Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Gita Nadia Pramesa
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kelenturan psikologis dan hardiness pada karyawan swasta di Jakarta sebagai respon dari fenomena tekanan yang dialami karyawan swasta dari kondisi kerja yang dinamis dan rentan pada kondisi ketidakpastian pada jenjang karier dan keberlangsungan pekerjaan. Penelitian ini dilakukan pada 178 karyawan swasta di Jakarta menggunakan kuesioner sebagai metode pengambilan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelenturan psikologis (M= 4,933, SD= 0,447) dan hardiness (M= 3,086, SD = 0,259) pada karyawan swasta di Jakarta, (r= 0,509; p<0,01, two tails). Alat ukur dalam penelitian ini adalah Psychological Flexibility Questionnaire (PFQ) dengan koefisien reliabilitas sebesar 0.862, dan Dispositional Resiliency Scale 15-Revised (DRS 15-R) dengan koefisien reliabilitas sebesar 0.618.
ABSTRACT
This study aimed to examine the relationship between psychological flexibility and hardiness among private sector employees in Jakarta in response to the pressure experienced the phenomenon of private employees of a dynamic working conditions and vulnerable to uncertainties on the career advancement and employment continuity. This study was conducted on 178 private sector employees in Jakarta using a questionnaire as data collection methods. The results showed that there is a positive significant relationship between psychological flexibility (M = 4,933, SD = 0,447) and hardiness (M = 3,086, SD = 0,259) among private sector employees in Jakarta, (r = 0,509; p <0.01, two tails). The instruments in this study are Psychological Flexibility Questionnaire (PFQ) with reliability coefficient of 0,862, and Dispositional Resiliency Scale 15-Revised (DRS 15-R) with reliability coefficient of 0,618.;
2016
S65214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chika Athaya Chairunnisa
Abstrak :
ABSTRAK
Persaingan yang ketat dari industri garmen dunia menyebabkan permintaan tinggi untuk produksi di negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia, yang bisa menyediakan tenaga kerja dengan fleksibel peraturan untuk mengurangi biaya produksi. Biaya fleksibilitas itu menguntungkan perusahaan, tetapi merugikan pekerja. Upah rendah, jam kerja panjang, dan hubungan buruk dengan penyelia beberapa dampak buruk yang dirasakan oleh pekerja terkait kondisi kerja mereka. Miskin kondisi kerja dapat menghasilkan niat turnover yang tinggi di antara pekerja garmen. Sejak 2011, Better Work Indonesia, organisasi kolaboratif antara Internasional Organisasi Buruh (ILO) dan Korporasi Keuangan Internasional (IFC), diluncurkan untuk memecahkan masalah kondisi kerja dan meningkatkan daya saing Indonesia industri garmen, dengan menyediakan program dan pelatihan untuk pabrik garmen di Indonesia. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kondisi kerja dan niat berpindah antar perusahaan garmen yang telah berpartisipasi dalam Better Work Indonesia (BWI) program dan mereka yang belum berpartisipasi dalam program ini BWI). Data penelitian diperoleh dengan melakukan diskusi kelompok fokus pada 93 pekerja garmen di Jawa yang bekerja untuk perusahaan BWI dan Non BWI. Hasil menunjukkan bahwa perusahaan BWI cenderung memiliki kepatuhan yang lebih tinggi terhadap berbagai tenaga kerja peraturan daripada perusahaan Non BWI, tetapi tingkat turnover intention ditemukan tinggi di kedua jenis perusahaan. Hasil analisis lebih lanjut akan dibahas dalam penelitian ini.
