Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Kusumaningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian berjudul ?Komponen Makna ?Panas‟ dalam Bahasa Jawa? ini bertujuan untuk menemukan komponen makna umum, komponen makna pembeda, dan hubungan komponen makna dengan kehidupan masyarakat Jawa. Data yang digunakan diperoleh dari Majalah Panjebar Semangat tahun 2011-2015. Penelitian ini menerapkan teori analisis komponen makna yang diutarakan oleh Eugene A. Nida dalam Componential Analysis of Meaning (1975) dan teori fungsi bahasa oleh Gobard (1976). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini ditemukan 20 kata bermakna ?panas‟ dalam bahasa Jawa. Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan 1 komponen makna umum dan 50 komponen makna pembeda. Selain itu dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat Jawa, kata bermakna ?panas‟ memiliki fungsi vernakular (bahasa komunikasi sehari-hari) dan referensial kultural (acuan budaya). Komponen makna dan fungsi kata bermakna ?panas‟ menunjukkan bahwa orang Jawa: 1) Mendetil, 2) Kehidupannya dekat dengan alam, 3) Mengutamakan hidup selaras dengan sesamanya.
ABSTRACT
The research aims to find common components, diagnostic components, and shows relationship of components of meaning to the life of Javanese people. This research used data from Panjebar Semangat Magazine in 2011-2015. The theory that is used was written by Eugene A. Nida in Componential Analysis of Meaning (1975) and by Gobard in L?alliénation Linguistique (1976). The method that is used in this research is descriptive method. This research found 20 Javanese words that have ?hot‟ meaning. Based on the analysis, there are one common component which is ?hot‟ and 50 diagnostic components. Moreover, those 20 ?hot‟ words have vernacular (daily communication) and cultural reference functions. The components and their functions show that the Javanese people are: 1) detailed, 2) closed to nature, 3) prioritized their life in harmony with each other.
2016
S65179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ribka Gloria
Abstrak :
[ ABSTRAK
Skripsi ini memaparkan kosakata dalam bahasa Kanak secara morfologis dan semantis. Dari aspek linguistik, penelitian ini bertujuan untuk memahami etimologi sebuah kata serta mengurai komponen makna dalam dongeng berbahasa Kanak Rotkäpschem. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berfokus pada unsur pembentuk kata serta teori semantik bahasa Jerman untuk lebih spesifiknya melihat komponen makna dalam teks. Dari hasil analisis 12 kosakata bahasa Kanak (korpus data), ditemukan bahwa bahasa Kanak atau Kanak Sprache memang merupakan gabungan dari bahasa Turki dan Bahasa Jerman. Namun dominasi bahasa Jerman begitu terasa baik dari segi morfologis maupun semantis.
ABSTRACT This thesis examines the vocabulary of Kanak language morphologically and semantically. From the aspect of linguistics, the study aims to understand the etymology of a word and the meaning components in a modern fairy tale titled Rotkäpschem. The research is conducted qualitatively and focused on word-forming elements and semantic theory in German language. The result of the analysis reveals that from the analysis of 12 words (corpus of data), it was found that Kanak languange or Kanak Sprache indeed a combination of Turkish and German, but the dominance of the German language is much less pronounced in terms of both morphological and semantic. ;This thesis examines the vocabulary of Kanak language morphologically and semantically. From the aspect of linguistics, the study aims to understand the etymology of a word and the meaning components in a modern fairy tale titled Rotkäpschem. The research is conducted qualitatively and focused on word-forming elements and semantic theory in German language. The result of the analysis reveals that from the analysis of 12 words (corpus of data), it was found that Kanak languange or Kanak Sprache indeed a combination of Turkish and German, but the dominance of the German language is much less pronounced in terms of both morphological and semantic. ;This thesis examines the vocabulary of Kanak language morphologically and semantically. From the aspect of linguistics, the study aims to understand the etymology of a word and the meaning components in a modern fairy tale titled Rotkäpschem. The research is conducted qualitatively and focused on word-forming elements and semantic theory in German language. The result of the analysis reveals that from the analysis of 12 words (corpus of data), it was found that Kanak languange or Kanak Sprache indeed a combination of Turkish and German, but the dominance of the German language is much less pronounced in terms of both morphological and semantic. ;This thesis examines the vocabulary of Kanak language morphologically and semantically. From the aspect of linguistics, the study aims to understand the etymology of a word and the meaning components in a modern