Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meutia Khaliya
Abstrak :
Pengalaman dijajah Jepang selama 35 tahun sejak 1910 hingga 1945 telah menjadi memori kelam bagi sebagian masyarakat Korea Selatan, khususnya para mantan Ilbongun Wianbu. Terkait dengan permasalahan mantan Ilbongun Wianbu, sudah dilakukan beberapa pembicaraan tingkat pemerintah yang intinya pemerintah Korea Selatan meminta Jepang untuk memberikan kompensasi yang layak bagi para mantan Ilbongun Wianbu. Namun, ketika kompensasi yang diberikan oleh pihak Jepang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Korea Selatan, maka pengalaman kelam yang dialami oleh para mantan Ilbongun Wianbu tidak hanya menjadi pembicaraan publik di tahun 1990-an, tapi juga disajikan dalam bentuk karya sastra. Melihat kenyataan ini, penulis mengangkat permasalahan penelitian dalam artikel ini tentang bagaimana pandangan masyarakat Korea Selatan sekarang terkait dengan pengalaman Ilbongun Wianbu. Penelitian ini menggunakan metode kajian budaya dengan pendekatan memori publik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi pandangan dan ingatan masyarakat Korea Selatan yang tinggal di Indonesia dan Korea Selatan, tentang Ilbongun Wianbu yang dikaitkan dengan kebijakan pemerintah Korea Selatan mengenai masalah Ilbongun Wianbu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ilbongun Wianbu dalam memori publik di Korea Selatan telah menjadi potret masa lalu yang kelam yang membangun harapan masyarakat Korea Selatan khususnya terhadap pemerintah Korea Selatan untuk menangani kasus Ilbongun Wianbu dengan seadil-adilnya melelaui pemerintah Korea Selatan.
The experience of being colonized by Japan for 35 years from 1910 to 1945 is still a dark memory for most of the people of South Korea, especially the former Ilbongun Wianbu. Regarding the former Ilbongun Wianbu issue, several government-level talks have been held, in which the South Korean government asked Japan to provide appropriate compensation for the former Ilbongun Wianbu. However, the compilation of compensation provided by the Japanese was not as expected by South Korea, so the dark experiences experienced by former Ilbongun Wianbu not only became a public conversation in the 1990s, but also helped in the making of literary works. Seeing this reality, the author discusses the problem in this study about how South Korean people`s view is now related to the experience of Ilbongun Wianbu. This study uses a cultural studies method with a public memory approach. The purpose of this study is to reconstruct Ilbongun Wianbu through the views and memories of South Korean people who live in Indonesia and South Korea related to Ilbongun Wianbu and relate it to the South Korea government`s policy regarding Ilbongun Wianbu issue. The results of the research show that Ilbongun Wianbu in the public memory in South Korea has become a dark portrait of the past that builds hopes of the South Korean people, especially towards the South Korean government to handle the Ilbongun Wianbu issue as fairly as possible through the South Korean government.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Lianto Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Korea pada tahun 1930-an memasuki periode awal modernisasi. Pada awal era modern ini, paham-paham yang baru dan asing mengubah kehidupan sosial masyarakat Korea. Masyarakat Korea yang berada di bawah tekanan kolonialisme Jepang berusaha mencari kebahagiaan dengan segala cara. Hal ini menimbulkan sikap materialistis pada masyarakat Korea. Mereka menganggap bahwa kebahagiaan bisa didapatkan melalui materi. Kye Yongmuk sebagai sastrawan yang aktif pada tahun 1930-an menulis karya sastra yang mengandung kritik serta gambaran realita masyarakat Korea pada masa itu. Salah satu karyanya adalah Baekchi Adada. Cerpen ini mengisahkan tentang seorang gadis muda bisu bernama Adada yang merasa bahwa uang justru membawa kesengsaraan bagi hidupnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui teknik analisis deskriptif dengan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kritik sosial terhadap sikap materialistis dan dehumanis masyarakat Korea yang disampaikan melalui kisah hidup tokoh Adada, percakapan antar tokoh, simbolisme pada nama asli tokoh Adada, serta akhir cerita Baekchi Adada yang digantungkan oleh penulis Kye Yong-muk.