ABSTRACT
Persaingan yang ketat di industri garmen dunia menyebabkan permintaan tinggi untuk produksidi negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia, yang bisa menyediakan tenaga kerja dengan peraturan yang fleksibel sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Tekanan biaya ini menguntungkan perusahaan, tetapi merugikan pekerja. Upah rendah, jam kerja yang panjang dan hubungan dengan majikan yang tidak baik adalah beberapa efek buruk yang dirasakan oleh pekerja terkait dengan kondisi kerja. Kondisi kerja perilaku buruk dapat mengakibatkan tingginya turnover intention di kalangan pekerja garmen. Sejak 2011, Better Work Indonesia, sebuah organisasi kolaborasi antara Internasional Organisasi Buruh (ILO) dan Korporasi Keuangan Internasional (IFC), hadir untuk memecahkan masalah kondisi kerja dan meningkatkan daya saing industri garmen Indonesia, dengan memberikan program dan pelatihan kepada pabrik garmen di Indonesia. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui perbedaannya kondisi kerja dan niat berpindah antar perusahaan garmen yang telah mengikuti Program Better Work Indonesia (BWI) dan mereka yang belum berpartisipasi dalam program (Non BWI). Data penelitian diperoleh dengan melakukan diskusi kelompok fokus dari 93 pekerja garmen di Jawa yang berfungsi untuk perusahaan BWI dan Non BWI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan BWI cenderung memiliki kepatuhan peraturan tenaga kerja yang lebih tinggi daripada perusahaan Non BWI, Namun, tingkat turnover intention ditemukan tinggi di kedua jenis perusahaan. Hasil Analisis lebih lanjut akan dibahas dalam penelitian ini
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Jeddah Arab Saudi, merupakan salah satu dari tujuh wilayah keemiran di negara Arab saudi yang menjadi konsentrasi tujuan paling besar pekerja migran Indonesia di Arab Saudi. Hasil penelitian dengan model pendekatan studi kasus menemukan bahwa pekerja migran Indonesia 95% terserap di bidang pekerjaan informal (Pembantu Rumah Tangga) dan 97% pekerja migran di Jeddah adalah perempuan....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sherin Amalia Noviandini
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai upaya Unit Hubungan Industrial PT Telkom Indonesia Tbk dalam pembentukan working condition yang harmonis di Era 4.0. Pembentukan kondisi kerja merupakan suatu aspek yang penting dalam suatu perusahaan, terlebih perusahaan BUMN. Kondisi kerja yang tercipta di PT Telkom Indonesia Tbk, baik secara fisik maupun sosial, masih menunjukkan beberapa hal yang menyebabkan karyawan merasa tidak nyaman dalam bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya pembentukan working condition yang harmonis di Era 4.0 yang dilakukan oleh Unit Hubungan Industrial PT Telkom Indonesia Tbk. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan langkahlangkah pembentukan working condition yang harmonis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan wawancara mendalam dan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya Unit Hubungan Industrial dalam membentuk kondisi kerja yang harmonis di PT Telkom Indonesia Tbk sudah menerapkan metode smart office pada aspek fisik. Sementara itu, pada segi sosial, tahapan formal maupun informal juga dilakukan. ......This study discusses the efforts of the Industrial Relations Unit of PT Telkom Indonesia Tbk. In the formation of harmonious working conditions in Era 4.0. The formation of working conditions is an important aspect in a company, especially state-owned companies. The working conditions created at PT Telkom Indonesia Tbk, both physically and socially, still show several things that cause employees to feel uncomfortable at work. This study aims to analyze efforts to establish harmonious working conditions in Era 4.0 carried out by the Industrial Relations Unit of PT Telkom Indonesia Tbk. In addition, this study also aims to explain the steps for forming a harmonious working condition. This study used a qualitative approach and used in-depth interviews and documentation studies as data collection techniques. The results showed that the efforts of the Industrial Relations Unit in establishing harmonious working conditions at PT Telkom Indonesia Tbk have implemented the smart office method on the physical aspect. Meanwhile, on the social side, formal and informal stages are also carried out.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risza Nurseptiyandari
Abstrak :
Pekerja prekariat cenderung memiliki tingkat kondisi kerja yang rendah. Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa pekerja prekariat memiliki permasalahan terkait upah, keamanan kerja, waktu kerja, kontrak kerja, kekerasan simbolik, reproduksi keterampilan (skill), dan deskilling. Studi ini melihat permasalahan terkait reproduksi keterampilan (skill) pada pengemudi sepeda motor transportasi daring. Sementara itu, studi-studi lain juga menunjukkan bahwa reproduksi keterampilan (skill) erat kaitannya dengan kemampuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan mobilitas okupasional. Studi ini melihat bahwa proses reproduksi keterampilan (skill) tidak sepenuhnya menghilang dari kelompok pekerja prekariat dengan adanya berbagai usaha yang dilakukan oleh pekerja untuk mengembangkan keterampilan mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi dokumen, dan observasi. Adapun unit analisis penelitian ini adalah pengemudi transportasi daring roda dua di Kota Depok. ......Precariat workers tend to have low working conditions. Previous studies have shown that precariat workers have problems related to wages, job security, working time, work contracts, symbolic violence, reproduction of skills, and deskilling. This study looks at problems associated with the skill reproduction in online transportation motorbike drivers. Meanwhile, other studies also show that the reproduction of skills is closely related to improving life quality and occupational mobility. This study sees that the process of skill reproduction has not entirely disappeared from the precariat worker group with the various efforts made by workers to develop their skills. This study uses a qualitative approach with data collection methods through in-depth interviews, documents study, and observation. The unit of analysis for this research is the two-wheeled online transportation driver in Depok.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizma Afian Azhiim
Abstrak :

Penelitian ini mengkesplorasi persoalan paradoks tentang bagaimana ketimpangan standar perburuhan serta kondisi kerja antar negara di ASEAN dapat terjadi meskipun kondisi kerja yang adil dan layak telah diposisikan sebagai standar universal. Melalui pendekatan pascarukturalisme, penelitian ini fokus untuk memahami dua bentuk konstruksi realitas yaitu konstruksi tatanan perburuhan internasional, dan konstruksi tatanan ekonomi politik global dan regional ASEAN yang berkaitan dengan perdagangan, standar perburuhan, dan penciptaan kondisi kerja. Penelitian ini menemukan bahwa tata kelola penerapan konvensi-konvensi ILO merupakan persoalan mendasar yang mengkondisikan ketimpangan standar perburuhan antar negara. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak adanya standar perburuhan di dalam perjanjian perdagangan bebas antar negara ASEAN juga turut mengkondisikan ketimpangan standar perburuhan antar negara ASEAN semakin langgeng.


