor oil soluble yang digunakan tidak mengalami degradasi termal pada suhu pemanasan sampai dengan 50oC. Inhibitor oil soluble yang digunakan mampu menurunkan laju korosi benda uji API 5 L Grade B. Besarnya penurunan laju korosi ini dipengaruhi oleh konsentrasi inhibitor dan suhu lingkungan. Pada pengujian dalam suhu kamar (28oC) dan 40oC, efisiensi inhibisi terbesar terjadi pada konsentrasi inhibitor 30 ppm dengan efisiensi inhibisi masing-masing sebesar 46,26% dan 72.54 % dengan laju korosi rata-rata sebesar 11,80 mpy dan 12,52 mpy. Sedangkan pada suhu 50oC efisiensi inhibisi terbesar terdapat pada penambahan konsentrasi inhibitor 50 ppm dengan efisiensi 67,29 % dengan laju korosi rata-rata 18,98 mpy.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Andreana
Abstrak :
Imidazolin adalah senyawa heterosiklik yang mengandung nitrogen. Imidazolin dikenal di dunia industri, terutama di industri perminyakan sebagai inhibitor korosi pada kilang minyak baja dalam perairan laut. Dalam penelitian ini, telah berhasil disintesis empat senyawa turunan imidazolin, yaitu N1- 2- 2-undesil-4,5-dihidro-1H-imidazol-1il etil etana-1,2-diamina TETA-AL , N1- 2- 2-tridesil-4,5-dihidro-1H-imidazol-1il etil etana-1,2-diamina TETA-AM , N1- 2- 2-pentadesil-4,5-dihidro-1H-imidazol-1il etil etana-1,2-diamina TETA-AP , dan N1- 2- 2-heptadesil-4,5-dihidro-1H-imidazol-1il etil etana-1,2-diamina TETA-AS dengan mereaksikan TETA trietilentetramina dan variasi asam lemak jenuh berturut-turut asam laurat AL , miristat AM , palmitat AP , dan stearat AS tanpa pelarut dengan variasi waktu reaksi menggunakan metode MAOS Microwave Assisted Organic Synthesis . Yield optimum senyawa turunan imidazolin TETA-AL diperoleh pada waktu sintesis 7 menit 72,64 , TETA-AM 9 menit 81,13 , TETA-AP 11 menit 84,62 , dan TETA-AS 11 menit 87,49 . Metode refluks dan Dean Stark dengan pelarut xylena digunakan sebagai pembanding untuk memperoleh metode yang paling efektif dan efisien dalam sintesis senyawa imidazolin TETA-AP, dimana diperoleh yield tertinggi didapatkan pada metode Dean Stark 13 jam 95,89 , diikuti dengan metode refluks 13 jam 88,53 , dan MAOS 11 menit 84,62 . Seluruh senyawa hasil sintesis sudah dikonfirmasi strukturnya menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis, spektrometer FTIR, spektroskopi 1H-NMR, dan spektrometer massa MS dengan terlebih dulu diidentifikasi dengan menggunakan kromatografi lapis tipis KLT dan uji penentuan titik leleh. Uji aktivitas sebagai inhibitor korosi terhadap baja karbon dalam larutan NaCl 1 dilakukan pada seluruh senyawa hasil sintesis dengan variasi konsentrasi imidazolin 100, 200, 300, 400, 500 ppm dengan mengukur arus korosi icorr menggunakan potensiostat eDAQ 450 dan Versasatat II . Hasil pengukuran arus menggunakan metode voltametri siklik ini kemudian diolah menggunakan metode Polarisasi Tafel untuk menentukan persen efisiensi inhibisi EI . Diperoleh EI tertinggi pada penambahan konsentrasi 500 ppm senyawa TETA-AL, TETA-AM, TETA-AP, dan TETA-AS berturut-turut adalah 74,44 ; 72,97 ; 78,55 ; dan 87,17 . Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa keempat senyawa imidazolin TETA-AL, TETA-AM, TETA-AP, dan TETA-AS berpotensi sebagai inhibitor korosi pada baja karbon. ......Imidazoline is a heterocyclic compound containing nitrogen atom. Imidazoline is well known in industry, especially in petroleum field as a corrosion inhibitor of oil refineries in sea environment. In this study, four imidazoline derivatives, i.e. N1 2 2 undecyl 4,5 dihydro 1H imidazol 1yl ethyl ethane 1,2 diamine TETA LA , N1 2 2 tridecyl 4,5 dihydro 1H imidazol 1yl ethyl ethane 1,2 diamine TETA MA , N1 2 2 pentadecyl 4,5 dihydro 1H imidazol 1yl ethyl ethane 1,2 diamine TETA PA , and N1 2 2 heptadecyl 4,5 dihydro 1H imidazol 1yl ethyl ethane 1,2 diamine TETA SA had been successfully synthesized by reacting TETA triethylenetetramine and various saturated fatty acid, such as lauric LA , miristic MA , palmitic PA , and stearic acid SA , respectively, with solvent free and variation of reaction time by using MAOS Microwave Assisted Organic Synthesis method. The optimum yield of imidazoline derivative compounds were obtained from TETA AL at 7 rsquo 72,64 , TETA AM at 9 rsquo 81,13 , TETA AP at 11 rsquo 84,62 , and TETA AS at 11 rsquo 87,49 . Reflux and Dean Stark methods in xylene were also conducted as a comparison to obtained the most effective and efficient methods in imidazoline TETA AP synthesis, which the highest yield was obtained from Dean Stark method at 13 h 95,89 , followed by reflux method at 13 h 88,53 , and MAOS method at 11 rsquo 84,62 . All of the synthesized compounds were identified by