fairy tale titled Rotkäpschem. The research is conducted qualitatively and focused on word-forming elements and semantic theory in German language. The result of the analysis reveals that from the analysis of 12 words (corpus of data), it was found that Kanak languange or Kanak Sprache indeed a combination of Turkish and German, but the dominance of the German language is much less pronounced in terms of both morphological and semantic. ;This thesis examines the vocabulary of Kanak language morphologically and semantically. From the aspect of linguistics, the study aims to understand the etymology of a word and the meaning components in a modern fairy tale titled Rotkäpschem. The research is conducted qualitatively and focused on word-forming elements and semantic theory in German language. The result of the analysis reveals that from the analysis of 12 words (corpus of data), it was found that Kanak languange or Kanak Sprache indeed a combination of Turkish and German, but the dominance of the German language is much less pronounced in terms of both morphological and semantic. ;This thesis examines the vocabulary of Kanak language morphologically and semantically. From the aspect of linguistics, the study aims to understand the etymology of a word and the meaning components in a modern fairy tale titled Rotkäpschem. The research is conducted qualitatively and focused on word-forming elements and semantic theory in German language. The result of the analysis reveals that from the analysis of 12 words (corpus of data), it was found that Kanak languange or Kanak Sprache indeed a combination of Turkish and German, but the dominance of the German language is much less pronounced in terms of both morphological and semantic. , This thesis examines the vocabulary of Kanak language morphologically and semantically. From the aspect of linguistics, the study aims to understand the etymology of a word and the meaning components in a modern fairy tale titled Rotkäpschem. The research is conducted qualitatively and focused on word-forming elements and semantic theory in German language. The result of the analysis reveals that from the analysis of 12 words (corpus of data), it was found that Kanak languange or Kanak Sprache indeed a combination of Turkish and German, but the dominance of the German language is much less pronounced in terms of both morphological and semantic. ]
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Beviannisa Putri
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan sinonimi kata kanshin dan kyoomi berupa persamaan dan perbedaan keduanya dalam kalimat bahasa Jepang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan analisis komponen makna, metode subtitusi, dan kuesioner. Berdasarkan pencermatan terhadap masing-masing lima data yang mengandung kata kanshin dan kata kyoomi, diperoleh persamaan makna lsquo;hal yang secara khusus menarik perhatian rsquo;. Selain itu, diperoleh tiga perbedaan konteks penggunaan kedua kata tersebut, yakni i perbedaan berdasarkan sifat, ii perbedaan berdasarkan subjek, dan iii perbedaan berdasarkan nuansa. ...... The purpose of this research is to explain synonymy between noun kanshin and kyoomi which are their similarities and differences in Japanese sentences. This research is based on qualitative research, use compositional analysis and substitution method along with questionnaire. Scrunity toward respectively five data containing noun kanshin and kyoomi obtained similarity on component meaning 'things that attract spesifically' and differences which are i difference based on the nature of noun, ii difference based on the subject, and iii difference based on the nuance.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cokorda Gde Angga Indra Pratama
Abstrak :
Penelitian ini membahas komponen makna cerdas dan pintar dalam bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI digunakan sebagai korpus data dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komponen makna cerdas dan pintar, dan relasi makna dari cerdas dan pintar. Teori yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain teori makna yang berdekatan, teori komponen makna, dan teori relasi makna digunakan untuk tercapainya tujuan tersebut. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa cerdas memiliki 25 komponen makna, sedangkan pintar memiliki 39 komponen makna. Dari komponen makna ini diperoleh relasi makna antara cerdas dan pintar, yaitu relasi makna sinonim dekat. ......This research analyze component meaning of cerdas and pintar in Indonesian language. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI is used as corpus data in this research. The aim of this research is to determine component meaning of cerdas and pintar, and to determine semantic relation between cerdas and pintar. To reach the objectives of the research, the researcher used component meaning theory, and semantic relation theory. The result of this research showed that cerdas has 25 component meaning while pintar has 39 component meaning. The result also showed that semantic relation between cerdas and pintar is a close synonym relation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Pratiwi