This research explores a paradox problem on how inequality of labor standards and working condition among ASEAN Nations could be existed even though a fair and decent working condition has been positioned as universal standard. Through post-structuralism approach, this research focuses on understanding two forms of reality construction, which are construction on international labor order and construction on global and ASEAN regional political economy order that related to trade, labor standards, and the creation of working condition. This research finds out that the governance on ILO conventions application is a basic matter which conditioned inequality on labor standards among nations. This research also finds that the absence of labor standards in the free trade agreement among ASEAN nations is also making the inequality of labor standards among ASEAN nations imperishable.

2019
T53085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frima Ulfa Agustina
Abstrak :
ABSTRAK
Sosialisasi keselamatan pasien telah dilakukan secara rutin oleh rumah sakit, namun pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikap keselamatan perawat masih belum optimal. Tujuan: Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keselamatan yang dimiliki oleh perawat. Metode: Penelitian kuantitatif dengan rancangan analitic-corelational dan pendekatan cross-sectional ini dilakukan pada 376 perawat yang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Instrumen penelitian terdiri dari kepuasan kerja, beban kerja, stress kerja, fungsi manajemen kepala ruangan, kondisi kerja, dan sikap keselamatan perawat. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen kepuasan kerja adalah 0,356-0,575 (Cronbach alpha's 0,724), beban kerja adalah 0,338-0,613 (Cronbach alpha's 0,736), stres kerja adalah 0,542-0,719 (Cronbach alpha's 0,756), fungsi manajemen kepala ruangan adalah 0,401-0,822 (Cronbach alpha's 0,760), kondisi kerja adalah 0,488-0,670 (Cronbach alpha's 0,767) dan sikap keselamatan adalah 0,300-0,827 (Cronbach's alpha 0,771) sehingga dikatakan valid dan reliabel. Hasil: Rata-rata perawat berusia 37 tahun, berjenis kelamin perempuan, masa kerja 12 tahun, jenjang karir PK II, berpendidikan DIII Keperawatan, bekerja di Unit Perawatan Intensif, bekerja 40 jam per minggu, kepuasan kerja sebesar 75,14%, pernah mengikuti pelatihan keselamatan pasien sebanyak 59,0%, memiliki beban kerja sebesar 69,41%, stres kerja sebesar 57,30%, kondisi kerja sebesar 76,00%, sikap keselamatan sebesar 80,46%, ada hubungan antara umur (p=0,001), pengalaman kerja (p=0,001), kepuasan kerja (p=0,001), jenis kelamin (p=0,025), jenjang karir perawat klinik (p=0,001), pelatihan keselamatan pasien (p=0,032), beban kerja (p=0,001), stres kerja (p=0,009), fungsi manajemen kepala ruangan (p=0,001), dan kondisi kerja (p=0,001) dengan sikap keselamatan perawat. Faktor yang paling mempengaruhi sikap keselamatan adalah beban kerja (Original Sample=-0,776), yang berarti setiap peningkatan beban kerja akan menurunkan 0,776 sikap keselamatan perawat. Kesimpulan: Ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pengalaman kerja, jenjang karir, kepuasan kerja, pelatihan keselamatan pasien, beban kerja, stres kerja, fungsi manajemen kepala ruangan, kondisi kerja dengan sikap keselamatan, dan faktor yang paling memengaruhi sikap keselamatan adalah beban kerja. Rekomendasi yang diberikan adalah rumah sakit harus memperhatikan kepuasan kerja, beban kerja, stres kerja, kondisi kerja perawat, dan mengoptimalkan peran dan fungsi kepala ruang untuk meningkatkan sikap keselamatan yang dimiliki perawat.
