Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amin
Abstrak :

ABSTRAK
Adanya dua buah komponen yang similar yaitu Rear Panel dan Front Panel tetapi waktu pemesinan yang berbeda jauh akibat penggunaan besar diamater pahat dan pergeserannya yang berbeda pada finishing dasar kantong cekung dan kontur cembung, pada Rear Panel mempunyai waktu pemesinan hampir dua kali waktu permesinan Front panel meyebabkan biaya pemesinan Rear Panel menjadi dua kali lipat.

Tujuan yang ingin dicapai dan permasalahan yang ada adalah membuat suatu metodologi penentuan besar pahat dan pergeserannya, sehingga dari metodologi tersebut dapat dihitung apakah besar pahat dan pergeseran yang diterapkan pada finishing dasar kantong cekung dan kontur cembung telah optimal dengan batasan tinggi kekasaran permukaan maksimum, apabila belum optimal berapa besar diarnater pahat yang optimal dan pergeseran yang maksimal.

Komponen-komponen Rear Panel dan Front panel merupakan kornponen pembentuk airfoil sayap dimana kelengkungan kantong cekung dan kontur cembung dapat didekati dengan kelengkungan suatu busur lingkaran. Pada saat finishing kantong cekung dan kontur cembung posisi pahat selalu normal terhadap kelengkungan kontur sehingga arah sumbu pahat selalu menuju kelengkungan kontur dengan demikian penentuan besar diameter pahat dan pergeserannya. dapat menggunakan prinsip-prinsip trigonometri yaitu prinsip lingkaran dan phytagoras. Karena komponen-komponen tersebut pada kontur cekung terdapat rib-rib yang membentuk kantong cekung maka terjadi kendala-kendala diakibatkan pada penjabaran metodologi tidak terdapat rib-rib sehingga perlu untuk mengarasi hambatan-hambatan tersebut.

Akibat penggunaan jenis pahat slot drill corner radius pada finishing kantong cekung, maka pada bagian bawah dasar pahat terjadi mismatch. Makin besar ukuran pahat yang digunakan maka mismatch semakin besar tetapi waktu pemesinannya lebih singkat apabila kondisi pemotongan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat pahat diaplikasikan, dan sebaliknya. Pada finishing kontur cembung besarnya mismatch yang terjadi tergantung pada besar pahat dan pergeseran yang diterapkan.

Dari hasil perhitungan didapat bahwa semua pergeseran yang diterapkan pada finishing dasar kantong cekung belum maksimal sehingga perlu dimaksimalkan. Biaya pemesinan Front Panel lebih murah dari biaya pemesinan Rear Panel, meslcipun mismatch yang temjadi pada kontur cembung melebihi batas maksimum. Hal ini disebebkan biaya Hand finishing lebih murah dari biaya pemesinan sehingga metode Front Panel yang dipilih.

Penggunaan besar pahat 16R6 pada finishing dasar kantong cekung komponen Rear Panel kurang optimal karena menghasilkan nilai mismatch dibawah betas maksimum. Dari hasil perhitungan penggunaan diamater pahat ZOR6 lebih baik.
1997
S36823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malvin Edward
Abstrak :
Sebuah survei yang dilakukan oleh National Highway Traffic Safety Administration NHTSA memperkirakan 5.895.000 kasus kecelakaan yang terkait dengan permasalahan kantuk maupun tidur saat berkendara di jalan jalan U.S.A pada tahun 2005-2009. Dari jumlah tersebut, 83.000 kasus setiap tahunnya merupakan kecelakaan fatal, bahkan pada tahun 2014, 846 orang meningga pada kecelakaan berkendara yang berkaitan dengan kantuk. Sistem pendeteksi kantuk dikembangkan untuk mengatasi hal ini. Sistem pendeteksi kantuk dibangun menggunakan pustaka OpenCV, dengan kombinasi dari beberapa algoritma, yaitu Haar Cascade Classifier, fungsi Blur, fungsi Canny dan fungsi Kontur. Algoritma Haar Cascade Classifier digunakan untuk mendeteksi area wajah dan area mata pada pengemudi. Sedangkan kombinasi antara fungsi color thresholding dan fungsi kontur digunakan untuk mendeteksi objek mata dan menganalisis sedang terbuka atau tertutupnya mata. Kinerja sistem deteksi kantuk diuji melalui empat variabel, yaitu mesin pengolah yang berbeda, nilai ambang batas, kondisi pencahayaan dan karakteristik mata yang berbeda. Berdasarkan hasil pengujian, nilai ambang batas Vlo dan VHi terbaik adalah Vlo = 10 atau 20 dengan perbedaan VHI 10-20. Selain itu, ditemukan bahwa setiap kecepatan setiap proses bergantung pada pengolahan mesh dimana semakin baik pengolahannya. Mesin semakin cepat waktu prosesnya. Perbedaan dalam kondisi pencahayaan pagi, siang, siang dan malam berpengaruh terhadap kinerja sistem deteksi kantuk dengan tingkat kesalahan 20 , yaitu saat kondisi malam hari. Karakteristik mata berkacamata dan tanpa kacamata berpengaruh pada kinerja sistem deteksi kantuk dengan deteksi 100 tingkat keberhasilan, yaitu bila kondisi mata tertutup pada orang dengan kacamata.
survey conducted by the National Highway Traffic Safety Administration NHTSA estimates 5,895,000 cases of accidents related to sleepiness and sleep problems while driving on the U.S.A roadway in 2005 2009. Of these, 83,000 cases each year are fatal accidents, even by 2014, 846 people die in a dormant driving accident. The drowsiness detection system was developed to overcome this. The sleepiness detection system is built using the OpenCV library, with a combination of several algorithms, the Haar Cascade Classifier, the Blur function, the Canny function and the Contour function. Haar Cascade Classifier algorithm is used to detect the facial area and eye area of the driver. While the combination of color thresholding function and contour function is used to detect the eye object and analyze the open or closed eyes. The performance of the drowsiness detection system is tested through four variables, ie different processing machines, threshold values, lighting conditions and different eye characteristics. Based on the test results, the best Vlo and VHi threshold values are Vlo 10 or 20 with a VHI difference of 10 20. In addition, it was found that every speed of each process depends on mesh processing where the better the processing. The faster the machine the process time. Differences in lighting conditions morning, noon, day and night affect the performance of the drowsiness detection system with a 20 error rate, ie during nighttime conditions. Eye characteristics bespectacled and without glasses affect the performance of the drowsiness detection system with a 100 detection rate of success, ie when eye conditions are closed in people with glasses.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Djamil Ibrahim
Abstrak :
ABSTRAK
Studi pergeseran kountur dengan metode proyeksi grating adalah merupakan metoda "straightforward" dengan menentukan 3 harga koordinat yang dipilih pada suatu tes obyek yang dibentuk oleh proyeksi jala (grating).

