Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Nadjib
Abstrak :
Pada penelitian ini dipelajari sifat mampu las baja API 5L-X65 yang merupakan salah satu jenis High Strength Low Alloy Steel (HSLA) menggunakan elektroda type OK 12.10 sedangkan fluksnya adalah type OK 10.70 (produk ESAB). Proses pengelasan dilakukan dengan las busur rendam dengan memvariasikan bentuk kampuh dengan besarnya masukan panas (dengan mengubah parameter arus dan tegangan). Dari penelitian ini harapkan akan didapat sifat mampu las baja API 5L-X65 ditinjau dari hubungan struktur mikro dengan sifat mekanis. Baja API 5L-X65 dilas dengan teknik proses Submerged Arc Welding (busur rendam), dengan jalan memvariasikan antara tiga bentuk kampuh (U, V dan Y) dengan masukan panas (parameter arus dan tegangan). Bila ditinjau dari struktur mikro, ketiga macam bentuk kampuh lasan diatas mempunyai struktur Widmanstatten dengan komposisi pada kampuh V = 90% ferit bentuk plat, bentuk kampuh Y sebesar 70% dan bentuk kampuh U sebesar 25%. Bila dihubungkan dengan harga kekuatan tumbuk maka lasan bentuk kampuh U mempunyai harga kekuatan tumbuk paling tinggi (85 Joule), sedangkan kampuh Y sebesar 49 Soule dan bentuk kampuh V hanya 40 Joule. Bila ditinjau dari hubungan antara besar diameter butir dengan distribusi kekerasan, terlihat bahwa daerah pertumbuban butir (d''2 = 27), daerah temper (d'''2 = 49) dan daerah rekristalisasi butir (d'''2 = 58) jika dihubungkan dengan harga distribusi kekerasan maka harga kekerasan untuk daerah rekristalisasi mempunyai harga yang paling tinggi 219,1 Hv, sedangkan daerah temper 207,2 Hv dan daerah pertumbuhan butir 192,2 Hv.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edyos Wyndu Saleppang Kila
Abstrak :
Material pipa baja karbon API 5L grade B dalam industri minyak dan gas banyak digunakan pada pipa penyalur dengan tekanan operasi dan suhu yang cukup tinggi, terutama pada jalur distribusi gas dan uap dimana saat operasionalnya sering terjadi kerusakan yang diakibatkan korosi. Penelitian ini dilakukan dengan analisis indeks korosi menggunakan metoda manajemen resiko terhadap pipa jalur distribusi gas pada area produksi gas berdasarkan nilai index sum dan menganalisis perilaku korosi sampel pipa API 5L Grade B berupa struktur mikro, perubahan sifat mekanik, dan perubahan komposisi kimia pada pipa yang terkorosi. Hasil memperlihatkan bahwa pipa API 5L grade yang digunakan sebagai jalur distribusi gas pada area produksi gas ditemukan adanya cacat atau kemunduran bahan pipa dan memiliki resiko pada skala medium (medium risk). Analisis komposisi kimia pada sample pipa API 5L grade B menunjukkan bahwa didalam bahan terdapat kandungan oksigen yang tinggi (range 20 ? 30 %) sebagai pembentuk besi oksida jika bereaksi dengan logam besi (Fe). ......Carbon steel pipe material API 5L grade B commonly used for distribution of gas and vapour high pressure and temperature pipeline in oil and gas industry, it is often happened of damage caused by corrosion process. This research has been performed by analyzed of corrosion index using risk management method at gas pipeline distribution in gas production area based on index sum value and results study for corrosion process of pipe API 5L grade B sample has been developed of microstructure, mechanic denaturing, and change of chemical composition at pipe corrosion. Result is showing that pipe API 5L grade applied as distribution line of gas at production gas area is found existence of deformity or deterioration of pipe material and has risk at medium scale (medium risk). Chemical composition analysis at pipe sample API 5L grade B indicates that in material there is high oxygen content (range 20 - 30 %) as iron oxide former if reacts with iron metal (Fe).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T26409
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maryorie Rosye Ngantung
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katili, Sari
Abstrak :
Pengujian relaksasi-tegangan tarik adalah pengujian yang bertujuan untuk melihat ketahanan (performance) suatu bahan terhadap pengaruh waktu dan temperatur. Pengujian ini termasuk satu "rumpun" dengan pengujian creep.

