Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferdy Fabian
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep Tuhan pada anak usia 8-12 tahun. Subyek penelitian adalah anak Sekolah Minggu Gereja Kristen Jawa Jemaat Gandaria Anak berkembang secara menyeluruh baik fisik, emosional, kognitif juga spiritual (Slater, 1994; Shelly, 1982). Contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari juga menunjukkan bahwa anak mulai memahami dan berkembang secara spiritual. Tiap anak baik dalam keluarga yang religius ataupun tidak sudah memiliki ide tentang Tuhan. Penelitian ini menguraikan gambaran religiusitas pada anak, bagaimana cara anak usia 8- 12 tahun memahami Tuhan. Karena kisaran umur 3-11 tahun merupakan saat yang krusial untuk menentukan perkembangan kerohanian seseorang (Tam mi n en, 1991 dalam Slater, 1994). Tumer & Helms (1995) juga mengatakan bahwa anak pada kisaran umur tersebut sudah mampu untuk memperhalus dan mengelaborasi konsep yang mereka miliki Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode gambar dan wawancara untuk memperoleh gambaran anak tentang Tuhan. Dua pendekatan metode ini dipilih agar kelemahan yang mungkin terjadi ketika hanya mengambil salah satu metode bisa diminimalisir. Penggunaan metode wawancara saja memiliki kelemahan kompetensi bahasa anak (Steward, 1987 dalam Gabarino,1992). Sedangkan pengunaan metode gambar saja menurut Slater (1994) memiliki kelemahan adanya ketidakpastian mengenai interpretasi gambar. Hasil dari penelitian ini menguatkan teori bahwa anak memang telah memiliki konsep tentang Tuhan. Pemahaman anak bersifat konkret. Sifat antropomorfisme muncul dalam setiap kelompok umur antara 8-12 tahun. Pengaruh gender atau jenis kelamin, peran orang tua dan pengalaman pribadi anak mempengaruhi konsep mereka tentang Tuhan. Saran dari penelitian ini adalah agar peneliti lebih mempelajari keterampilan wawancara terutama untuk subyek anak kecil. Untuk penelitian yang berikut, peneliti menyarankan agar melakukan penelitian subyek yang berasal dari sampel yang tidak homogen, yaitu anak dari latar belakang agama yang beragam. Juga melakukan wawancara kepada orang tua anak untuk melihat pengaruh pembentukan konsep Tuhan pada diri anak yang diberikan di dalam keluarga.
2004
S3433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Naupal
Abstrak :
ABSTRAK
Konsep mengenai Tuhan bersifat fluktuasi atau mengalir. Makna kata "Tuhan" terus menerus mengalami pengayaan semantis dan sosio-pragmatis. Perjalanan konsep Tuhan berkembang sesuai dengan perkembangan alam pikiran manusia. Sejarah perkembangan manusia memperlihatkan adanya aliran-aliran dalam konsep ketuhanan, misalnya dikenal konsep teisme, deisme, panteisme dan lain sebagainya. Aliran-aliran itu muncul sebagai keragaman cara pandang terhadap realitas yang tertinggi dari fenomena. di balik dunia yang tampak.

Kekayaan makna konseptual Tuhan menimbulkan pertanyaan yang cukup menggelisahkan penulis. Apa yang menyebabkan keragaman tersebut muncul dan apakah ada suatu landasan dasariah atas keragaman tersebut. Pertanyaan tersebut muncul sebagai akibat dari realistis empiris yang memperlihatkan bahwa konsep tentang Tuhan semakin terpragmentasi dan multiperspektif, bahkan dalam suatu agama pun orang mungkin memiliki pandangan berbeda mengenai Tuhannya. Hal ini dapat terjadi karena konsep Tuhan tidak lahir dari ruang hampa budaya, melainkan dari interpretasi dan penalaran manusia yang terbungkus dalam konteks.

Cara pandang manusia tentang Tuhan dalam perjalanan selanjutnya dilandasi oleh dua sumber:
1. Akal budi (rasio), yang menghasilkan argumen filosofis mengenai keberadaan Tuhan.
2. Pengungkapan (revelation) yang tertuang dalam teks-teks suci (wahyu) dengan argumen teologisnya.

Kedua sumber itu yang kemudian sering kali menjadi dua klub yang saling bertubrukan dan bergesekan, yaitu kebenaran wahyu dan kebenaran akal budi. Kedua legitimasi kebenaran tersebut bagaikan pendulum selalu berayun dari suatu sisi ekstrim ke sisi ekstrim yang lain. Sehingga, ada kelompok yang menafikan kebenaran akal budi dan hanya man menerima kebenaran wahyu, seperti kelompok aliran kebatinan dalam Islam akan hanya mau menerima kebenaran wahyu, seperti kelompok aliran kebatinan dalam Islam atau yang terlihat pada masa dark ages sebagai umat Kristiani di Eropa pada abad pertengahan. Sedang sisi ekstrim kebenaran akal terlihat pada para filsuf positivistic yang menafikan segala yang berbau metafisik Tuhan.

Sikap berlebih-lebihan dari dua kelompok tersebut mendapat perhatian yang cukup mendalam dari para filsuf ketuhanan. Tesis ini akan menunjukan bagaimana Al-Ghazali dan Thomas Aquinas sebagai tokoh filsuf ketuhanan dalam Islam dan Kristen berusaha mendamaikan kedua paham ekstrim tersebut dengan argumen-argumen yang kokoh

Baik A1-Ghazali maupun Thomas Aquinas berusaha menempatkan kedudukan akal dan wahyu secara proporsional sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pandangan kedua filsuf tentang kedudukan akal dan wahyu sangat panting untuk dipahami, karena akan mengantarkan kita kepada pemalraman akan pemikiran filsafat ketuhanan mereka, seperti tentang konsep keesaan, transendensi dan imanensi, nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Walaupun ada beberapa hal yang berada tentang konsep ketuhanan dari kedua tokoh tersebut, karena perbedaan agama, budaya, dan latar belakang kehidupan dan gagasan dasar ide ketuhanan, tapi keduanya telah berusaha memurnikan ajaran agama masing-masing dari segala bidaah, baik dari kaum filosofis bagi eksistensi Allah dengan tetap menaruh perhatian yang besar terhadap kebenaran wahyu sebagai argumen tekstual yang bersifat adi kodrati.

Pemikiran-pemikiran filosofis tentang konsep ketuhanan dari A1-Ghazali dan Thomas Aquinas masih perlu untuk diteliti, bahkan tetap relevan hingga kini, walaupun keduanya hidup pada abad pertengahan, sebab ajaran-ajaran mereka hingga kini masih tetap dilestarikan dan terus dikaji. Di hampir seluruh Pondok Pesantren di Indonesia, karya-karya Al-Ghazali masih menjadi bacaan wajib, demikian juga ajaran Thomas Aquinas masih terns dipelajari, bahkan Para mahasiswa di Sekolah Tinggi Driyarkara begitu akrab dengan Thomisme.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library