Dalam teknik ini, grating yang disebut "shadow projection type" moire topografi diganti dengan suatu bentuk grating mempunyai jala 2-3 cm. Tehnik ini, dapat diambil tiga koordinat dari titik penampang grating dengan menggunakan formula yang sama dalam teknik moire topografi. Dengan memperoleh tiga koordinat untuk setiap titik pada penampang, maka dapat ditentukan konkap dan konvek tanpa mengacu pada suatu "apriori konowledge". Dengan dikembangkan teknik ini dapat digunakan dalam orthopedik, khususnya mempelajari kontur tubuh.
ABSTRACT
The study grating countur shape method is a straightforward method which determines the three coordinate values of points selected on a test object to form a square mesh. In this technique, the grating of the so-called shadow projection type moire topography is replaced by a grating forming 2-3 cm square mesh. By this technique , we can obtain the three coordinates of the intersection point of the grating, using almost the same formula of moire topography. Because we can obtain three coordinates for each intersection point, we can determined the convexity and the concavity without referring to apriori knowledge. Based this technique, we applied in orthopedic especially to study a body contours.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ardhyastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Studi tentang estimasi ketebalan dan penyebaran lateral lapisan batubara di lapangan X Cekungan Sumatra Selatan. Lapisan batubara ditemukan di kedalaman 100-400 meter berada pada Formasi Muara Enim, dengan lingkungan pengendapan fluviodeltaic. Metoda Dekomposisi spektral telah digunakan untuk mengestimasi lapisan tipis batubara dimana memiliki temporal thickness Iebih kecil dari 1/4 x. Pelaksanaan metoda dekomposisi spektral ini diterapkan melalui transformasi fourier pada data seismik 2D dalam domain frekuensi Dalam domain frekuensi pada ketebalan lapisan tipis batubara diwujudkan sebagai uraian dari rekaman spektrumnya. Dengan mengukur ketebalan spektrum notch, lapisan tipis batubara dapat diestimasi. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan dengan metoda dekomposisi spektral (FFT), lapisan tipis batubara bervariasi dari 9-16 meter. Pada bagian Barat Laut daerah penelitian memiliki ketebalan 9-11 meter, sedangkan di bagian Tenggara memiliki ketebalan 12-16 meter, kemudian dipetakan penyebaran secara lateral dan kontur ketebalan dengan metoda kriging. Kontur kedalaman dalam bentuk time struktur permukaan pada lapisan batubara di lapangan X dibagi menjadi tiga zona; zona dalam, menengah dan dangkal serta mengalami pendangkalan ke arah Barat Laut.
Abstract
The study estimates the thickness and lateral distribution of the "X" coal seam in the South Sumatra Basin. The coal seam is found at a depth of 100m-400m within the Muara Enim Formation whose sedimentary environment is fluvio-deltaic. The spectral decomposition method has been applied in order to estimate the thickness of the seam whose temporal thickness is less than I/4 x. The implementation of spectral decomposition method is carried out by Fourier transforming (FFT) 2D seismic data to the frequency domain. In the frequency domain the thickness of the coal seam is manifisted as the elucidation of the notch spectrum. By measuring the width of the notch spectrum, the thickness of the coat seam can be estimated. The thickness of the coal seam varies from 9-16 meters. In the NW part of the stuady area the thickness is around 9-11 meters, while in the SE part of the study area the thickness varies from 11-16 meters and then mapped by its distribution with thickness contour with kriging's method. Time structure map of the surface representing the top structure of the layer where coal seam are deposited for three zones; deep zone, moderate depth, and shallow depth. It can be seen than structure shallowing toward the NW.
2010
T29383
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library