Pengujian relaksasi-tegangan tarik pada PC (Prestressed Concrete) Wire bertujuan untuk melihat pengaruh pengujian relaksasi-tegangan tarik terhadap PC Wire diameter 7 mm yang diproduksi di Indonesia.

Hasil penelitian secara mikro dengan pendekatan terhadap grafik distribusi kekerasan bahan, terlihat gejala perilaku deformasi elastis-plastis yaitu adanya pengaruh kerapatan dislokasi dan deformasi elastis-plastis. Dan hasil perlakuan anil stress-relieve akan memperlambat kecepatan relaksasi tegangan. Pada komposisi kimia, dimana pengaruh unsur Mn dan Si memperlambat kecepatan relaksasi tegangan. Sedangkan pengaruh unsur S dan P memberikan efek yang sebaliknya.

Produksi PC Wire yang dibuat di Indonesia didapatkan hasil bahwa PC Wire PT I memiliki kecepatan relaksasi-tegangan yang rendah di banding dengan PT S untuk diameter 7 mm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Pinem, Nalsali
Abstrak :
Bentonit yang diteliti disini adalah bentonit yang dipakai sebagai bahan dasar dari lumpur pemboran sumur-sumur minyak, gas atau geothermal. Bentonit yang selama ini digunakan pada kegiatan pemboran adalah Na-Bentonit yang diimpor dari Wyoming, Amerika Serikat. Program penelitian ini mencoba merubah Ca-Bentonit lokal menjadi Na-Bentonit dengan Proses Ion Exchange, sehingga Bentonit lokal dapat mendekati sifat-sifat Bentonit impor, dan dapat dipakai disetiap operasi pemboran sumur-sumur minyak dan gas bumi di Indonesia. Hasil yang dicapai dari penelitian ini cukup menggembirakan dari metode yang dipakai, yakni dengan metode menghisap atau menekan larutan melewati filter dari hasil proses ion exchange pada pencampuran bentonit-air-Na2 EDTA dan Na OH. Ternyata kandungan Ca yang dapat dikeluarkan sangat menggembirakan, yakni rata-rata hampir 90 %. Akan tetapi unsur Na juga ikut keluar dari endapan Bentonitnya yakni rata-rata 42 %. Untuk mengatasi hal ini Campuran Bentonit dengan Na-EDTA tersebut dijenuhi dengan Na dengan menambahkan Na-OH. Dari hasil pemeriksaan analisa kimia dengan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) ternyata unsur Ca-nya telah terusir sedang unsur Na nyapun telah masuk kedalam Bentonit. Banyaknya kandungan Ca yang dapat dikeluarkan dari basal plane bentonit lokal rata-rata diatas 90% dan unsur Na yang dapat dimasukkan kedalam basal plane bentonit lokal berkisar antara 120% sampai 1367% dari banyaknya kandungan Na di basal plane mula-mula. Dengan demikian yang tadinya berupa Ca-Bentonit telah berubah menjadi Na-Bentonit. Untuk lebih menyakinkan apakah unsur Ca-nya telah keluar dari Bentonit dan telah berubah menjadi Na-Bentonit dilakukan pengukuran dengan XRD (X Ray Difractometer) dan DTA (Differential Thermal Analysis). Jarak antara basal plane (d) hasil pengukuran XRD Bentonit Boyolali ialah sebesar 15A° sebelum mengalami perlakuan dan sebesar 12,9A° setelah mengalami perlakuan. Hal ini sesuai dengan d dari Ca-bentonit sebesar 15,2A° dan d dari Na-bentonit sebesar 12,8A°. Demikian juga ternyata sebagian Bentonit lokal setelah mengalami perlakuan dapat memenuhi performance yang diingini sebagai lumpur bor, yakni besar viskositas semu (Appearant Viscocity) sekitar 16 Cps (syarat minimum =15 Cps), swellingnya sekitar 7 (syarat minimum = 5), plastis viscosity sekitar 8 (syarat minimum = 8) dan tapisan sekitar 13,5 (syarat maksimum = 15).
