Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Dennis Islami Arafah
"
ABSTRAKFilm Confucius ?? karya sutradara Hu Mei 2010 adalah film asal Tiongkok yang mengisahkan tentang perjalanan hidup Konfusius sekitar tahun 498 ndash;479 SM semenjak ia berusia 52 tahun ketika ia diangkat sebagai menteri hukum di Kerajaan Lu hingga ia meninggal dunia pada usia 73 tahun. Penggambaran sikap-sikap teladan tokoh Konfusius merupakan aspek utama yang ditonjolkan dalam film ini. Perilaku teladan tersebut yang pertama adalah laku bakti, kesetiaan, dan kecintaan terhadap negara dan pemimpin. Yang kedua adalah sikapnya yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan kerajaan. Sikap teladannya yang ketiga adalah patuh terhadap nilai dan aturan yang berlaku di masyarakat. Dalam tulisan ini, penulis akan menjelaskan sikap-sikap teladan tokoh Konfusius dalam film Confucius ?? tersebut berdasarkan analisis dialog dan adegan dalam film.
ABSTRACTConfucius by film director Hu Mei 2010 is a Chinese movie that tells a story of Confucius rsquo life around 498 ndash 479 BC. This movie recounts Confucius rsquo life at the age of 52 when he was promoted as law minister in Lu State, until the day he died at the age of 73. The depiction of Confucius rsquo exemplary attitudes are the prominent aspects that highlighted in this movie. Those exemplary attitudes include 1 his devotion to his country and its leaders, 2 his attitude to always prioritize the state and people rsquo interests, 3 his obedience with the existing norms and values among society. In this study, the writer will describe the exemplary attitudes of Confucius rsquo character in Confucius based on analysis both in dialogue and scenes in the movie."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Rifka Putrinda Hanim
"Sejak kebijakan Reformasi dan Keterbukaan Cina pada tahun 1978, Cina mulai membuka diri dengan dunia internasional. Hal tersebut membawa pengaruh yang besar terhadap ekonomi Cina dan menjadikan Cina sebagai negara dengan perekonomian yang maju. Peningkatan ekonomi Cina yang terus meningkat setiap tahunnya, ditandai dengan kenaikan dari angka GDP
(Gross Domestic Product). Sebagai negara yang terpandang di dunia, Cina berupaya untuk menyebarkan pengaruhnya ke dunia internasional dengan cara mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mempromosikan bahasa dan budaya Cina yaitu Institut Konfusius. Sejak pertama kali Institut Konfusius didirikan pada tahun 2004, hingga kini jumlahnya mencapai angka 500. Program kegiatan Institut Konfusius sangat lah beragam, hal ini tentu memerlukan dana yang sangat besar. Dari latar belakang tersebut, hasil analisis dalam tugas akhir ini menyimpulkan bahwa seiring dengan perekonomian Cina yang terus berkembang, intensitas penyebaran budaya Cina melalui Institut Konfusius pun juga terus meningkat, hal tersebut ditandai dengan jumlah Institut Konfusius di dunia setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan dan program dari Institut Konfusius pun semakin beragam.
Since the China's Reform and Opening-Up policy in 1978, China began to open up to the international world. This has made a big influence on the China economy and made China a country with advanced economic growth. China's economic growth continues to increase every year, marked by an increase in the GDP (Gross Domestic Product) number. As the most respected country in the world, China is trying to spread it’s influence to the international world by establishing educational institution that aims to promote Chinese language and culture, it’s called Confucius Institute. Since the first Confucius Institute was established in 2004, until now it has reached 500. The Confucius Institute has various programs and activities, so this certainly requires a huge amount of funds. From this background, the results of the analysis in this thesis concluded that along with the China’s economy continues to grow, the intensity of the spread of Chinese culture through the Confucius Institute also continued to increase, this was marked by the increasing number of Confucius Institutes in the world every year and the programs of the Confucius Institute are more varied."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Angelia Elana
"Kebangkitan yang dialami Cina dalam beberapa dekade terakhir ini ditanggapi secara beragam oleh masyarakat dunia. Sebagian kalangan menganggap bahwa kebangkitan Cina adalah hal yang positif, namun sebagian lagi menganggapnya sebagai satu ancaman. Konsep ‘kuasa lunak’ atau 'soft power' memberikan penekanan kuat atas strategi kebijakan hubungan diplomatik yang dilakukan oleh Cina dengan negara-negara tetangganya dalam merespon kenyataan tersebut. Sejalan dengan konsep soft power yang dipopulerkan oleh Joseph Nye, Cina kemudian menyebarkan kebijakan pembangunan damai dan dunia yang harmonis yang didukung dengan mendirikan Institut Konfusius di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Institut Konfusius menjadi platform internasional untuk menyebarkan bahasa dan budaya Cina di seluruh dunia dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang Cina. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh usaha pencarian atas ‘kebenaran’ apakah Perkembangan Institut Konfusius di Indonesia merupakan sebuah bentuk pemanfaatan dari konsep kuasa lunak yang diterapkan oleh Cina terhadap Indonesia yang berlangsung dari tahun 2010 – 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan historis yaitu mengkaji Institut Konfusius secara kronologis.