ABSTRACT
Patient safety socialization has been carried out routinely by the hospital, but the knowledge of nurses about patient safety which in turn will affect the safety attitude of nurses is still not optimal. Objective: To identify and analyze the factors that influence the safety attitudes of nurses. Methods: This quantitative research with an analytic-corelational design and cross-sectional approach was conducted on 376 nurses who were taken using purposive sampling method. The research instrument consisted of job satisfaction, workload, work stress, head nurses management function, working conditions, and nurses safety attitude. The results of the validity and reliability test of the job satisfaction instrument were 0.356-0.575 (Cronbach's alpha's 0.724), workload was 0.338-0.613 (Cronbach's alpha's 0.736), job stress was 0.542-0.719 (Cronbach's alpha's 0.756), head nurse's management function was 0.401-0.822 (Cronbach's alpha 0.760), working conditions are 0.488-0.670 (Cronbach's alpha's 0.767) and nurse' safety attitude is 0.300-0.827 (Cronbach's alpha 0.771), so it was valid and reliable. Results: The average nurse is 37 years old, female, work period 12 years, career path PK II, Diploma in nursing, works in the Intensive Care Unit, works 40 hours per week, job satisfaction is 75.14%, has attended safety training patients is 59,0%, have a workload of 69.41%, work stress is 57.30%, work conditions are 76.00%, safety attitudes are 80.46%, relationships among age (p=0,001), work experience (p=0,001), job satisfaction (p=0,001), gender (p=0,025), clinical nuses career path (p=0,001), patient safety training (p=0,032), workload (p=0,001), work stress (p=0,009), head nurse's management function (p=0,001), and working conditions (p=0,001) with nurses' safety attitude. The factor that most influenced nurses' safety attitude was workload (Original Sample=-0,776), results showed that an increase in workload, 0.776 times will reduce the nurses' safety attitude. Conclusion: There was a relationship between age, gender, work experience, clinical nuses career path, job satisfaction, patient safety training, workload, work stress, head nurse's management function, and working conditions with nurses' safety attitude. The hospital need to pay attention for nurses' job satisfaction, work load, work stress, working conditions, and had to optimizing the head nurse's management function to improve nurses' safety attitudes.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidar Lutfiyatur Rohmah
Abstrak :
Penelitian ini membahas kondisi kerja yang dialami oleh animator freelance dalam industri anime Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang kondisi kerja animator Jepang freelance serta menguraikan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh animator. Penelitian ini juga menganalisis persepsi animator Jepang freelance terhadap kerja afektif yang membuat mereka bertahan pada kondisi kerja yang rentan tereksploitasi. Teori eksploitasi dan affective labor digunakan dalam penelitian ini untuk mengkaji kondisi kerja animator freelance Jepang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat studi literatur dengan menggunakan data resmi yang diterbitkan oleh pemerintah Jepang, hasil survei lembaga, buku, artikel jurnal, video dan wawancara. Hasil studi menunjukkan bahwa kondisi kerja animator freelance dengan gaji yang rendah dan jam kerja yang panjang menjadi masalah utama bagi animator sejak tahun 1950-an hingga saat ini. Berbagai upaya perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah hingga organisasi non-profit untuk membantu animator. Namun, sulit bagi animator freelance untuk mendapatkan gaji yang sesuai dengan standar karena adanya sistem komite produksi. Selain itu, adanya perasaan afektif terhadap pekerjaan, membuat animator tetap bertahan dalam kondisi kerja yang rentan tereksploitasi. ......This study examines the working conditions experienced by freelance animators in the Japanese anime industry. This study aimed to analyze the working conditions of Japanese freelance animators and describe the efforts made to overcome the problems faced by animators. This study also examines the perceptions of Japanese freelance animators on affective work that makes them survive the working conditions vulnerable to exploitation. The theory of exploitation and affective labor is used in this study to examine the working conditions of Japanese freelance animators. This study uses a qualitative method of literature study using official data published by the Japanese government, results of institutional surveys, books, journal articles, videos, and interviews. The study results show that working conditions for freelance animators with low salaries and long working hours have been a significant problem for animators from the 1950s until today. The government and non-profit organizations have made various improvement efforts to help animators. However, it is difficult for freelance animators to get a standard salary because of the production committee system. The existence of an affective feeling towards work makes animators survive in working conditions that are vulnerable to exploitation.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>