Abstrak :
Di dalam teks berita banyak ditemukan verba dalam makna ‘memberikan informasi’. Verba ini berada dalam medan makna yang sama dan seringkali menimbulkan pengertian yang serupa. Pada penggunaannya di dalam kalimat, variasi verba ini tidak hanya berfungsi untuk memperkaya kosakata dan keindahan diksi saja, namun juga dapat memperlihatkan fungsinya tersendiri di dalam kalimat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Chaer (2012) yang mengatakan bahwa pada ujaran atau kata yang bersinonim maknanya tidak akan sama persis. Artinya, masing-masing kata mempunyai peran dan fungsinya sendiri dalam memberikan makna di dalam kalimat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat lebih jauh relasi makna diantara verba yang berada dalam satu medan makna yang sama khususnya verba menyatakan dan mengatakan. Relasi makna yang diamati adalah persamaan dan perbedaan diantara verba-verba tersebut dengan melihat kolokat yang menyertainya. Kolokat yang mendampingi verba dapat memberikan gambaran tentang pola penggunaan suatu verba di dalam kalimat. Penelitian ini melibatkan penggunaan aplikasi berbasis korpus dengan tema ‘Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo’ dan Korpus Leipzig Corpora Collecion News 2020. Hasil akhir menunjukkan dari tiga puluh berita yang terbit, ditemukan empat belas verba dengan pola kolokat yang berbeda-beda. Verba mengatakan dan menyatakan juga dapat dibedakan berdasarkan kolokat dengan kelas kata verba, nomina dan frasa pronomina. ......There are many variations of verb in the meaning of 'providing information’ in the news text. The verbs in the same meaning field often creates similar meanings from one to another. In sentences, these variation of verbs not only functioned to enrich the vocabulary and the beauty of dictions but also can show its function in sentences. It’s relevant with the utterances that the words of synonymous are never have the same meaning. It means, each word has its role and function in giving meaning to a sentence. This research was conducted to look further at the relationship of meaning between verbs which are in the same meaning field especially the verbs of mengatakan and menyatakan. The meaning relations which observed are the similarities and differences between these verbs by looking at the collocate that comes after those verbs. This research using a corpus-based application with the theme 'Reconstruction of the Murder of Brigadier J by Ferdy Sambo' and LCC. The final results show that out of thirty published reports, fourteen variations of the verb have different collocate patterns. The verbs of mengatakan and menyatakan can also be differentiated based on the collocation class of verbs, nouns and pronoun phrases.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziyah Yasmin
Abstrak :
Leksem guò dalam bahasa Mandarin merupakan salah satu leksem yang memiliki beberapa makna yang masih saling berhubungan. Keterhubungan antarmakna tersebut disebabkan karena beberapa komponen makna yang dikandung dalam makna-makna leksem guò masih sama. Selanjutnya, leksem guò akan bergabung dengan leksem lain membentuk kata majemuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangan komponen makna leksem guò dalam kata majemuk yang diawali dengan leksem guò. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, 7 makna leksem guò dan 14 kata majemuk yang mengandung leksem guò dalam kamus Xiandai Hanyu Cidian (2016) edisi ke-7 dianalisis komponen maknanya dengan menggunakan teori Analisis Komponen Makna oleh Nida (1975) dan selanjutnya dipaparkan secara deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa sumbangan makna leksem guò kepada 14 kata majemuk yang mengandung leksem guò adalah [+perbuatan], [+pindah], dan [+perubahan keadaan]. ......Leksem guò dalam bahasa Mandarin merupakan salah satu leksem yang memiliki beberapa makna yang masih saling berhubungan. Keterhubungan antarmakna tersebut disebabkan karena beberapa komponen makna yang dikandung dalam makna-makna leksem guò masih sama. Selanjutnya, leksem guò akan bergabung dengan leksem lain membentuk kata majemuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangan komponen makna leksem guò dalam kata majemuk yang diawali dengan leksem guò. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, 7 makna leksem guò dan 14 kata majemuk yang mengandung leksem guò dalam kamus Xiandai Hanyu Cidian (2016) edisi ke-7 dianalisis komponen maknanya dengan menggunakan teori Analisis Komponen Makna oleh Nida (1975) dan selanjutnya dipaparkan secara deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa sumbangan makna leksem guò kepada 14 kata majemuk yang mengandung leksem guò adalah [+perbuatan], [+pindah], dan [+perubahan keadaan].