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andriawan Dwi Putra
Abstrak :
Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan salah satu jenis pengelasan tipe las busur listrik (Arc Welding) yang banyak digunakan dalam industri karena aplikasinya yang luas dan stabilitas proses yang baik. Namun kekurangan utama dalam pengelasan TIG adalah sulitnya mendapatkan penetrasi yang dalam pada pengelasan TIG single pass untuk pelat-pelat tebal diatas 6mm. Metode pengelasan dengan fluks atau A-TIG welding pertama kali dikembangkan di Paton Welding Institute pada 1960, metode ini mampu menghasilkan penetrasi yang lebih dalam dibandingkan dengan pengelasan TIG konvensional. Pada penelitian ini, dilakukan proses pengelasan pada Baja Tahan Karat SUS 304 dengan metode pengelasan Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG). Pengelasan dilakukan tanpa logam pengisi (autogenous). Fluks yang digunakan yaitu SiO2, TiO2, dan NSN308. Pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan struktur mikro dan komposisi kimia pada daerah lasannya. Pengujian struktur mikro dilakukan dengan metode metalografi pada hasil pengelasan dengan menggunakan mikroskop optik sementara pada pengujian komposisi kimia dilakukan dengan metode Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). Dari hasil pengujian metalografi ditemukan bahwa terjadi peningkatan jumlah δ-ferrite pada daerah weld metal dari semua pengelasan yang menggunakan fluks sementara pada daerah HAZ dan logam induk struktur mikro menunjukan butir austenite yang lebih halus jika dibandingkan dengan pengelasan yang dilakukan tanpa fluks. Komposisi kimia pada weld metal dari semua jenis pengelasan tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan pada kandungan unsur kimia. ......Tungsten Inert Gas (TIG) welding is a type of electric arc welding that is widely used in industry because of its wide application and good process stability. However, the main disadvantage of TIG welding it is difficult to get deep penetration in single pass welding for plates over 6mm thick. Flux or A-TIG welding method was first developed at Paton Welding Institute in 1960, this method is capable to produce deeper penetration compared to conventional TIG welding. In this study, the welding process was carried out on SUS 304 Stainless Steel by using Activated Flux Tungsten Inert Gas (A-TIG) welding method. Welding was carried out without filler metal (autogenous). Fluxes used are SiO2, TiO2, and NSN308. Tests carried out to obtain the microstructure and chemical composition of the weld area. Microstructure testing was carried out by metallography using an optical microscope while chemical composition testing was done by Energy-dispersive X-ray spectroscopy (EDS). From the results of metallographic testing it was found that an increase in the amount of δ-ferrite in the weld metal region of all welding using flux, while in the HAZ and the base metal micro structure showed finer grain of austenite compared to welding carried out without flux. The chemical composition of weld metal of all types of welding does not show any significant difference in the content of chemical elements.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Jatra Muda K.
Abstrak :
Peningkatan kebutuhan listrik yang mencapai 8% lebih pertahun berdampak pada unit pelaksanaan harian Perusahaan Listrik Negara. Proses penambahan pasokan listrik perlu dilakukan. Selain itu proses perawatan fasilitas pembangkit listrik yang telah ada harus dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terhambatnya pasokan listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap di Cilegon memasok sekitar 11,36% kebutuhan listrik Pulau Jawa dan Bali. PLTGU Cilegon berdiri di atas tanah dengan kandungan sulfur dan klor tinggi. Oleh karena itu, evaluasi korosivitas tanah jenis ini perlu untuk dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian korosi pada fasilitas PLTGU Cilegon tersebut. Evaluasi tanah dilakukan pada jaringan pipa gas yang berasal dari Pulau Pabelokan. Lokasi pengambilan berada pada kedalaman 1 meter di bawah permukaan tanah. Pengambilan sampel dilakukan pada sembilan titik sepanjang jaringan pipa. Parameter yang dipergunakan untuk evaluasi ini mencakup resistivitas tanah, pH, potensial korosi, dan komposisi kimia tanah. Hasil yang didapat memiliki kecenderungan tingkat