Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Ery Anggoro Dalu
Abstrak :
Perubahan dari era monopoli ke era kompetisi merubah paradigma tentang telekomunikasi di Indonesia. Perubahan tersebut membawa dampak terhadap persaingan dan keterhubungan jaringan antar operator telekomunikasi sehingga diperlukan interkoneksi. Layanan transit merupakan salah satu layanan interkoneksi yang hak penyelenggaranya adalah operator penyelenggara jaringan tetap jarak jauh. Perhitungan tarif interkoneksi berdasarkan cost based telah menurunkan revenue dari penyelenggara layanan transit. Hal ini disebabkan perhitungan tarif layanan transit lebih mahal bila dibandingkan dengan layanan direct. Layanan transit memiliki kepentingan bagi operator incumbent dalam hal ini PT TELKOM Tbk, untuk optimalisasi jaringan sekaligus sebagai efisiensi network secara nasional.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis daya saing industri layanan transit terhadap faktor faktor yang mempengaruhi lingkungan eksternal industri dengan menggunakan model 5 forces porter dan untuk mengetahui lingkungan internal agar industri tetap memiliki daya saing, maka digunakan strategi SWOT untuk menentukan strategi berdasarkan hasil analisis untuk lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Bisnis layanan transit di era interkoneksi cost based memiliki kompetisi yang tinggi dalam industri sehingga diperlukan strategi ST (strenghts and threats) agar dapat menghadapi kompetisi. Asumsi growth rate telekomunikasi sebesar 14% tiap tahunnya akan memberikan pertumbuhan revenue bagi layanan transit menjadi sebesar 1,678 trilyun rupiah.
The revolution from monopoly era to a competition era have changed the paradigm on telecommunication in indonesia. These causes an impact towards competition and network connection between telecommunication operators, in this case, interconnection are needed.Transit service is one of the interconnection services that are based on long distance network operator. Interconnection rate is cost based decreasing revenue from transit service, this caused by high priced transit service rate compared to direct service. Transit service has an important role for incumbent operator, in this case to optimal the network and also efficient network of PT. Telkom Tbk nationally.
These researches are based on analyzing the competition of transit service industries towards factors that persuade the environment of external and internal industries by using 5 forces porter models. In that case, SWOT strategy is the right strategy to explore the internal environment factors toward industries developing the power to compete and dealing with the environments. Transit service business in the cost based interconnection era has a high competition in industries, therefore, ST (strengths and threats) strategies are needed for the competition. Asumption of Telecommunication growth rate is 14% every year, this will developed revenue for transit service to be 1.678 trillion rupiahs.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T 26198
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Dani Miftahul Akhyar
Abstrak :
ABSTRACT
Transportasi online semakin popular di Indonesia. Kepraktisan dan kemampuannya menyiasati kemacetan menjadikannya favorit di mata pengguna. Selain itu, ia membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Jika dahulu pekerjaan menjadi tukang ojek dipandang rendahan, kini tidak lagi karena dianggap sudah naik kelas. Bahkan mereka tidak mau disebut tukang ojek, melainkan driver. Istilah narik ketika sedang bekerja sudah diganti dengan ngebid. Penumpang ojek mereka sebut dengan customer. Dari sisi penghasilan pun mereka merasakan perubahan, yaitu lebih tinggi dibandingkan ojek konvensional. Namun, seiring waktu, para driver mulai mengeluh. Segala kebanggaan tersebut ternyata tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami. Tiap hari mereka mempertaruhkan keselamatan di jalan raya. Namun pendapatan mereka semakin menurun karena kebijakan tarif dari aplikator (sebutan untuk perusahaan. transport online, seperti Gojek, Grab, dan Uber) yang fluktuatif ditambah dengan banyaknya promo. Kompetisi antar aplikator semakin lama semakin keras. Apalagi setelah operasi Uber di Indonesia diambil alih oleh Grab. Para pengemudi seperti terjepit diantara pertarungan dua raksasa aplikator online. Makalah ini bertujuan untuk membuktikan adanya komodifikasi pekerja di dalam bisnis transportasi online. Para driver atau pengemudi dengan kerja keras dan jerih payahnya hanyalah menjadi alat atau faktor produksi bagi aplikator untuk memproduksi trafik dan ujung ujungnya mendapatkan profit atau surplus value sebanyak banyaknya. Dalam perspektif yang lebih makro, upaya komodifikasi ini merupakan dampak persaingan, dan integrasi bisnis aplikator secara vertikal dan horizontal di industri financial technology.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM : 41 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library