using thin layer chromatography TLC and examined their melting point. The structure of all synthesized compounds had been confirmed by using UV Vis spectrophotometer, FT IR spectrometer, 1H NMR spectroscopy, and mass spectrometer MS . Inhibition corrosion test of carbon steel in 1 NaCl solution was performed on all synthesized imidazoline derivatives compounds with variation of imidazoline concentration 100, 200, 300, 400, 500 ppm by measuring the corrosion current icorr using potensiostat eDAQ 450 and Versasatat II . Using cyclic voltammetry method, the measurement result were processed through Tafel Polarization to obtain the percentage of inhibition efficiency EI . The highest EI was obtained at 500 ppm of TETA AL, TETA AM, TETA AP, and TETA AS with 74,44 , 72,97 , 78,55 , and 87,17 , respectively. It can be concluded that all of the imidazoline compounds i.e. TETA AL, TETA AM, TETA AP, and TETA AS are potential organic compound as a corrosion inhibitor towards carbon steel.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachri Nr
Abstrak :
Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia. Korosi memberikan efek dari segi ekonomi maupun dari segi keselamatan kerja. Salah satu cara pencegahan dan pengendalian korosi adalah dengan penambahan inhibitor. Ubi Ungu sebagai bahan organik dapat dikembangkan sebagai inhibitor untuk mengurangi laju korosi untuk baja karbon rendah di lingkungan air laut. Ubi ungu diharapkan dapat dijadikan sebagai inhibitor yang bersifat aman, ramah lingkungan, serta bio-degradable dan juga dapat mengurangi penggunaan bahan sintetis. Metode kehilangan berat digunakan untuk menguji keefektifan ubi ungu sebagai inhibitor dengan variasi konsentrasi (2ml, 4ml, 6ml) dan lama perendaman selama 4 hari. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan ubi ungu bekerja kurang baik baik dilingkungan air laut karena terjadi efisiensi yang didapat relative kecil sehingga kurang cocok digunakan sebagai inhibitor. Efisien rata-rata dari ke-3 konsentrasi tersebut diperoleh sekitar 13,20%, dengan maksimum nilai efisiensi terjadi pada konsentrasi 2ml yaitu sebesar 21,02%.
Corrosion is one important problem that must be faced by a variety of industrial sectors in Indonesia. Corrosion effect in terms of economic and in terms of safety. One way of prevention and corrosion control is by the addition of inhibitors. Sweet potatoes as the organic material can be developed as an inhibitor to reduce corrosion rates for low carbon steel in sea water environment. Purple sweet potatoes are expected to serve as safety inhibitors ,friendly environment, and biodegradable and also reduce the use of synthetic materials. Weight loss method is used to test the effectiveness of sweet violet as inhibitors with various concentration (2ml, 4ml, 6ml) and soaking for 4 days. Conclusion of this study that sweat potato as green inhibitor work less well in the environment of sea water because of efficiencies gained relatively small, making it less suitable for use as an inhibitor. Efficient average of the 3 concentrations were obtained approximately 13.20%, with a maximum value of efficiency occurs at a concentration that is equal to 21.02% at 2ml.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S42374
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Giafin Bibsy Rahmaulita
Abstrak :
ABSTRAK
Kandungan antioksidan pada teh rosela merah, asam askorbat, dapat dikembangkan sebagai inhibitor untuk menghambat laju korosi untuk baja karbon rendah di lingkungan NaCl 3,5%. Metode yang digunakan adalah metode kehilangan berat dengan variasi waktu perendaman (3, 6, 9, 12 hari). Pada semua waktu perendaman, konsentrasi teh rosela merah yang digunakan adalah 10 gpl, sedangkan penambahan inhibitor teh rosela merah sebanyak 2 ml. Hasil penelitian ini dapat ditunjukkan oleh nilai efisiensi yang diperoleh, efisiensi terendah sebesar 8% pada waktu pengujian 3 hari, sedangkan efisiensi optimum sebesar 16% pada pengujian 9 hari.
Abstract
The content of antioxidants in red roselle tea, ascorbic acid, can be developed as an inhibitor to inhibit corrosion rate for low carbon steel in 3.5% sodium chloride solution. The method that used is a method of weight loss with variation of immersion time (3, 6, 9, 12 days). In all the immersion time, concentration of red roselle tea that used was 10 gpl, while the addition of inhibitors of red rosella tea as much as 2 ml. The results could be demonstrated by the efficiency values obtained, the lowest efficiency of 8% at 3 days of testing, while the optimum efficiency of 16% at 9 days of testing.
2011
S42420
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>