ABSTRACT
Korea in the 1930s entered the early period of modernization. At the beginning of this modern era, new and different understandings changed the social life of Korean society. Korean society under the pressure of Japanese colonialism seeks happiness by all means. This creates a materialistic attitude to Korean society. They assume that happiness can be obtained through matter. Kye Yong-muk as an active writer in the 1930s wrote literary works containing criticism and a picture of the reality of Korean society at that time. One of his works is Baekchi Adada. This story tells the story of a young mute girl called Adada who feels that money brings misery to her life. This research uses qualitative research method through descriptive analysis technique with literature study. The results of this study indicate the existence of social criticism of the materialistic and dehumanistic attitude of Korean society which is conveyed through the life story of Adada, conversation, symbolism in the real name of Adada, and the ending story of Baekchi Adada.
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Deitra Alifia
Abstrak :
Korea merupakan salah satu negara Asia Timur yang pernah berada di bawah kolonisasi Jepang (1910-1945). Kondisi ini menyebabkan berbagai perubahan politik, sosial, hingga budaya di Semenanjung Korea. Dalam kondisi itu, tidak sedikit masyarakat Korea yang pergi ke luar negeri dengan harapan memiliki kehidupan yang lebih baik. Hawaii menjadi salah satu negara tujuan yang didatangi imigran Korea di masa penjajahan Jepang. Pergolakan politik yang terjadi di awal penjajahan Jepang memicu rakyat Korea, baik domestik maupun yang berimigrasi ke luar negeri turut berjuang melawan penjajahan Jepang. Termasuk imigran Korea di Hawaii yang memiliki andil dalam peristiwa besar melawan penjajahan Jepang di tahun 1919. Peristiwa yang dikenal dengan Samil Undong. Menariknya, komunitas imigran Korea di Hawaii yang turut melawan penjajahan Jepang salah satunya adalah organisasi perempuan Korea yaitu 'Korean Women's Relief Society'. Penelitian ini mengkaji bentuk kontribusi organisasi 'Korean Women's Relief Society' dalam peristiwa Samil Undong. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk kontribusi 'Korean Women's Relief Society' dalam peristiwa Samil Undong adalah bantuan bentuk dana kepada para korban. Selain itu, publikasi yang dilakukan organisasi ini mampu memperluas informasi rencana gerakan perlawanan terhadap penjajah Jepang. Hal ini dilakukan sehingga peristiwa Samil Undong dikenal sebagai peristiwa bersejarah yang besar bagi bangsa Korea. ......Korea is one of the East Asian countries that was under Japanese colonization (1910-1945). This condition led to various political, social and cultural changes on the Korean Peninsula. Under these conditions, not a few Korean people went abroad in hopes of having a better life. Hawaii became one of the countries visited by Korean immigrants during the Japanese colonial period. The political upheaval that occurred at the beginning of the Japanese occupation triggered the Korean people, both domestic and those who immigrated abroad, to also fight against Japanese colonialism. Including Korean immigrants in Hawaii who had a hand in the major movement against Japanese colonialism in 1919. That movement is known as Samil Undong. Interestingly, the Korean immigrant community in Hawaii who participated in fighting against Japanese colonialism was one of the Korean women's organizations called the 'Korean Women's Relief Society'. This research examines the contribution of the organization 'Korean Women's Relief Society' to the Samil Undong. This study uses historical methods. The analysis in this study shows the contribution that 'Korean Women's Relief Society' in the Samil Undong movement was in the form of funds to the victims as well as their families. In addition, the publications made by this organization were able to expand information on plans for the resistance movement against the Japanese colonialist. This was done so they can spread awareness and that the Samil Undong movement could be known as a major historical event for the Korean people.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library