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Ayu Everina
Abstrak :
Verba dire memiliki cakupan komponen makna yang luas, sehingga terdapat berbagai verba yang berelasi semantis dengan verba ini. Hal tersebut menyebabkan adanya kemungkinan penggunaan verba yang tidak tepat untuk menjelaskan suatu suatu gagasan, ide, perasaan, sehingga akan menimbulkan ambiguitas dan kekeliruan. Bertolak dari hal tersebut, penelitian ini membahas persamaan dan perbedaan komponen makna yang terkandung dalam verba-verba berunsur makna dire yang dianalisis menggunakan teori analisis komponen makna Leech (1981) dan Nida (1975). Verba-verba berunsur makna dire yang merupakan data penelitian diperoleh dari kamus daring Larousse.fr dan dikaji menggunakan metode kualitatif dengan studi kepustakaan. Setelah ditelusuri, ditemukan sejumlah 49 verba berunsur makna dire yang kemudian dikelompokkan berdasarkan komponen yang sama. Ditemukan bahwa verba berunsur makna dire dapat digolongkan sebagai verba menceritakan, berdialog, membacakan, menyuruh, mengartikulasikan, mempublikasikan, menginformasikan, respons terhadap perkataan/tindakan, mengungkapkan, dan menegaskan. Sketch engine membantu menemukan komponen minimum dan menunjukkan penggunaan verba dalam konteks. Perbedaan penggunaannya terletak pada beberapa komponen yang dikandung: cara melakukan aktivitas bersuara misalkan mengartikulasi, berdialog, menginformasikan; urgensi tindakan dire misalkan yang terdapat dalam menyuruh, dan tanggapan atas tindakan atau perkataan, objek verba misalkan dongeng, kisah imajiner, ataupun fakta; isi pembicaraan yang dilakukan misalkan fakta, rahasia, gagasan, pikiran; cara mengungkapkan misalkan spesifik, detail, tepat ......Verbs dire have a wide range of semantic feature. Therefore there are various verbs that are semantically related to this verb. This results in the probability of using verbs that are not correct to describe a concept, idea, or feeling, hence it will cause ambiguity and error. On the contrary, this study discusses the similarities and differences in semantic features contained in dire verbs with an analysis using Leech's (1981) and Nida's (1975) theory of semantic feature. Verbs with dire meaning are research data obtained from the online dictionary Larousse.fr and analyzed using qualitative methods with literature study. There were 49 verbs with dire meaning which were then grouped according to the same components. It was found that the verbs can be classified as telling, dialogue, reading, ordering, articulating, publishing, informing, responding to words or actions, expressing, and affirming. Sketch engine has helped to find the minimum component and shows the verb usage in context. The difference in the use lies in the several components it contains: how to do audible activities, for example articulating, having dialogue, informing; the urgency of dire action, for instance what is contained in ordering and responding to an action or words, verb objects like fairy tales, imaginary stories, or facts; the contents of the discussion, such as facts, secrets, ideas, and thoughts; the way of expressing that is specific, detailed, and precise.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Maurilla
Abstrak :
Terdapat banyak kosakata bahasa Jepang yang memiliki makna lebih dari satu namun makna-makna tersebut masih saling berhubungan yang disebut sebagai polisemi (多義語; tagigo). Verba wakaru merupakan salah satu contoh kata berpolisemi. Adanya perbedaan pada makna verba wakaru sering menimbulkan kesalahan dalam penerjamahan ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap berbagai makna pada verba wakaru. Penelitian ini berfokus pada komponen makna pada verba wakaru. Data penelitian diambil dari drama Jepang periode tahun 2015-2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa verba wakaru sebagai polisemi memiliki tujuh buah makna dan setiap makna mengandung komponen makna yang berbeda, yaitu `pemahaman terhadap suatu hal`, `sesuatu hal menjadi jelas`, `rasa empati`, `pernyataan setuju`, `mengetahui informasi`, `mengerti apa yang diucapkan`, `mengenali seseorang`. Selain dapat dijelaskan dengan kata `tahu` dan `paham`, verba wakaru juga dapat dijelaskan dengan kata `mengenali`, `berempati`, dan juga kata `setuju` tergantung pada komponen makna yang dikandungnya.