korosivitas yang tinggi di daerah tersebut. Laju korosi berada pada kisaran 0,12-0,18 mm/tahun. Hal ini diperkirakan terjadi akibat rendahnya resistivitas dan tingginya kadar anion pada tanah tersebut. Kadar sulfur dan klor mencapai kisaran 1,99% dan 2,96%. Penelitian mendapatkan bahwa parameter yang sangat mempengaruhi korosivitas tanah di daerah tersebut adalah komposisi kimia tanah. Parameter ini dapat dilakukan apabila terjadi anomali terhadap data resisitivitas pada range pH antara 5-8,5 sehingga komparasi data akan sangat berbeda dengan standar. ......Increased demand for electricity reaches 8% more per unit were impacted on the daily execution of the Perusahaan Listrik Negara. The process of adding power supply needs to be done. In addition the facility maintenance of existing power plants should be done to reduce the possibility of delays in the supply of electricity. Gas Fired Power Plant in Cilegon approximately 11.36% to supply the electricity needs of Java and Bali. PLTGU Cilegon standing on the ground with a high content of sulfur and chlorine. Therefore, evaluation of soil corrosiveness of this type needs to be done to reduce the impact of the loss of corrosion on the Cilegon PLTGU facility. Land evaluation is done on gas pipelines coming from Pabelokan Island. Location-making is at a depth of 1 meter below ground level. Sampling was carried out at nine points along the pipeline. The parameters used for this evaluation include soil resistivity, pH, corrosion potential, and the chemical composition of the soil. The results obtained have high corrosivity level trends in the area. The corrosion rate in the range of 0.12 to 0.18 mm / year. It is estimated to occur due to low resistivity and high levels of anions in the soil. Sulfur and chlorine levels reach the range of 1.99% and 2.96%. The research found that the parameters that greatly affect the corrosiveness of land in the area is the chemical composition of the soil. These parameters can be done if there is an anomaly to the data resistivity at a pH range between 5 to 8.5 so that comparative data will be very different from the standard.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S61274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julian Restudy
Abstrak :
Baja HSLA dan baja karbon rendah merupakan jenis baja yang banyak diaplikasikan pada bidang konstruksi maupun otomotif dimana keuletan dan ketangguhan yang baik sangat dibutuhkan. Adanya penambahan sejumlah kecil (0,15%) unsur paduan tertentu pada baja HSLA yang menghasilkan sifat mekanis yang baik melalui penguatan presipitat dan penghalusan butir menyebabkan baja ini lebih unggul dari baja karbon rendah biasa. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari sejauh mana komposisi kimia mempengaruhi morfologi ferit yang terbentuk pada baja HSLA dibandingkan baja karbon rendah yang akan berpengaruh pada sifat mekanis akhir serta ketahanan korosinya. Benda uji yang digunakan yaitu, baja HSLA 0,029% Nb dan baja karbon rendah yang dipanaskan ulang pada temperatur 1200 °C dengan waktu tahan 1 jam dengan pencelupan air. Perlakuan pemanasan ulang sampai pada temperatur 1200 °C dengan waktu tahan 1 jam dengan pencelupan air akan menyebabkan berubahnya morfologi ferit dari baja HSLA maupun baja karbon rendah. Perubahan morfologi dari ferit ini akan menyebabkan sifat mekanis dan ketahanan korosi dari baja HSLA dan baja karbon rendah mengalami perubahan yang antara lain dipengaruhi oleh adanya transformasi fasa serta bertambah besarnya diameter butir ferit. Pemanasan pada temperatur 1200 °C dengan waktu tahan yang cukup lama (1 jam) menyebabkan meningkatnya migrasi atom pada batas butir melalui proses difusi sehingga ukuran butir akan bertambah besar yang nantinya akan mempengaruhi sifat ketahanan korosinya. Perlakuan pemanasan ulang dengan pendinginan yang cepat menyebabkan terbentuknya lath martensit serta struktur widmanstatten ferit pada mikrostruktur baja HSLA. Berbeda dengan baja karbon rendah yang tetap memiliki struktur ferit namun ukuran butirnya tidak seragam pada mikrostrukturnya. Pemanasan ulang menghasilkan ukuran butir ferit yang lebih besar dari sebelumnya serta meningkatkan ketahanan korosi dari baja dengan baja HSLA memiliki ukuran butir ferit yang lebih besar dan ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan dengan baja karbon rendah biasa.