The rise of China in the last few decades has been responded to in various ways by the world community. Some people think that China's rise is a positive thing, but some see it as a threat. The concept of 'soft power' places a strong emphasis on the diplomatic relations policy strategy undertaken by China with its neighbouring countries in response to this reality. In line with the soft power concept popularized by Joseph Nye, China then spreads a policy of peaceful development and a harmonious world which is supported by establishing Confucius Institutes in various countries around the world, including in Indonesia. The Confucius Institute is an international platform for spreading Chinese language and culture around the world in order to increase understanding of China. This research is motivated by an effort to find the 'truth' whether the development of the Confucius Institute in Indonesia is a form of instrument of the concept of soft power applied by China to Indonesia which took place from 2010 – 2019. This study uses a qualitative method with a historical approach, namely studying the Confucius Institute in chronological order."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Indira Rizkyana
"Upacara persembahan teh atau disebut dengan istilah Teh Pai (茶拜Chá bài), telah menjadi salah satu bagian dari rangkaian acara pernikahan orang Tiongkok sejak Dinasti Tang (唐朝 Táng cháo) (618-906 SM). Upacara persembahan teh ini juga dilakukan dalam acara pernikahan orang Indonesia keturunan Tionghoa hingga sekarang. Penelitian ini bertujuan menjelaskan mengapa Teh Pai dalam pernikahan orang Indonesia keturunan Tionghoa masih bertahan hingga sekarang. Penjelasan mengenai masih dipertahankannya Teh Pai di Indonesia hingga saat ini akan dipaparkan melalui teori semiotika Peirce. Selain itu, dalam penelitian ini juga dibahas rangkaian acara Teh Pai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui wawancara dan ditunjang studi kepustakaan berupa buku, artikel, jurnal, dan kamus. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa rangkaian prosesi Teh Pai masih terus dilaksanakan karena meyimbolkan ajaran bakti. Ajaran bakti atau 孝 xiào dari Konfusius (孔夫子 Kǒng Fūzǐ) akan membentuk moral baik seseorang melalui perilaku bakti kepada orang tua. Selama masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa masih memegang teguh ajaran bakti, maka Teh Pai masih tetap dilaksanakan.
Tea ceremony, also known as Teh Pai (茶拜 Chá bài), has been a part of the Chinese wedding ceremony since the Tang Dynasty (唐朝 Táng cháo) (618-906 BC). Teh Pai has also been a part of Chinese-Indonesian wedding ceremony until now. The purpose of this study is to explain why Teh Pai in Chinese-Indonesian wedding still persists to the present day. An explanation of the ongoing existence of Teh Pai will be presented through Peirce's semiotic theory. In addition, this paper also explains the processions of Teh Pai ceremony. This study uses qualitative research methods through interviews and is supported by literary works in the form of books, articles, journals, and dictionary. The conclusion of this research shows that the ceremony of Teh Pai processions symbolize the teachings of fillial piety. Filial piety or xiao 孝 Xiào taught by Confucius (孔夫子 Kǒng fūzǐ), will shape someone's good moral character through filial behavior towards their parents. As long as Chinese-Indonesian people still adhere to values of filial piety, Teh Pai will still continue to be practiced."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library