There are many Japanese vocabularies that have more than one meaning but the meanings are still interconnected which is called polysemy (多 義 語; tagigo). Verb wakaru is an example of the word that polysemics. Differences in the meaning of verb wakaru often lead to errors in translation into Indonesian. Therefore, research needs to be done on various meanings on verb wakaru. This research focuses on the meaning components of meaning in verb wakaru. The research data was taken from Japanese drama period 2015-2019. The research method used is a qualitative method. The results showed that verb wakaru as polysemics had seven meanings and each meaning contained different meaning components, namely `understanding of something`, `things become clear`, `empathy`, `statement of agreement`, `know some information`, `understand what is said`, `recognize someone`. Besides being able to be explained with the words 'know' and 'understand', wakaru verbs can also be explained with the words 'recognize', 'empathize', and also the word 'agree' depends on the meaning components contained.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rofi Annur Fatimah
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis makna kata `ikhlas` dan `rida` dalam Alquran yang dilatarbelakangi hasil pengamatan penulis di masyarakat dalam penggunaan kata ikhlas dan rida. Dalam masyarakat kata ikhlas dan rida digunakan untuk menyatakan rasa rela terhadap sesuatu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis komponen makna yang dikemukakan oleh Eugene Nida pada tahun 1975. Dalam bukunya yang berjudul Componential Analysis of Meaning: An Introduction to Semantic Structures, Eugene Nida menyatakan terdapat tiga bentuk komponen makna, ketiga komponen makna tersebut adalah komponen makna umum, komponen pembeda, dan komponen pelengkap. Dalam melakukan analisis komponen makna terdapat 4 langkah, yaitu: penamaan, parafrasa, pendefinisian, dan terakhir adalah pengklasifikasian. Hasil dari penelitian ini adalah komponen makna umum dari ikhlas adalah `keikhlasan`, komponen makna umum dari rida adalah `rela`, komponen makna pembeda dari ikhlas adalah `ketulusan`, `kejujuran`, `keterbukaan`, dan `kesetiaan`, komponen makna pembeda dari rida adalah `persetujuan`, `kesenangan`, `kepuasan`, `penerimaan`, `sanki`, dan `perdamaian`. `Ikhlas` adalah aktivitas yang dilakukan manusia hanya untuk Allah dan agama-Nya. `Rida` adalah aktivitas yang dilakukan manusia kepada Allah, agama, dan sesama manusia.
This study analyzes the meaning of the words `ikhlas`  and `rida` in the Alquran which is based on the writer`s observations in the community in the use of the words `ikhlas` and `rida`. In society the words `ikhlas` and `rida` are used to express a feeling of willingness to something. This research was conducted using the meaning component analysis method proposed by Eugene Nida in 1975. In his book entitled Component Analysis of Meaning: An Introduction to Semantic Structures, Eugene Nida states that there are three forms of meaning components, the three components of meaning are general meaning components, distinguishing components, and complementary components. In analyzing the meaning components, there are 4 steps, namely: naming, paraphrasing, defining, and finally classifying. The results of this study are the components of the general meaning of “ikhlas” are `sincerity`, the component of the general meaning of `rida` is `willing`, the components of the distinguishing meaning of `ikhlas` are `sincerity`, `honesty`, `openness`, and `loyalty`, the components of the distinguishing meaning of `rida` are ‘approval’, ‘pleasure’, ‘satisfaction’, ‘acceptance’, ‘sanction’, and ‘peace’. “Ikhlas” is an activity carried out by humans only for Allah and His religion. “Rida” is an activity carried out by humans towards God, religion, and fellow humans.

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmeen Ramadhanty Ghozali
Abstrak :
Perkembangan bahasa Melayu–bahasa Indonesia terlihat dalam berbagai tataran, termasuk kosakata. Salah satu kosakata yang mengalami perkembangan dalam bahasa Melayu–bahasa Indonesia adalah kosakata penutup, khususnya penutup anggota tubuh bagian kepala seperti hijab dan layah. Berkaitan dengan perkembangan kosakata tersebut, penelitian ini membahas makna dan perubahan makna kata hijab dan layah dalam bahasa Melayu–bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan makna kata hijab dan layah dalam bahasa Melayu–bahasa Indonesia berdasarkan definisi dalam kamus dan pemakaian dalam korpus. Penelitian ini menggunakan metode kualitiatif dengan teknik observasi dan studi pustaka. Dalam penelitian ini, digunakan data dari korpus Malay Concordance Project dan Leipzig Corpora Collection. Berdasarkan analisis komponen makna dan perubahan makna, kata hijab dan layah dalam bahasa Melayu–bahasa Indonesia mengalami perubahan makna berupa perluasan makna. Selain itu, terdapat variasi pemakaian kata hijab dan layah dalam bahasa Indonesia. Variasi pemakaian kata hijab adalah jilbab, sementara layah disebut berguk dan bergo. ......Development of Malay–Indonesian occurs at various levels. At vocabulary level, development of Malay–Indonesian found in words that means ‘cover’, especially ‘covering the limbs of the head’ such as hijab and layah. In relation with vocabulary development, this study examines meaning and semantic changes of hijab and layah in Malay and Indonesian. This study aims to explain semantic changes of hijab and layah in Malay–Indonesian based on their definition in dictionary and usage in corpus. This study uses qualitative methods with observation technique and literature review. This study uses data from two corpus, namely Malay Concordance Project and Leipzig Corpora Collection. Based on componential anaylisis of meaning and semantic change analysis, there are extension of meaning of hijab and layah in Malay–Indonesian. Besides that, there are variations of use of hijab and layah in Indonesian. Variations in the use of hijab are jilbab, while layah are berguk and bergo.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>