HSLA steel and low carbon steel has a good ductility and toughness which is needed in constructional and automotive aplication. Additional small number (0,15%) of certain alloy on HSLA steel increasing it mechanical properties, by precipitation strenghtening and grain refinement, to better than normal low carbon steel. This research is done to study the comparison of influence chemical composition to ferrite morphology that occur after isothermal process on HSLA steel and low carbon steel and their corrosion resistant. Sample is HSLA 0,029% Nb and low carbon steel (0,15% C), reheating at isothermal temperature 1200 °C, with about 1 hour, with water quenching. Reheating at isothermal temperature 1200 °C, with holding time about 1 hour, with direct water quenching cause the transformation of ferrite morphology of both HSLA steel and low carbon steel that influence the change of mechanical and corrosion properties. The change of mechanical and corrosion properties influenced by increasing the ferrite grain size and also the phase transformation of steel. High temperature of reheat (1200 °C) and long holding time (1 hour) enhance the atom migration on grain boundary so that the austenit grain size growing larger and as result the ferrite grain size is larger. High reheating temperature with rapid cooling cause the lath martensite and widmanstatten ferrite formed on microstructure of HSLA steel. On the other hand, there is no phase transformation changing on low carbon steel, it still has ferrite with rough grain size. Reheating process will increase both the ferrite grain size and corrosion resistant of steel with HSLA steel has larger the ferrite grain size and better corrosion resistant than low carbon steel.
2008
S41679
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Halwan Jaya
Abstrak :
Hasil fabrikasi pipa-pipa baja karbon rendah dalam satu standar produk dari beberapa produsen hanya disesuaikan terhadap persyaratan sifat mekanis seperti tegangan luluh, kekuatan tarik dan komposisi kimia sesuai grade standar produk. Kriteria seperti ini memungkinkan variasi yang berbeda terhadap komposisi kimia dan struktur mikro, dimana variasi itu mampu mempengaruhi ketahanan korosi bahan. Penelitian ini menggunakan dua sampel material pipa yang berasal dari produsen berbeda. Untuk itu, dilakukan pengujian laju korosi, komposisi kimia, metalografi dan karakterisasi produk korosi. Hasil pengujian menunjukan bahwa laju korosi kedua sampel tersebut berbeda. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan struktur mikro dimana kadar perlit pada kedua sampel berbeda. Sampel A dengan kadar perlit yang lebih tinggi memiliki ketahanan korosi yang lebih rendah daripada sampel B karena adanya efek galvanik mikro antara ferit dan sementit pada mikrokonstituen perlit. Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin tinggi kadar perlit maka semakin rendah ketahanan korosinya. Selain itu, terdapat perbedaan pada kadar komposisi kimia tingkat unsur paduan kecil seperti sulfur, mangan, kromium, dan tembaga yang boleh ditambahkan pada baja. Namun demikian, perbedaan kadar paduan tersebut tidak begitu menentukan karena kadar paduan yang ditambahkan sangat rendah. ......Results fabrication of low carbon steel pipes that include in one standard product from several manufacturers only adapted to the requirements of the mechanical properties such as yield stress, tensile strength and chemical composition according to the grade of product standard. That criteria allows the variation of chemical composition and microstructure, where the variation that can influence the corrosion resistance of the material. This study used two samples of pipe materials originating from different manufacturers. For that, the rate of corrosion testing, chemical composition, metallography and characterization of corrosion products are tested. The test results showed that the corrosion rate of the two samples are different. This difference is attributed to differences in the microstructure where the pearlite content in the two different samples. Samples A with higher levels of pearlite have a lower corrosion resistance than samples B due to micro-galvanic effect between ferrite and cementite in pearlite microconstituent. The results show that the higher levels of pearlite have lower corrosion resistance. In addition, there are differences in the levels of the chemical composition of small levels of alloying elements such as sulfur, manganese, chromium, and copper may be added to the steel. However, differences in levels of these alloys is not so decide because the levels are very low alloy added.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S659
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>